NovelToon NovelToon
Melelehkan Hati Si Pria Dingin

Melelehkan Hati Si Pria Dingin

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Persahabatan / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Moka Tora

Hari pertama di SMA menjadi langkah baru yang penuh semangat bagi Keisha, seorang siswi cerdas dan percaya diri. Dengan mudah ia menarik perhatian teman-teman barunya melalui prestasi akademik yang gemilang. Namun, kejutan terjadi ketika nilai sempurna yang ia raih ternyata juga dimiliki oleh Rama, seorang siswa pendiam yang lebih suka menyendiri di pojok kelas.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moka Tora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10 Ketulusan di tengah badai

Hari-hari setelah percakapan Keisha dan Rama di taman belakang terasa berbeda. Ada kehangatan baru yang mengalir di antara mereka, meski belum ada kata-kata resmi yang terucap untuk mendefinisikan hubungan mereka. Keisha merasa senang karena perlahan Rama kembali membuka dirinya, dan mereka bisa berbicara seperti dulu—tanpa jarak, tanpa kebekuan. Namun, semua itu tidak berarti bahwa masalah selesai. Justru, badai baru tampaknya mulai mendekat.

~

Pagi itu, Davin mendekati Keisha di depan kelas. Wajahnya terlihat ceria seperti biasa, tetapi ada sesuatu dalam tatapannya yang membuat Keisha merasa tidak nyaman.

“Keisha, aku boleh ngobrol sebentar?” tanya Davin.

Keisha mengangguk. “Tentu. Ada apa, Davin?”

Mereka berjalan menjauh dari kelas, menuju koridor yang sepi. Davin berdiri di hadapan Keisha dengan tangan dimasukkan ke saku celananya. Ia tampak seperti sedang mengumpulkan keberanian untuk mengatakan sesuatu.

“Aku tahu ini mungkin terdengar mendadak, tapi aku mau tahu jawabannya sekarang,” ucap Davin dengan nada serius.

Keisha mengerutkan kening. “Jawaban apa?”

“Jawaban atas perasaanku,” jawab Davin tanpa ragu. “Aku sudah bilang kalau aku suka sama kamu. Aku ingin tahu, apa aku punya kesempatan?”

Keisha terdiam. Ia tidak menyangka Davin akan mengungkit hal ini lagi, apalagi dengan nada yang begitu langsung. Hatinya terasa berat, tetapi ia tahu bahwa ia harus jujur.

“Davin, aku menghargai perasaanmu. Kamu orang yang baik, pintar, dan aku sangat menghormati kamu,” kata Keisha dengan hati-hati. “Tapi, aku tidak bisa membalas perasaanmu. Hatiku sudah tertambat pada orang lain.”

Raut wajah Davin berubah, meski ia berusaha tersenyum. “Rama, ya?”

Keisha mengangguk pelan. “Maaf, Davin. Aku harap ini tidak merusak persahabatan kita.”

Davin tertawa kecil, meski ada kepedihan dalam tawanya. “Aku nggak bisa janji kalau aku nggak kecewa. Tapi, aku nggak akan maksa. Aku cuma ingin kamu tahu, aku benar-benar serius waktu bilang aku suka sama kamu.”

Keisha menunduk. “Terima kasih, Davin. Aku menghargai keberanianmu.”

Davin menghela napas panjang, lalu tersenyum tipis. “Baiklah. Kalau kamu bahagia sama Rama, aku nggak akan ganggu. Tapi, kalau suatu hari dia nyakitin kamu, aku akan ada di sini.”

Kata-kata itu meninggalkan kesan mendalam di hati Keisha. Ia merasa bersalah, tetapi juga lega karena Davin menerima keputusannya dengan lapang dada.

~

Sementara itu, di tempat lain, Rama sedang duduk di perpustakaan, menulis catatan untuk tugas biologi. Meski ia terlihat fokus, pikirannya terus melayang-layang. Percakapannya dengan Keisha di taman terus terngiang di benaknya.

“Kenapa aku masih ragu?” gumamnya pada diri sendiri.

Rama sadar bahwa ia harus melakukan sesuatu untuk menunjukkan bahwa ia serius dengan perasaannya. Tetapi ia tidak tahu bagaimana caranya. Ia bukan tipe orang yang pandai merangkai kata-kata manis atau membuat kejutan romantis.

Saat ia sedang tenggelam dalam pikirannya, Dani tiba-tiba datang dan duduk di depannya. “Ram, gue dengar Keisha nolak Davin tadi pagi.”

Rama langsung menatap Dani dengan mata melebar. “Apa? Serius?”

Dani mengangguk. “Serius. Gue dengar dari Nadya. Kayaknya, dia pilih lo.”

Rama merasa dadanya dipenuhi perasaan campur aduk—antara lega dan gugup. “Tapi, gue belum bilang apa-apa ke Keisha. Gue takut...”

“Takut apa, Ram? Kalau lo nggak bilang sekarang, lo bisa kehilangan dia,” potong Dani. “Keisha udah kasih lo kesempatan. Jangan sia-siain.”

Kata-kata Dani menjadi dorongan bagi Rama. Ia tahu bahwa ia tidak bisa terus berdiam diri.

~

Sore itu, Rama mengajak Keisha ke taman belakang sekolah. Matahari mulai tenggelam, menciptakan suasana hangat yang tenang. Mereka duduk di bangku yang sama seperti biasa, tetapi kali ini suasananya terasa berbeda.

“Keisha,” ujar Rama pelan.

Keisha menoleh. “Iya, Ram?”

Rama mengambil napas dalam-dalam, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berdegup kencang. “Aku tahu aku bukan orang yang pandai bicara. Aku juga nggak sehebat Davin, dan mungkin aku nggak bisa kasih kamu banyak hal.”

Keisha menatapnya dengan lembut. “Rama, kamu nggak perlu jadi orang lain. Aku suka kamu apa adanya.”

Kata-kata itu membuat Rama merasa lega, tetapi juga semakin gugup. “Aku cuma mau bilang... aku suka sama kamu, Keisha. Bukan cuma sebagai teman, tapi lebih dari itu. Aku nggak tahu sejak kapan, tapi kamu adalah orang yang selalu ada di pikiranku.”

Keisha tersenyum lebar. “Rama, aku sudah tahu.”

Rama terkejut. “Kamu tahu?”

Keisha mengangguk. “Iya. Aku cuma nunggu kamu bilang sendiri. Dan aku juga suka kamu, Rama. Aku nggak butuh kamu jadi sempurna, aku cuma butuh kamu tetap jadi diri sendiri.”

Rama merasa hatinya melompat. Ia tidak pernah merasa sebahagia ini sebelumnya. “Terima kasih, Keisha. Aku janji, aku akan selalu ada buat kamu.”

Keisha tersenyum, dan mereka saling menatap dalam keheningan yang penuh makna.

~

Namun, di balik kebahagiaan mereka, Davin diam-diam memperhatikan dari kejauhan. Meski ia mencoba menerima keputusan Keisha, hatinya tetap terasa berat. Ia tahu bahwa ia harus melangkah maju, tetapi ia tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa ia telah kehilangan sesuatu yang berharga.

“Aku akan tetap ada untukmu, Keisha,” gumam Davin pelan, lalu berbalik pergi.

~

Malam itu, Keisha menulis di buku hariannya, mengabadikan momen indah yang baru saja terjadi. Di halaman terakhir, ia menulis:

“Rama akhirnya mengungkapkan perasaannya. Aku merasa seperti dunia ini begitu cerah, seperti semua masalah menjadi lebih ringan. Tapi aku tahu, perjalanan kami tidak akan selalu mudah. Akan ada badai yang datang, akan ada rintangan yang menghadang. Tapi selama kami bersama, aku yakin kami bisa melewatinya.”

Di luar jendela, bintang-bintang bersinar terang, seolah ikut merayakan awal baru dari kisah mereka. Namun, di balik keindahan malam itu, bayangan masalah baru mulai mengintai, menunggu saat yang tepat untuk muncul.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!