Celsi harus menjalankan misi yang mengharuskannya berhadapan dengan pria berhati iblis—gelap seperti malam dan dingin bak es. Namun, semakin jauh langkahnya, ia terseret dalam pusaran dilema antara sang protagonis yang menarik perhatian dan sang antagonis yang selalu bermain cantik dalam kepalsuan. Terjebak dalam permainan yang berbahaya, Celsi mulai kehilangan kendali atas pilihannya, dan kenyataan semakin buram di tengah kebohongan dan hasrat tersembunyi
#rekomendasi viral
#kamu adalah milikku!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwika Suci Tifani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gila
Celsi tiba di kediamannya setelah melakukan perjalanan sekitar 10 menit.
Celsi membuka pintu utama menuju ruang tamu dan netral matanya menatap sesosok lelaki bertubuh tegap dengan sebatang rokoknya yang dipanggang ditangan kanannya.
Dia adalah Xaviar yang membuat Celsi sangat jengkel karena di pernikahan sederhana saja dan parahnya ditinggal setelah selesai semua proses pernikahan, padahal itu adalah pengalaman pertama Celsi.
Celsi berjalan mendekat ke Xaviar, sambil mengingat - ingat kejadian yang ada di novel.
Yang tertulis di bab 23 di novel Black Love adalah pemeran utama laki-lakinya sudah sedikit bosan dengan pemeran utama wanitanya, karena rahasia yang di simpan pemeran utama wanitanya tidak lagi terlalu menarik ditambah tingkah pemeran utama wanitanya beberapa hari yang lalu sok lemah dan polos hal itu membuat pemeran utama laki-lakinya muak dan juga ingin membunuh pemeran utama wanitanya, namun saat ditengah - tengah pemeran utama laki-lakinya menatap dingin pemeran utama wanitanya dan juga telah menggores kedua lengan pemeran utama wanitanya, saat itu pemeran utama wanitanya memberikan rahasia cukup besar yang lagi sedang pemeran utama laki-lakinya selesaikan saat itu dan akhirnya pemeran utama laki-lakinya tidak jadi membunuh pemeran utama wanitanya dan pergi dari ruangan tengah dengan hati dinginnya dan batunya membiarkan pemeran utama wanitanya tergeletak di lantai.
Sebelum itu terjadi Celsi mendekati Xaviar lalu duduk di hadapan Xaviar dengan senyum manisnya.
"Xaviar.... How are you ?" Tanya Celsi dengan senyum manisnya.
Xaviar menatap malas Celsi tanpa berkata apa - apa.
Xaviar berdiri dengan kedua tangannya di selipkan di kedua sakunya setelah membuang puntung rokoknya asal.
" Dari mana ?"
Xaviar melangkahkan kakinya mendekati Celsi dengan wajah tanpa ekspresinya.
" Dari joging sore lalu singgah di taman terus duduk menyender di batang pohon rindang yang berada di tepi danau sambil menatap pemandangan yang sangat indah " jawab Celsi dengan jujur.
Kemudian Celsi menatap Xaviar yang menatapnya dengan pandangan malas seolah Celsi telah membuang - buang waktu nya.
" Oh ya gue boleh nggak ikut Lo pergi ke Rusia dan juga gue akan bantu Lo masuk ke Kasino Hatta "
Xaviar menatap Celsi dengan pandangan kosongnya.
" Oke..."
Celsi sungguh sangat merasa terpesona saat Xaviar mampu merubah mimik wajahnya dengan waktu yang singkat walaupun sudah sering Celsi lihat namun masih terasa sangat luar biasa.
Celsi jadi ingin melihat Xaviar menangis gimana mimik wajah yang akan terlihat apakah masih tetap tanpa n atau akan jadi jelek.
Mimik wajah itu yang ingin sekali Celsi lihat, karena di cerita Black Love tidak pernah ada satu baik pun ataupun satu katapun yang menjelaskan Xaviar menangis hanya saja yang sering di ceritakan ekspresi dingin, datar, kosong dan juga tanpa ekspresi.
Xaviar menarik pergelangan tangan Celsi menuju ruangan bawah tanah tempat penghianat dan juga orang - orang yang telah mengusik hidup Celsi.
" Woy... gue mau dibawa kemana ? "
Celsi meronta - ronta namun hanya hasil kosong yang didapatkan Celsi sungguh tenaga Celsi tidak ada bandingannya dengan milik Xaviar bahkan sepertinya Celsi hanyalah nyamuk saja.
Celsi melotot saat Xaviar membawanya keruangan bawah tanah.
' Apa Xaviar tau jika tadi gue kurang penjelasan dan juga gue berinteraksi dengan cowok cukup intens jadi gue di sisksa di sini ' ucap batin Celsi yang gelisah dan menduga - duga.
" Woy...gue istri Lo masa Lo tega nyiksa gue, Lo durhaka jadi suami dan akhirnya dapat karma lah Lo, walaupun Lo banyak bunuh orang mungkin karmanya juga ada namun jika Lo nyiksa dan bunuh istri Lo akan dapat karma dan dosa yang sungguh besar " teriak Celsi memukul - mukul lengan Xaviar dengan tangan kirinya.
Xaviar menghentikan langkahnya lalu menoleh ke belakang menatap tajam Celsi, sungguh suara Celsi sangat cempreng membuat telinga Xaviar sungguh sakit.
" DIAM..."
Xaviar membopong Celsi agar mempercepat langkahnya menuju ruangan yang ingin di tuju.
Celsi memukul - mukul dada Xaviar dengan kedua tangannya.
" Setelah Lo dah, Lo yang akan dapat karma kalau gue kemungkinan meninggal terus masuk surga dan kalau Lo boro - boro masuk neraka yang ada Lo nggak diterima di neraka ataupun di surga "
Setelah mengatakan itu Celsi diam menatap masam Xaviar.
Xaviar tetap melanjutkan langkahnya hingga akhirnya sampai di depan pintu hitam yang bercorak Bunga merah dan hitam.
Xaviar membuka pintu itu dan berjalan melewati sel - sel penjara dengan beberapa orang yang ada di dalam sel dengan keadaan yang sungguh sangat memprihatikan.
Setelah sampai di ujung ruangan dan hanya tersisa satu sel yang cukup besar dan terlihat lelaki yang berpakaian koyak dengan wajah pasrah ya menatap lantai.
Xaviar membuka Rungan sel itu dan menurunkan Celsi, setelah itu berjalan menuju bangku hitam bak singgah sana raja yang salahnya hanya bewarna hitam tanpa ada desain lainnya.
" Siksa dan bunuh dia atau Lo yang akan gue siksa dan bunuh pilihlah jawabannya " ucap Xaviar dengan seringainya.
" Gue "
Tunjuk Celsi pada dirinya sendiri.
" HM ..."
.......
Xaviar cukup bosan akhir- akhir ini karena tidak lagi terlalu menarik tingkah Celsi, kecuali rahasia besar yang disimpannya, namun sampai saat ini rahasia itu masih di simpan dan terbongkarnya saat waktu - waktu mendekati Xaviar mengetahui rahasia itu.
Maka dari itu Xaviar membawa Celsi ke sini dan tujuan selain itu juga untuk melatih Celsi apa bisa membunuh seseorang di saat - saat seperti ini, karena Celsi sudah menjadi istrinya tentu saja lambat laun musuhnya akan mengetahui tentang Celsi dan juga Xaviar ingin tau apa perkataan selama ini yang Celsi katakan akan membantunya beneran atau sekedar omong kosong.
Celsi melotot saat mendengar perintah Xaviar. Sungguh selama ini Celsi bahkan tidak pernah sekalipun mengupas bawang, lah apalagi manusia yang harus Celsi siksa dan kupas.
" Apa tidak bisa di skip dulu ?, Yang lain ada nggak selain bunuh- bunuh, gue nggak mau bunuh - bunuh, nanti yang ada gue nggak diterima surga lagi " bujuk Celsi menatap Xaviar yang duduk dengan menatap Celsi dengan pandangan kosongnya.
" Mendekat " perintah Xaviar dengan suara tenangnya.
Celsi mendekati Xaviar dengan was - was.
" Apa " tanya Celsi setelah dekat dengan Xaviar namun masih menjaga jaraknya dengan Xaviar.
Xaviar menarik tangan Celsi hingga membentur dada bidang Xaviar.
Celsi mendonggakan wajahnya menatap Xaviar dengan posisi yang sama, masih menindih Xaviar dengan kedua tangan Celsi memegang dada bidang Xaviar yang terhalang oleh baju.
Xaviar mengambil pisau di sakunya, lalu mengiris lengan Celsi.
" Aw..."
" Apa -apaan sih Lo "
" Mengabulkan permintaan Lo " ucap Xaviar enteng.
" Gue nggak milih ya "
Xaviar berdiri dari duduknya yang disusul Celsi.
Xaviar menarik tubuh Celsi menuju mainannya, setelah itu memeluk tubuh Celsi dari belakang dan memaksa tangan kanannya memegang belati yang di arahkan ke mata mainannya itu.
" AHhh....."
Celsi meneguk ludahnya dengan susah payah.
" Xaviar anjing jangan bawa - bawa gue lah, gue nggak mau dicap pembunuh " ucap Celsi sambil meronta-ronta berusaha melepaskan dekapan Xaviar.
" Ahh...."
" ALAMAK....."
Tangan Celsi tidak sengaja menusuk pipi pria itu dengan belati yang masih menancap di pipi pria itu saat Celsi meronta-ronta agar terlepas dari dekapan Xaviar.
" Gue nggak sengaja, itu salah Lo kanapa Lo nggak mundur ?"
Celsi menatap pria itu perhatikan saat belati itu masih menancap di pipi pria itu.
Celsi ingin mencabut belati itu namun tangan Celsi sepertinya tidak bekerja sama dengan pikirannya.
Lihat saja tangan Celsi yang saat ini kaku tidak bisa digerakkan, bahkan ngilu saat berusaha digerakkan untuk melepaskan tancapan belati itu dari pipi pria itu.
Xaviar puas dengan tingkah Celsi yang dilihatnya di kaca yang berada didepannya.
Setelah itu Xaviar mundur dua langkah dan memencet tombol merah yang berada di ikat pinggangnya.
Keluar lah belati-belati dan beling - beling dari atas langit - langit tepat di atas kepala pria itu dan berjatuhan mengenai tubuh pria itu dan kembali lagi keatas itu terus berulang dan darah pria itu berceceran ke segala arah hingga mengenai wajah dan baju Celsi dan juga Xaviar.
Xaviar mengelap bercak darah dari pipinya mengunakan ibu jari . Matanya menatap kosong pada mainannya yang telah tergeletak tak bernyawa di kakinya dengan tubuh yang sudah tak berbentuk dan darah yang terus mengalir mengenai sepatu hitam yang dikenakan Xaviar dan juga membasahi kaki Celsi dengan darah.
" Lemah..." Ucap Xaviar menatap mainannya yang telah tepar sebelum Xaviar bermain dengan mainannya itu.
Xaviar menatap bola mata mainannya yang kini menggelinding mengenai kakinya.
Xaviar mengambil bola mata itu lalu membalikkan tubuh Celsi hingga menghadapnya.
Xaviar mengangkat dagu Celsi, lalu menatap Celsi dengan seringai dibibir seksinya. Setelah itu Xaviar membelai dagu Celsi yang penuh darah.
" Bawa gue ke psikolog " pinta Celsi.
Celsi ingin memastikan apakah Celsi masih normal atau sudah kena mental.
Xaviar dengan santai meremas bola mata yang dipegang ya hingga hancur.
Celsi menahan mual saat melihat pemandangan itu.