Elara Estelle putri seorang pengusaha yang terabaikan dipaksa menikah dengan Alistair Magnusson seorang tuan muda lumpuh di tengah ejekan keluarganya elara menyembunyikan identitasnya sebagai dokter terkenal ketika rahasia masa lalu terungkap elara merencanakan balas dendam sambil belajar arti cinta dan penerimaan dalam pernikahan yang tak terduga.
penasaran?? yuuk lanjut bacanya ➡️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bellis_perennis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10
Di sudut ruang kerja alistair duduk berdampingan dengan ayahnya Frederick sambil mengamati percakapan yang akrab antara Elara dan Sebastian di seberang ruangan suasana hangat itu membuat Frederick teringat akan masa mudanya bersama Evelyn istrinya yang penuh kelembutan.
Frederick berdehem menatap Alistair dengan penuh arti "apa kau tidak takut, Alistair?"
Alistair mengernyit "kenapa harus takut, Ayah?"
"Siapa tahu istrimu malah jatuh cinta pada adikmu Sebastian" jawab Frederick "bukan maksud ayah membuat bibit konflik hanya saja ayah takut kau akan menyesal nanti".
Alistair tertawa kecil menatap ayahnya dengan tenang "ayah aku percaya bastian tidak akan seperti itu dan elara bukan tipe wanita yang mudah jatuh cinta".
Frederick mengangguk pelan terkesan dengan kepercayaan diri putra sulungnya namun rasa penasarannya belum hilang "kenapa kau bisa menyimpulkan seperti itu?" tanyanya.
Alistair tersenyum tipis mengalihkan pandangan kembali pada Elara "karena dia wanita paling jujur yang pernah kutemui, ayah".
Frederick semakin ingin tahu "apa maksudmu? Kalian baru beberapa bulan menikah tapi kau seolah mengenalnya seumur hidup".
Alistair terdiam sejenak menyadari bahwa mungkin saatnya dia mengungkapkan hal yang selama ini dia simpan dari ayahnya "sebenarnya… sebelum kami menikah aku mengajukan surat perjanjian pernikahan padanya" akunya dengan nada pelan namun mantap.
Frederick terperangah "apa? Kau benar-benar melakukannya?"
Alistair mengangguk terlihat tenang namun sedikit menyesal "yaa.. tapi bukan untuk diriku sendiri aku hanya ingin elara mengerti bahwa mungkin aku tidak akan bisa menjadi suami yang baik sehingga dia tidak berharap banyak pada pernikahan ini".
Frederick tertawa kecil mencengkeram pundak putranya "nak kau benar-benar mirip dengan ayah sombong dan keras kepala dulu ayah juga berpikir tidak akan ada cinta dalam pernikahan dengan ibumu tapi lihat sekarang. Kenyataannya ayah bisa gila tanpanya".
Alistair tersenyum getir, mengingat kembali bagaimana kehidupannya berubah drastis setelah kecelakaan itu "ayah.. tapi aku lumpuh… aku tak ingin dia harus hidup bersama pria sepertiku ayah lebih beruntung karena bisa memiliki Ibu dalam keadaan normal".
Frederick menatap dalam-dalam mata putranya memahami perasaan rendah diri yang mendalam dalam hatinya "alistair kau tidak perlu merasa begitu apa kau tidak ingin mencoba membuka hatimu untuk elara?"
Alistair tampak bimbang "kenapa Ayah begitu yakin kalau Elara wanita yang tulus?"
Frederick tersenyum mengingat bagaimana dia dan evelyn pertama kali bertemu Elara "ada alasan mengapa Ayah dan Ibumu langsung setuju padanya dia bukan hanya wanita yang baik tapi dia tulus elara tidak memandang orang dari fisik dia akan membalas kebaikan seseorang dengan setulus hati".
Alistair masih terlihat penasaran "bagaimana Ayah tahu bahwa dia wanita seperti itu?"
Frederick terkekeh "ayah seorang pebisnis nak... perjalanan ayah jauh lebih lama dari dirimu selain itu, pertemuan pertama Ibumu dengannya bukanlah kebetulan".
Alistair menatap ayahnya lebih intens "apa maksud ayah? Apa ibu terluka? Siapa yang berani menyakiti Ibu?" tanyanya dengan cemas.
Frederick menggeleng "tidak, ibumu baik-baik saja hanya saja ada sedikit tragedi yang membuat mereka saling mengenal lebih dekat".
Alistair terdiam menyadari ada alasan kuat mengapa ibunya mendorong pernikahannya dengan elara diam-diam rasa kagum pada ibunya bertambah.
Frederick menepuk pundaknya lagi dengan lembut "dia wanita baik alistair ayah yakin akan itu ayah berharap kau bisa memiliki keluarga kecil yang bahagia ayah ingin menebus semua kesalahan yang pernah ayah lakukan pada keluargamu termasuk luka yang pernah ayah berikan pada ibumu".
Alistair menatap ayahnya, terkejut "ayah… ayah pernah melukai perasaan Ibu?"
Frederick tersenyum getir, mengingat masa lalu "dulu ayah terlalu keras kepala dan sombong mulut ayah pernah mengatakan bahwa tidak ada cinta di antara kami tapi lihat bagaimana tuhan menghukum ayah dengan cinta yang begitu kuat pada ibumu".
Alistair melihat rasa penyesalan di wajah ayahnya dan menyadari meski kuat dan tegas ayahnya pun tak sempurna.
Frederick menatap jauh ke depan matanya menerawang ke masa lalu saat dia berbicara dengan alistair raut wajahnya menunjukkan bahwa kenangan itu begitu berharga, namun ada rasa getir yang menandakan bahwa tidak semua bagian dari kenangan itu manis.
"Jadi… bagaimana Ayah bertemu dengan Ibu dulu?" tanya alistair penasaran ingin mendengar cerita dari awal namun frederick hanya menggeleng pelan sambil tersenyum tipis.
"Itu kenangan lama, Alistair hanya beberapa hal kurang begitu baik … biarlah tetap jadi milik Ayah dan Ibumu saja "katanya lembut.
Alistair mengangguk meski tampak sedikit kecewa namun dia mengubah pertanyaannya "ayah… saat aku lahir apa ayah pernah membenciku? karena… aku selalu merasa seolah aku tidak memenuhi harapan Ayah".
Frederick terdiam sesaat, menatap dalam-dalam mata putranya seolah mencari sesuatu di sana "alistair… apa yang membuatmu berpikir begitu? Tidak pernah sekalipun ayah membencimu kau adalah putra pertama ayah kebanggaan ayah".
Alistair menundukkan pandangannya tidak mampu menahan rasa haru "tapi… ayah sering terlihat begitu keras kepala seolah-olah aku tidak pernah cukup baik…"
Frederick mendesah mengakui kesalahannya "itu benar alistair sikap keras kepala ayah hampir membuat ayah kehilangan Ibumu dulu, Ayah terlalu bodoh dan angkuh untuk menyadari perasaan sesungguhnya".
Alistair menatap ayahnya dengan lebih intens "apa maksud Ayah?"
Frederick menghela napas panjang suaranya melembut "dulu, ayah selalu berpikir bahwa cinta bukan hal penting namun ketika kau lahir kau menjadi bukti cinta kami ayah merasa sangat bangga memilikimu alistair".
Terdiam sejenak frederick menepuk pundak alistair dengan lembut "meski ayah dulu keras kepala dan mungkin tidak selalu menunjukkan rasa sayang dengan baik… tapi ayah tidak pernah membencimu kau selalu menjadi bagian dari kebanggaan hidup Ayah".
Alistair tersenyum kecil, merasa lega mendengar pengakuan tulus dari ayahnya untuk pertama kalinya dia merasa lebih dekat dengan ayahnya "ayah aku mungkin tidak pernah mengatakannya tapi… aku ingin menjadi pria sebaik ayah walaupun aku punya kelemahan aku akan berusaha".
Frederick tersenyum bangga menatap putranya dengan penuh kasih sayang "kau sudah menjadi pria yang baik alistair kau hanya perlu percaya pada dirimu sendiri".
Percakapan berakhir dalam keheningan yang penuh makna sementara kenangan dan harapan akan masa depan menyatukan mereka dalam kehangatan keluarga.