Kisah sekelompok anak muda yang ingin hidup sesuai dengan keinginan mereka karena di beri kesempatan kedua. Mereka pernah meninggal dan hidup kembali secara ajaib sehingga mereka sangat ingin menikmati hidup mereka.
Namun tanpa mereka sadari sebuah bencana besar sedang mengintai dunia dan pada akhirnya mengancam semua makhluk hidup di dunia. Untuk mempertahankan kehidupan kedua mereka, sekelompok anak muda itu berjuang untuk mengembalikan dunia seperti sedia kala dengan keajaiban yang mereka miliki.
mohon dukungan komen dan like nya ya kalau suka, thanks
Prinsip mereka hanya satu. "Kita tidak tahu sampai kapan keajaiban ini akan mempetahankan hidup kita, sampai saat itu tiba kita akan bersenang senang dan melakukan apa saja yang kita inginkan, tidak ada yang bisa menghalagi kita, apapun itu, jadi jangan coba coba,,"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 11
“Blup,” Alex kembali menghilang dan muncul tepat di depan Rio sebelum Rio melangkah keluar dari pintu, tangan Alex langsung memegang dada Rio dan menghentikan langkah Rio,
“Tunggu, gue belom kelar ngomong....”
“Swosssh,” Rio meninju cepat ke arah Alex dan muncul gelombang angin kuat berbentuk tinju ke arah wajah Alex. Dengan susah payah Alex menyilangkan tangannya di depan wajah, kedua lengannya di selimuti bayangan tapi “buaaak,” Alex terpental jauh masuk ke kelas kosong di sebrang mereka. “Pssssh,” kabut keluar dari rekahan kulit dan dari serat otot lengan Rio. “Plak...plak...plak,” Sarah yang masih menghisap darah Rio memukul mukul pundak Rio kemudian menunjuk ke kelas sebrang dengan wajah panik, Lina yang berada di sebelah Rio langsung menarik baju Rio dan menunjuk ke sebrang,
“Oi bantuin dia kak, ntar kalau dia kenapa napa gimana,” ujar Lina.
“Oh, Sar lo turun dulu dan cabut dulu ya,” ujar Rio sambil menoleh ke Sarah.
“Plop,” Sarah mencabut giginya dan turun dari pundak Rio, begitu turun dia langsung menepuk punggung Rio,
“Lo gimana sih, kalau anak orang mati gimana, cepetan bantuin,” teriak Sarah.
Rio berlari kecil menyebrangi kelas namun ketika dia masuk dia tidak melihat Alex dimana mana, tiba tiba Alex muncul di belakang nya,
“Lo beneran cari mati ya, rasakan ini,”
Dari punggung Alex keluar banyak tentakel yang langsung membelit Rio di depannya, Rio yang terjepit berusaha mengeraskan tubuhnya dan seluruh otot di lengannya merekah, perlahan lahan tentakel bayangan mulai mengendur akibat tubuh Rio yang semakin membesar sampai membuat Alex bingung.
“Lo makhluk apa ?” tanya Alex berteriak.
“Gue manusia,” teriak Rio.
“Crack,” tentakel tentakel bayangan Alex mulai putus, tapi sebelum semuanya putus, Alex kembali merentangkan kedua tangannya, dua buah lengan dan tangan bayangan besar langsung menjepit tubuh Rio dan menggenggam nya, tapi “arrrrgh,” seluruh nya rontok di hadapan Rio, dia langsung berbalik dan mengangkat tinjunya, “swooosh,” Rio memukul ke arah wajah Alex yang reflek menaikkan tangannya dan menangkis tinju Rio dengan tangan bayangan yang besar. “Blaaar,” ledakan terjadi, “prang,” seluruh kaca jendela pecah berantakan karena terhempas oleh gelombang benturan mereka. Setelah itu Rio terus meninju kedua tangan besar di depannya dengan penuh semangat,
“Udah woi, kenapa malah berantem,” teriak Sarah.
“Oi sekolah hancur oi...berhenti kak Rio, kak Alex....oiiiii,” teriak Lina.
“Mana bisa berenti, lo pada ga liat dia ketawa, bantuin gueeee,” teriak Alex.
Sarah dan Lina kaget melihat Rio yang tersenyum dan terlihat menikmati pertarungannya dengan Alex yang sudah kewalahan menahan tinju Rio. Sarah langsung mengubah kedua tangannya menjadi cakar dan melompat jauh, dia mendarat punggung Rio kemudian menomplok Rio dari belakang.
“Rio udah....udah....lo bisa menghancurkan sekolah kita....woi udah,” teriak Sarah.
“Plak,” Sarah memukul kencang kepala Rio sampai Rio terhuyung, Lina maju dan menempelkan kedua tapaknya ke dada Rio, Sarah yang melihatnya langsung bersalto kebelakang dan Lina mengaliri tubuh Rio dengan listrik. “Pssssh,” Rio tertunduk dengan seluruh tubuh mengeluarkan asap.
“Huf....huf....seru, ini menyenangkan, lagi yu,” ujar Rio sambil menunduk.
“Plak,” kepala Rio langsung di tepuk oleh Sarah dari belakang, kemudian Sarah langsung memeluk Rio dari belakang,
“Sadar bego, lo mau bunuh kita semua hah,” teriak Sarah.
“Oh...sori Sar,” balas Rio.
“Jangan sori ama gue, sori ama kak Alex dan Lina,” teriak Sarah.
Rio menoleh melihat Alex yang sedang di papah oleh Lina dan terengah engah, namun Alex tersenyum dan mengangkat ibu jarinya,
“Gue angkat lo jadi jendral iblis gue,” ujar Alex.
Rio menoleh melihat Sarah yang wajahnya tepat berada di sebelah wajahnya, dia menunjuk ke arah Alex,
“Dia belom waras,” ujar Rio.
“Udah biarin, gue takut tau, beneran, jangan sekali lagi lo kayak gitu,” teriak Sarah.
“Iya sori, lo ga apa apa kan ?” tanya Rio.
“Udah gue bilang, jangan khawatirkan gue, mereka tuh,” ujar Sarah menunjuk Alex dan Lina.
“Sori ya, gue ke enakan,” balas Rio.
“Lo kok bisa keenakan gitu sih, emang enak ya berantem ?” tanya Alex.
“Lah katanya lo demon lord, masa demon lord ga doyan berantem ?” tanya Rio bingung.
“Gue laen,” jawab Alex.
“Sori, soalnya dari dulu ga ada yang mau gue ajak sparing, giliran mau ikut tanding gue di usir, jadi ketika nemu lawan yang mau meladeni gue, gue seneng banget karena yang gue pelajari bisa kepake,” balas Rio menunduk.
“Itu karena lo monster, buset dah kaga nyadar apa ?” tanya Sarah, Alex dan Lina dalam hati masing masing.
Setelah tenang, ke empatnya kembali duduk di lantai di dalam kelas membentuk lingkaran, kemudian,
“Ijinkan gue cerita tentang gue, denger dulu dong, jangan main pergi aja,” ujar Alex.
“Ya udah, di denger, tapi cepet, udah mau bel,” balas Rio.
“Hehe akhirnya...gila tegang banget,” balas Lina.
“Hahaha....seru gila,” balas Sarah.
Alex mulai menceritakan kisahnya bagaimana dia bisa sampai di bumi dan bagaimana dia sekarang menjadi manusia,
*****
“Mati kamu raja iblis Amos,”
Seorang pahlawan berpedang maju melesat menusukkan pedangnya ke seorang pria berjubah hitam, bertubuh kekar, memiliki sepasang tanduk di kepalanya, bertelinga panjang ke atas dan bermata merah. Sang raja iblis yang di panggil Amos tersenyum, “trak,” dengan kedua jarinya dia menjepit pedang sang pahlawan yang di tusukkan padanya.
“Haaah....membosankan,”
“Trang,” kedua jarinya mematahkan pedang suci sang pahlawan dan “jleb,” dia melemparkan patahan pedangnya ke leher sang pahlawan,
“Ku..kurang ajar,” ujar sang pahlawan.
“Brugh,” sang pahlawan tersungkur jatuh dan tidak bergerak lagi tepat di depan kaki sang raja iblis, kemudian sang raja iblis melihat ke depan, terlihat beberapa pahlawan lagi yang tertegun memasang kuda kuda mereka namun tidak berani maju setelah melihat nasib temannya.
“Ayo semua maju,”
“Bwuuup,” sebuah cahaya muncul di kaki Amos dan membentuk sebuah tabung, “pyash,” begitu cahaya menghilang, sang raja iblis menghilang begitu saja seperti di telan bumi. Para pahlawan yang melihatnya saling menoleh melihat satu sama lain,
“Loh kemana dia ?” tanya seorang pahlawan.
“Ini artinya...kita menang....yeeeey kita menang,” sorak seorang pahlawan lainnya.
“Uwoooooh menaaaang,” seluruh pahlawan bersorak sorai.
******
Sementara itu, di sebuah rumah gubuk dari kayu dan batu, di wilayah pedesaan yang berada di kaki gunung berapi yang masih aktif, “bwung,” “blugh,” sang raja iblis muncul di dalam sebuah ruangan dan langsung terjatuh. “Adu duh,” dengan perlahan dia berdiri, namun matanya membulat karena di depannya dia melihat ada dua orang yang duduk bersebrangan dengan sebuah meja di tengah mereka. Di atas meja itu terlihat ada semacam dupa, sebuah pisau berliku liku (keris), sebuah gelas berisi air dan kembang 7 jenis.
Sang raja iblis menoleh melihat seorang pria berkumis panjang, memakai penutup kepala dari kain, berpakaian serba hitam dengan mulut sedang berkomat kamit membaca mantra dan kedua tangannya bergerak gerak ke atas ke bawah tapi penuh tenaga sampai kedua tangannya bergetar sendiri, “pruuuut,” pria itu mengambil gelas dan menyeburkan airnya ke samping tepat mengenai tubuh Amos,
“Waduh, main sembur aja, basah dah,” ujar Amos kaget.
“Dia sudah datang tuan, silahkan katakan tujuan anda,” ujar sang pria.
“Tolong santet lawan politik saya, saya bersedia memberi tumbal pada anda,” ujar seorang pria berkepala botak, berperut gendut dan berpakaian aneh.
Kedua pria itu duduk bersila dan sepertinya mereka tidak menyadari kehadiran Amos di sebelah mereka,
“Dimana ini ?” tanya Amos.
“Anda di rumah saya, saya memanggil anda untuk mengabulkan permintaan tuan ini,” jawab pria berpakaian hitam yang memejamkan mata menghadap lurus ke depan.
“Hah..permintaan apa ?” tanya Amos.
“Santet lawan politik beliau,” jawab sang pria berpakaian hitam.
“Hah...apa itu santet ? lawan politik ?” tanya Amos bingung.
“Santet itu memasukkan paku, penyakit atau racun ke tubuh target,” jawab sang pria berpakaian hitam.
“Lah mana bisa, emang kalian kira saya ini apa, saya raja iblis, saya yang nyuruh bukan melakukan,” balas Amos.
“Aduh kayaknya ga bisa ya mbah ?” tanya pria berkepala botak yang duduk bersila memejamkan mata lurus ke depan.
“Sepertinya tidak bisa tuan, mungkin ada permintaan lain ?” tanya sang pria berpakaian hitam.
“Kalau gitu saya minta dana untuk kampanye saja agar saya bisa mengalahkan lawan politik saya dan menyuap rakyat,” jawab sang pria botak.
“Hah...saya raja iblis bukan badan amal, mau dana ya kerja, jadi petualang kek, jadi ksatria di kerajaan kek, atau jadi petani kek, pokok nya kerja, jangan minta, ga malu apa, saya aja usaha kok jadi raja iblis ga pake suap menyuap, jujur dong,” ujar Amos marah marah.
“Dia juga tidak bisa tuan,” ujar pria berbaju hitam.
“Aduh iblis bego, apa apa ga bisa,” balas pria botak.
“Enak aja bego, liat sini kalo ngomong, jangan saling madep ga jelas gitu,” ujar Amos.
Kedua pria itu menoleh melihat ke arah Amos yang berdiri di sebelah mereka sambil melipat tangan di dada, tapi mata mereka masih terpejam,
“Woi melek,” ujar Amos.
Begitu keduanya membuka mata, sontak keduanya langsung berdiri dengan wajah ketakutan, Amos tersenyum mengerikan bermaksud menyapa keduanya, dia mengangkat tangan nya,
“Akhirnya, kenalkan nama saya....”
“Setaaaaaaaaaan,” kedua pria itu lari tunggang langgang meninggalkan ruangan.
“Lah...nama saya bukan setan,” ujar Amos heran.
Setelah itu, Amos terbang berkeliling dunia karena dia berada di dunia yang asing bagi nya, barulah dia mengerti kalau dia di panggil seorang dukun tanpa sengaja untuk melaksanakan perintah sang dukun dan tentu saja dia marah pada sang dukun yang sembarangan memanggil nya. Setelah mengerti kalau bumi adalah dunia tanpa sihir, penuh dengan manusia dan memiliki teknologi canggih, dia mulai belajar dan mencari jalan pulang. Tapi secanggih apapun teknologi dan ilmu yang di miliki manusia, tetap saja tidak bisa membawa dia pulang.
Akhirnya dia membaca sesuatu yang membuatnya tertarik, sebuah buku bergambar yang mengisahkan berpergian ke dunia lain yang di sebut isekai. Setelah di pelajari, cara untuk bisa ke isekai adalah tertabrak truk. Tanpa pikir panjang, Amos mencari truk dan akhirnya dia tertabrak bus malam di jalan bebas hambatan kemudian kehilangan kesadaran. Namun ketika dia kembali membuka mata, ternyata dia sudah menjadi bayi manusia yang di rawat di panti asuhan karena di buang oleh ibunya yang tidak ketahuan siapa. Dia langsung menyadari kalau dia bereinkarnasi menjadi bayi manusia dan berniat meneruskan mencari jalan pulang lagi.
*******
“Dan itu terjadi 18 tahun lalu, makanya sekarang gue disini, waktu itu salah, harusnya truk bukan bis malam makanya abis ini cari truk di jamin berhasil, lah lo pada kenapa ?” tanya Alex.
Alex melihat Rio, Sarah dan Lina berguling guling sambil menutup mulut mereka karena menahan tawa mati matian agar tidak menyinggung Alex yang bercerita dengan serius.
“So...sori...Alex,” ujar Rio menahan tawa.
“Demon....lord....apes...di panggil...dukun,” tambah Sarah menahan tawa.
“A..ampun, ada ya...demon lord ketabrak bus tewas.... ampuun,” ujar Lina menahan tawa.
“Emang cerita gue lucu ya, gue serius kale, yang terjadi emang begitu,” balas Alex kesal.