Menceritakan tentang Naomi, seorang istri yang dijual oleh suaminya sendiri untuk membayar hutang. Dia dijual kepada seorang pria tua kaya raya yang memiliki satu anak laki-laki.
"Dia akan menjadi pelayan di sini selama 5 tahun, tanpa di bayar." ~~ Tuan Bara Maharaja.
"Bukankah lebih baik jika kita menjualnya untuk dijadikan PSK?" ~~ Gama Putra Maharaja.
Bagaimana nasib Naomi menjadi seorang pelayan di rumah mewah itu selama 5 tahun? Apa yang akan terjadi padanya setelah 5 tahun berlalu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CHIBEL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 - Makan malam dan taman
Naomi kini sudah berada di sebuah restoran mewah bersama Gama, ini pertama kalinya ia ke tempat seperti ini.
Wanita itu melihat penampilannya sendiri, kaos yang dilapisi cardigan rajut, rok motif bunga selutut, tak ketinggalan flatshoes yang biasa ia gunakan saat bekerja.
"Kau suka makanannya? Mau aku pesankan yang lain?"
Mendengar itu, Naomi menggeleng. "Tidak perlu, Tuan. Ini sudah cukup," balasnya.
Makanan yang sekarang terhidang di atas meja semuanya dipilih oleh Gama. Pria itu sudah menawari untuk ia memilih sendiri, tetapi ia tidak paham dengan nama menu-menu tersebut.
"Jika ada yang kau inginkan katakan saja padaku, jangan sungkan."
Melihat makanan yang dihidangkan di depannya saja dia tidak tau apa itu dan bagaimana rasanya, mana mungkin ia menginginkan yang lain. Dia sudah sangat bersyukur diajak makan diluar seperti ini.
Dulu jika dia makan diluar, paling hanya makan di angkringan atau nasi padang serba 10 ribuan. Tidak seperti sekarang, harga yang tertera bahkan ditulis menggunakan dolar, bukan rupiah.
Belum lagi pengunjung yang datang, kebanyakan dari mereka mengenakan pakaian formal. Dia terlihat seperti gembel saat ini.
Selagi mereka menghabiskan makanannya, mari kita kembali ke 2 jam yang lalu. Waktu di mana Gama meminta ijin kepada ayahnya.
FLASHBACK ON
"Aku akan mengajak Naomi makan malam di luar," ungkap Gama di depan sang ayah.
Tuan Bara menatap anaknya dan tersenyum miring. "Kau tertarik dengan pelayan itu?"
"Dari sikapmu yang membelanya saat itu, sudah terlihat dengan jelas jika kau tertarik dengannya. Anakku bukan tipe orang yang peduli dengan orang lain, terlebih ia hanyalah pelayan di sini."
Gama menatap malas ayahnya, "Seharusnya aku tidak perlu repot-repot meminta ijin padamu. Toh, diijinkan atau tidak aku akan tetap membawanya pergi."
"Jika dia semakin di benci para pelayan lain, itu menjadi tanggung jawabmu," balas sang ayah.
Tanpa diperingati pun Gama sudah paham, dia adalah tuan muda di sini. Siapapun yang berani mengusik Naomi, maka siap-siap ia akan angkat kaki dari sini.
FLASHBACK OFF
Gama terus memperhatikan bagaimana ekspresi Naomi saat merasakan makanan yang mungkin baru pertama kali wanita itu makan. Pipinya yang mengembung, bibir kecilnya yang terus bergerak mengunyah makanan.
Dia menikmati pemandangan di depannya, makanan di piringnya bahkan masih banyak karena dia sibuk memperhatikan Naomi.
"Tuan tidak makan?" tanya Naomi saat sadar Gama tengah menatapnya.
Gama dibuat gelagapan karenanya, dia tertangkap basah. Pria itu berdehem pelan untuk menghilangkan kecanggungannya.
"Makan" balasnya sembari mengangkat sendok dan garpu yang berada di tangan kanan dan kirinya.
"Aku hanya ingin memastikan kau menyukai makanannya atau tidak," lanjutnya diiringi senyuman.
Dasar!
"Saya menyukainya, terima kasih sudah membawa saya ke sini, Tuan," jawab Naomi dengan tulus.
Mereka kembali melanjutkan makan malam dengan di selingi obrolan ringan.
Setelah makan malam, mereka memutuskan untuk pergi ke taman pusat kota. Keduanya duduk di sebuah kursi panjang yang memang disediakan bagi pengunjung. Tidak ada pembicaraan diantara mereka, keduanya sibuk dengan isi pikiran masing-masing.
Mata Naomi menatap ke arah orang-orang yang berlalu lalang. Senyum kecil terbit di wajahnya, malam ini udaranya terasa begitu segar.
"Kau senang?" tanya Gama mengawali pembicaraan.
Naomi mengangguk semangat, "Sangat! Semuanya berkat kebaikan anda, Tuan. Sekali lagi terima kasih," balasnya sembari menatap Gama yang duduk di sampingnya.
Sebagai seseorang yang selalu mendapatkan apapun yang ia inginkan, Gama sangat tidak menyangka. Hal kecil seperti ini ternyata bisa membuat seseorang bahagia.
"Kalau begitu aku akan sering-sering mengajakmu kaluar," putus pria itu.
Tapi seketika mendapatkan penolakan dari Naomi, "Tidak perlu, Tuan. Tidak baik jika saya sering keluar."
"Kata siapa? Tidak ada yang bisa menghentikanmu jika kau pergi bersamaku," jawab Gama.
Naomi menghela napas kecil, "Saya hanya seorang pelayan, tugas saya berada di rumah. Tidak etis jika saya sering keluar rumah, apalagi dengan anda," tuturnya memberi pengertian pada tuan mudanya.
Selain itu, para pelayan lain akan merasa iri dengannya. Dia hanya ingin bekerja tanpa gangguan sampai sisa waktu yang sudah ditentukan.
"Aku tuan muda, tidak ada yang bisa menentangku termasuk ayahku sendiri."
Tampaknya Gama masih tidak ingin menyerah untuk membawa Naomi keluar layaknya manusia biasa, menikmati masa muda yang tertunda karena menikah dengan pria brengsek itu.
"Maaf, Tuan. Saya tidak bisa," tolak Naomi lagi. Meskipun dia merasa tak enak hati karena Gama selalu baik padanya.
Gama tidak menjawab, memangnya apa yang salah dengan keluar bersamanya? pikirnya.
"Naomi?"
Itu bukan panggilan dari Gama, melainkan dari seseorang yang berdiri tak jauh dari keduanya.
Naomi menoleh ke arah sumber suara, betapa terkejutnya dirinya. Hanya berjarak 5 langkah darinya, seorang pria yang sangat ia kenal berdiri di sana.
Seseorang yang pernah ia panggil suami, suami yang tega menjual istrinya sendiri.
Bersambung
Terima kasih sudah membaca 🤗