Trisya selama ini tinggal di Luar Negri. Dia harus kembali pulang ke Indonesia atas perintah ibunya. Ibunya khawatir dengan perusahaan yang dikuasai ibu tirinya. Hal itu membuat Trisya mau tidak mau harus bergerak cepat untuk mengambil alih Perusahaan.
Tetapi ternyata memasuki Perusahaan tidak mudah bagi Trisya. Trisya harus memulai semua dari nol dan bahkan untuk mendapatkan ahli waris perusahaan mengharuskan dia untuk menikah.
Trisya dihadapkan dengan laki-laki kepercayaan dari kakeknya yang memiliki jabatan cukup tinggi di Perusahaan. Pria yang bernama Devan yang selalu membanggakan atas pencapaian segala usaha kerja keras dari nol.
Siapa sangka mereka berdua dari latar belakang yang berbeda dan sifat yang berbeda disatukan dalam pernikahan. Devan yang percaya diri meni Trisya yang dia anggap hanya gadis biasa.
Bagaimana kehidupan Pernikahan Trisya dan Devan dengan konflik status sosial yang tidak setara? apakah itu berpengaruh dengan pernikahan mereka?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 1 Debat
Mobil mewah yang berhenti di depan rumah mewah yang sudah seperti istana castle dengan banyak pengawal yang berdiri di depan rumah tersebut.
Salah satu bodyguard yang langsung membuka pintu mobil. Sepasang heels dengan merek termahal yang langsung menginjakkan kaki di tanah tersebut. Wanita dengan tinggi 170 dengan rambut yang terurai panjang berkulit putih. Wanita yang sejak tadi berkacamata dengan penampilan dari atas sampai bawah yang penuh dengan barang branded.
Wanita itu yang membuka kacamatanya dengan melihat rumah tersebut sampai ke atas. Wajahnya terlihat tampak tegas yang menggambarkan bahwa dia wanita elegan dan bukan wanita manja.
"Nona Trisya!" sapa seorang pelayan wanita yang langsung menghampiri Trisya.
"Nonya menunggu Anda di kamarnya," ucap wanita tersebut yang merupakan kepala pelayan rumah tangga.
"Keluarkan semua barang-barangku dari dalam mobil," ucap Trisya dengan suara datar.
"Baik. Nona!" pelayan itu menundukkan kepala dan Trisya yang langsung memasuki rumah.
Langkahnya yang indah bak seorang model yang berjalan di atas karpet merah.
"Kamu kembali!" tiba-tiba suara berat itu menghentikan langkah Trisya.
Trisya yang menoleh arah ruang tamu. Ada 2 sepasang paruh baya yang duduk di sana. Pria yang terlihat tua yang bisa diterka usianya sekitar 70 tahunan dan seorang wanita yang tidak terlalu tua yang sekitar berusia 50 tahunan.
"Jika aku sudah berada di sini dan itu memang artinya aku pulang," jawabnya dengan singkat.
"Tumben sekali. Bukannya kau sudah melupakan jika rumah ini adalah rumahmu," sahut pria itu.
Trisya yang tampak tersenyum dengan kedua tangan yang dilipat di dada.
"Jadi Kakek masih menganggap jika aku bagian dari penghuni rumah ini," sahut Trisya menimpali pertanyaan ini.
"Trisya bukan itu maksud Kakek kamu. Mungkin Dia sangat heran cucu yang tidak pernah kelihatan dan tiba-tiba saja sudah muncul. Hal itu bukankah sangat aneh sekali bagi kami," sahut wanita yang sejak tadi duduk di samping pria tersebut.
"Jadi hal itu hal aneh?" tanyanya dengan kedua alis terangkat.
Wanita itu diam dan ingin menyerahkan semua kepada laki-laki yang di samping yang ternyata adalah suaminya.
"Bagaimana aku tidak pulang jika Kakek akan membagikan warisan. Jadi aku harus pulang agar mendapatkan warisan dari grup Royale," ucap Trisya yang jujur apa adanya.
"Kau memang sejak dulu tidak pernah berubah. Bukannya kau menjawab paling tidak berbohong jika kau merindukan kakekmu dan merindukan keluarga ini dan kau malah dengan enteng mengatakan jika kedatanganmu hanya sebuah warisan," sahut pria yang bernama Haryanto itu tampak kesal.
"Bagaimana ya, kakek. Aku orang yang paling tidak bisa berbasa-basi dan juga paling tidak bisa bersandiwara. Jadi aku harus berbicara apa yang memang ingin aku katakan. Tapi jangan khawatir, aku akan belajar cara bersandiwara dan berbohong atau berbasa-basi dari istri muda kakek itu," ucap Trisya dengan tersenyum kepada wanita yang sekarang sudah mengubah ekspresinya menjadi sangat kesal.
Wanita yang duduk di samping Haryanto adalah Mona yang tak lain adalah istri kedua dari Hariyanto. Istri pertama Haryanto yang sekarang masih koma di rumah sakit.
"Jaga sopan santun. Kau jangan seperti ibumu yang berbicara sangat kurang ajar!" tegas Haryanto yang mulai terpancing emosi.
"Kau seperti tidak pernah dididik!" lanjutnya yang berapi-api ketika istri keduanya di cibir seperti itu.
"Jika aku seperti ini karena ibuku. Artinya ibuku juga tidak dididik dengan baik oleh orang tuanya dan berarti itu kesalahan Kekek," jawab Trisya dengan sangat santai.
"Kau!" Haryanto sudah tampak begitu sangat emosi.
"Sayang sudah!" wanita yang sejak tadi menunjukkan ekspresi tertindas itu langsung mencegah suaminya.
Trisya melihat hal itu langsung mendengus dengan ujung bibirnya yang naik seolah sangat jijik. Dia yang tidak mengatakan apa-apa lagi dan langsung meninggalkan pasangan suami istri itu. Melihat pasangan suami istri dengan penuh drama dan sangat bucin itu membuat dia hanya mual saja.
Sementara Haryanto harus menahan amarah dengan istri mudanya yang mengusap-ngusap dadanya yang ingin menenangkan sang suami.
**
Trisya yang berdiri di depan pintu kamar yang terbuka. Dia bersandar di pintu dengan ke-2 kakinya yang di silang dan tangannya yang di lipat di dadanya.
Di dalam kamar itu ada seorang wanita yang duduk di depan cermin dengan rambutnya yang penuh dengan roll rambut.
"Ehemmm!" suara dahaman yang terdengar itu membuat wanita itu langsung menoleh.
Mata wanita paruh baya sekitar berusia 50 tahunan tampak mendelik dan langsung berdiri dengan cepat dari tempat duduknya.
"Ya. Ampun Trisya kamu akhirnya kembali juga. Mama sangat senang sayang!" wanita itu langsung memeluk Trisya sampai membuat tubuh Trisya terjepit dan padahal Trisya sama sekali tidak membalas pelukan itu.
"Isss, Mama sakit," kesal Trisya yang langsung melepas paksa pelukan itu.
Hidung Trisya yang terlihat mengkerut yang mengendus-endus seperti mencium sesuatu.
"Mama minum!" Trisya langsung mengipas-ngipas hidungnya yang mencium bau yang tidak sedap itu.
"Kamu ini seperti orang desa saja yang harus mempermasalahkan tentang minuman beralkohol," sahut wanita itu tampak santai.
Trisya hanya menghela nafas perlahan kedepan.
"Hmmmm, yang terpenting sekarang kamu sudah ada di sini. Trisya Mama benar-benar sangat senang dengan kepulangan kamu. Ayo cepat masuk!" Wanita yang bernama Lena itu langsung menarik paksa tangan putrinya itu dan tidak lupa menutup pintu.
"Sakit tahu!" kesal Trisya dengan emosi. Dia baru saja pulang dan sudah ditarik-tarik paksa seperti itu .
Lena yang mencoba untuk tenang dengan mereka berdua yang duduk di pinggir ranjang.
"Trisya kamu harus tetap tinggal di Jakarta dan kamu harus ambil alih Perusahaan utama. Kamu tahu Perusahaan utama sekarang ini akan dikelola oleh nenek peyot itu. Kakek kamu belakangan ini tidak pernah ke kantor dan wanita itu yang terus saja mengambil pekerjaannya dan Mama sudah sangat yakin jika dia pelan-pelan akan membuat Perusahaan menjadi miliknya. Jadi kamu harus bertindak!" tegas Lena yang begitu sangat serius menekankan kepada sang putri.
"Wanita itu sangat licik dan Kakek kamu sangat bodoh. Jadi sekarang hanya kamu yang bisa menyelamatkan Perusahaan!" tegas kena.
"Mama itu bagaimana sih. Mama mengatakan aku pulang ke Jakarta untuk mengambil warisan dan sekarang malah di suruh bekerja. Jika aku harus bersaing dengan wanita itu di Perusahaan. Lebih baik aku di Amerika dengan bersantai-santai!" tegas Trisya yang merasa tertipu.
"Hey anak bodoh!" Lena langsung menoyor kepala Trisya.
"Auh sakit!" keluh Trisya.
"Kamu pikir Kakek kamu itu bodoh yang langsung memberikan saja warisan tanpa ada usaha hah! Kamu harus menunjukkan ke ahlian kamu dulu smpai kamu mendapatkan jabatan yang layak dan pelan-pelan kamu akan mendapatkan Perusahaan utama!" tegas Lena memberikan saran.
Bersambung.
Para readers semuanya, saya kembali membuat novel baru. Semoga kalian suka dengan novel terbaru saya dengan judul Ternyata Istriku Calon Pewaris. Jangan lupa untuk memberikan dukungan dari kalian. Jangan lupa untuk membaca setiap hari, jangan lupa like, koment, vote dan subscribe. Sedikit banyaknya partisipasi yang kalian berikan dapat memberikan semangat yang luar biasa kepada saya.
Mudah-mudahan dengan dukungan yang kalian berikan dapat membawa novel ini menjadi novel populer dan memiliki pembaca yang banyak. Terimakasih
mungkin nenek sudah tenang karena perusahaan itu sudah di pegang oleh Trisya, karena itu dia tenang meninggalkan dunia ini
sama² punya tingkat kepedean yg sangat luar biasa tinggi