SUKSES SETELAH DIHANCURKAN

“ Apa perlu aku antar...”

" Aku tak tenang jika kamu pergi kesana sendirian ", tanya Lola untuk kesekian kalinya.

Liliana berusaha untuk tersenyum lebar supaya kekhawatiran diwajah sahabatnya itu memudar, namun hal itu justru semakin membuat Lola cemas.

Mengingat kejadian tadi malam membuat Lola semakin protektiv terhadap Liliana karena tak ingin kejadian buruk menimpah sahabatnya.

Meski kini Liliana sudah kembali tangguh setelah melakukan latihan bela diri dan menembak bersama Lutsi dan Monic, namun tetap saja Lola merasa khawatir karena begitu ingatan tersebut kembali mencuat maka sahabatnya itu kembali menjadi Liliana yang lemah dan rapuh serta mudah dikendalikan oleh orang lain seperti pada saat dia mengarungi pernikahan bersama Harold.

Liliana yang mengerti akan kecemasan yang dirasakan sahabatnya itu hanya bisa membalik badan setelah mematikan kompor begitu nasi goreng seafoodnya telah jadi.

“ Aku bisa pergi bersama Lutsi dan Toni ”

“ Kamu lakukan saja pekerjaanmu seperti biasa agar mereka tak curiga ”, ucap Liliana sambil meletakkan masakan yang sudah matang diatas meja bersama Monic.

Lola hanya bisa menghembuskan nafas dengan kasar mendengar penolakan yang diberikan oleh Liliana.

“ Kenapa kamu begitu yakin jika mereka telah menyadarinya...”, tanya Lola penasaran.

“ Menurutmu...”

“ Benarkah Harold sudah mati...”

“ Mereka sengaja membuat jasad para napi hancur menjadi debu agar tak bisa diidentifikasikan ”

“ Bukankah itu sangat mencurigakan ”, ucap Liliana sambil tersenyum samar.

Jika Liliana dalam mode normal seperti ini wanita itu sangat enak untuk diajak berbicara dan terlihat sangat cerdas.

Tapi jika kambuh seperti semalam\, rasanya Lola ingin membunuh langsung para b******n yang telah membuat sahabatnya menjadi seperti ini seandainya dia tahu siapa mereka.

Hanya Liliana saksi  kunci untuk mengungkap semuanya mengenai peristiwa yang terjadi lima tahun kebelakang sebelum wanita itu menghilang tanpa jejak dan kemudian muncul satu tahun kedepan sebagai putri tunggal Wicaksono.

Meski Liliana perlahan sudah kembali kepada dirinya dimasa lalu namun hingga detik ini ingatan yang sengaja b*****n itu kubur belum juga kembali meski letupan – letupan ingatan lama kerap muncul dan memancing emosi sahabatnya itu menjadi tak karuan.

Untung saja Lola dimasa lampau bisa mendekati Liliana dan menjadi sahabatnya tanpa menimbulkan kecurigaan sehingga dia bisa melindungi wanita itu meski dari jauh.

Liliana yang melihat Lola melamun sambil menatap iba terhadap dirinya membuatnya segera menepuk pundak sahabatnya itu agar tak larut dalam kekhawatiran yang ada dalam hatinya.

“ Sudah, makan dulu jangan memikirkan hal – hal lain yang menganggu ”, ucap Liliana sambil memberi piring Lola nasi goreng seafood yang baru saja dibuatnya.

Meski berusaha tenang namun sebenarnya hati Liliana merasa sangat gelisah jika kembali mengingat mimpi buruknya semalam.

Jika semua kejadian buruk yang muncul dalam ingatannya semalam hanya mimpi, itu terlalu nyata bagi Liliana.

Tapi jika itu kenyataan, ternyata masa lalunya begitu kelam hingga dia harus merenggang nyawa dengan cara setragis itu.

Begitu Liliana berusaha mengingat semua kejadian lengkap akan peristiwa yang dilihatnya dalam ingatannya semalam membuat kepalanya terasa sakit seakan mau pecah.

“ Arghhhh....sakit sekali ”, teriaknya sambil memegangi kepalanya dengan erat.

“ Lutsi, panggil Yusuf kemari ”

“ Cepat.....”, teriak Lola panik.

Lusti dan Monic yang mendengar teriakan Lola segera berlari dan meninggalkan semua barang yang akan dibuat untuk persiapan live Liliana siang ini menuju dapur dengan cepat.

Melihat Liliana memegangi kepalanya sambil berteriak kesakitan semua orang segera membawanya masuk kedalam kamar dan berusaha untuk menenangkannya.

“ Hallo pak Yusuf, maaf menganggu pagi – pagi begini ”

“ Bisakah bapak datang ke apartemen sekarang karena kondisi nyonya kembali memburuk ”, ucap Lusti dengan nada penuh kekhawatiran.

“ Baik, aku akan segera meluncur kesana ”

“ Minumkan obatnya dulu agar dia tenang ”, ucap Yusuf penuh kekhawatiran.

Yusuf pun bergegas mengambil tas kerja yang telah dia siapkan dikursi kosong yang ada disampingnya dan bergegas meninggalkan meja makan.

“ Lho Yusuf, mau kemana...”

“ Itu kopimu belum kamu habiskan ”, teriak Salwa lantang.

“ Urgent mi ”

“ Yusuf pergi dulu mi ”

“ Assalamualaikum....”, ucapnya sambil berlalu.

Salwa hanya bisa menggelengakan kepala sambil menautkan alisnya heran melihat anak bungsunya itu pergi dengan panik seperti itu.

“ Apa ada terjadi sesuatu yang buruk pada Liliana....”, batinnya menebak.

Yusuf yang sejak semalam khawatir akan kondisi Liliana segera mamacu mobilnya dengan kecepatan tinggi agar bisa segera sampai di apartemen wanita itu.

Karena masih terlalu pagi, jadi jalanan cukup lenggang sehingga memudahkan bagi Yusuf untuk tiba ditempat Liliana dengan cepat.

Begitu tiba, Yusufpun bergegas keluar dari kendaraannya dan masuk kedalam lift dengan cepat karena takut kondisi Liliana bertambah buruk.

Seseorang yang mengintai dalam diam segera menghubungi bosnya untuk melaporkan semua hal yang dia lihat pagi ini.

“ Tampaknya wanita itu telah mendapatkan ingatannya kembali ”

“ Aku harus mempercepat menjalankan rencanaku selanjutnya ”, gumannya dengan wajah serius.

Sementara itu Magie yang sudah tiba di ibukota merasa seluruh tubuhnya lemas tak bertenaga waktu pihak berwajib mengatakan jika jasad putranya telah menjadi abu sehingga tak bisa diidentifikasikan akibat lenyap seiring dengan air yang petugas pemadam siramkan keseluruh bagian untuk memadamkan api.

“ Jadi, anak saya merupakan salah satu korban dalam kecelakaan itu pak ”, tanya sekali lagi.

“ Benar bu, menurut catatan kami lima orang narapidana termasuk pak Harold ada dalam sel yang terbakar tersebut sehingga bisa dipastikan beliau tak selamat melihat jika dua sel yang berada disamping kanan dan kirinya juga mengalami nasib yang sama ”, ucap petugas menjelaskan.

Magie hanya bisa menangis sesenggukan di depan lapas yang kini telah rata menjadi tanah tanpa sadar jika yang ditangisi saat ini sedang menikmati sarapan mewah disuatu tempat yang jauh dengan nyaman.

Harold merasa beruntung telah selamat dari musibah kebakaran di lapas tempatnya ditahan sehingga dia bisa terbebas dari hukuman seumur hidup yang rencananya tiga hari lagi akan diputuskan.

“ Jadi aku akan menyamar dan menggunakan identitas baru untuk mengelabui petugas ”, tanyanya dengan wajah serius.

“ Benar dan kami akan melakukan operasi diwajahmu untuk membuatnya sedikit berbeda serta menyamarkan sidik jarimu sehingga jejakmu tak akan terlacak ”, ucapnya memberitahu.

Harold hanya mengangguk patuh karena baginya diberi kesempatan untuk menghirup udara bebas diluar setelah kehancuran yang menerpa keluarganya membuatnya dengan mudah menyetujui keingginan lelaki yang membawanya kesini dan ikut andil dalam rencana yang telah lelaki itu susun dengan baik.

Setelah kesepakatan dibuat, Haroldpun segera masuk kedalam ruang operasi yang ada dimarkas untuk melakukan operasi diwajahnya agar tak dikenali sehingga dia bisa mendekati Liliana dengan mudah dan menjalankan misinya.

" Begitu aku mengantongi identitas baruku aku akan menjalankan misiku dengan baik dan membalas semua perbuatan Liliana terhadapku hingga aku terpuruk menjadi seperti ini "

" Begitu juga dengan Imelda\, aku juga akan membuat perhitungan dengan wanita j****g itu yang telah membuatku terlihat bodoh selama ini "\, batinnya penuh dendam.