SEASON 2 NOT CONSIDERED
Melewati masa kritis karena tragedi yang menimpanya, membuat seorang Elina trauma pada penyebab rasa sakitnya. Hingga dia kehilangan seluruh ingatan yang dimilikinya.
Morgan, dia adalah luka bagi Elina.
Pernah hampir kehilangan, membuat Morgan sadar untuk tak lagi menyia-nyiakan. Dan membuatnya sadar akan rasa yang rupanya tertanam kuat dalam hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon WILONAIRISH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 26
Setelah sepulang dari kampus, Morgan benar-benar tak menjemput sang mama. Namun ia juga tak pulang, dan memilih untuk ke rumahnya yang berdekatan dengan rumah Elina. Morgan ingin melihat Elina dari jauh, seperti kebiasaan lamanya.
Morgan memantau keberadaan Elina, rupanya mamanya masih ada di sana. Tampak berbincang bersama Elina dan Rozer, dan tak lama kemudian Viola dan Bianca ikut bergabung bersama mereka. Dengan detail penuh, Morgan berusaha mengamati mereka terutama interaksi Elina dan Rozer.
Morgan ingin memastikan jika keputusannya menjauh memang benar, ia ingin melihat secara langsung kalau memang Elina bahagia bersama pria itu. Bagaimanapun jahat dan buruknya ia terhadap Elina dulu, ia tak rela jika orang lain akan menyakiti Elina sedikitpun.
Morgan dapat melihat dengan jelas bagaimana Elina yang memang terlihat nyaman berada di dekat Rozer, juga saat pria itu berusaha menunjukkan berbagai perhatiannya. Morgan menyadari kalau Elina tampak tak menolak dan terlihat nyaman bersama pria itu.
Terdengar helaan nafas kasar dari Morgan, tampaknya memang harapannya sudah pupus. Elina terlihat nyaman, dan ia rasa Rozer sanggup membuat Elina bahagia. Rozer juga terlihat seperti pria baik-baik, yang kemungkinan kecil akan menyakiti Elina meski ia tak mau mengakui hal itu sejujurnya.
“Demi kebahagiaan lo, El. Gue akan pergi.” Lirih Morgan memandang Elina lekat dari posisinya yang masih setia mengintai mereka.
Sementara Elina yang tengah berbincang, merasa seperti diintai oleh seseorang. Hingga ia mengedarkan pandangannya mencari siapa gerangan yang tengah mengawasi dirinya. Hingga beberapa detik, namun tak ia temukan siapapun yang ia curigai.
“Mungkin hanya perasaan gue aja” gumam Elina dalam hati.
“Kenapa, El?” tanya Rozer yang menyadari kegelisahan Elina. Membuat Elina menoleh kea rah Rozer seketika.
Mengulas senyuman tipisnya, Elina menggeleng pelan. “Gak ada apa-apa, lagi gerah aja.” Jawabnya menutupi kegelisahan yang melandanya.
“Gimana?” bisik Rozer.
Elina terdiam membeku, ia paham apa yang Rozer maksudkan. Memang dua hari terakhir, pria itu terus menagih jawaban darinya yang sampai sekarang belum juga ia berikan kepastian. Elina bingung jika ingin menerima, ia masih ragu dengan perasaannya pada Rozer. Namun jika ia tolak, ia merasa tak tega menyakiti hati Rozer yang telah begitu baik kepadanya.
“Gue belum bisa jawab sekarang” jawab Elina menunduk pelan.
Mengundang senyuman tipis Rozer. “Gak papa, pikirin aja dulu matang-matang. Gue juga gak akan maksa kalau memang lo belum siap, El.” Ujar Rozer berusaha untuk membuat Elina tak terbebani akan pernyataan cintanya.
Elina mengangguk paham.
“Iya nanti gue pikirin dulu” jawab Elina pada akhirnya.
Rozer tahu kalau Elina masih menyimpan keraguan, dan ia pun menyadari kalau sebenarnya sejak awal Elina tak pernah melupakan Morgan. Meskipun ingatannya lupa, namun alam bawah sadar wanita itu masih mengingat dengan jelas perasaan cintanya untuk Morgan.
“Jangan buru-buru, El. Dalami perasaan lo, siapa yang sebenarnya lo pingin sama dia. Gue sadar, lo belum sepenuhnya percaya sama gue kan?” tanya Rozer menatap Elina, dengan ulasan senyuman tipisnya.
Membuat Elina kebingungan, dan merasa tak enak dengan perkataan Rozer. “Maafin gue, Zer. Gue juga gak tau kenapa masih belum yakin.” Jawab Elina apa adanya.
Rozer kembali tersenyum tipis. “It’s ok, jangan jadiim semua ini beban baut lo. Masih banyak waktu yang bisa kita gunain buat ngeyakinin lo.”
Next …….