Dania adalah wanita yang lemah lembut dan keibuan. Rasa cintanya pada keluarganya begitu besar.
Begitupun rasa cintanya pada sang suami, sampai pada akhirnya, kemelut rumah tangganya datang. Dengan kedua matanya sendiri Dania menyaksikan penghianatan yang di lakukan oleh suami dan kakaknya sendiri.
Penghianatan yang telah di lakukan orang-orang yang di kasihinya, telah merubah segalanya dalam hidup Dania.
Hingga akhirnya dia menemukan cinta kedua setelah kehancurannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ara julyana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Pertemuan Kedua
"Selamat pagi, apakah anda tadi menghubungi saya?" jawab orang di seberang sana.
"Oh iya, apakah ini benar mas Arjuna? kakaknya Mitha teman saya?" Dania bertanya dengan hati-hati.
Sesaat keduanya terdiam, Baik Dania maupun Arjuna mereka sama-sama sedang memikirkan sesuatu. Mereka mengingat-ingat seperti mengenali suara masing-masing. Namun kemudian obrolan pun kembali berlanjut.
"Iya benar aku Arjun, kamu Dania bukan? Mitha sudah banyak bercerita tentangmu. Kapan kamu akan datang? kemarin aku menunggumu."
"Maaf mas, kemarin aku ada masalah, oke sekarang aku akan datang."
"Baiklah aku tunggu."
🍁🍁🍁
Dania segera bersiap. Ia kembali meninggalkan si kembar bersama bik Titin.
Dania tiba di halaman sebuah gedung yang megah. Di dalam sana ada perusahaan milik Arjuna.
Dania melangkahkan kakinya masuk ke dalam gedung. Seorang security menahan langkahnya.
"Selamat siang bu, ada yang bisa saya bantu?"
"Saya ingin bertemu dengan pak Arjuna."
"Apakah ibu sudah membuat janji?"
"Sudah," jawab Dania.
"Sebentar ya bu," security itu masuk ke ruang informasi lalu menyampaikan keinginan Dania.
Di ruang itu seorang pegawai menghubungi sekretaris Arjuna. Lalu sekretaris itu datang ke ruangan Arjuna dan menanyakan langsung padanya.
"Dia tamu special saya, kamu turun ke bawah dan jemput dia langsung lalu bawa kesini!" perintah Arjuna pada sekretarisnya.
"Baik pak!" jawab sekretaris yang bernama Vita itu.
Vita datang menemui Dania. Wanita itu membawa Dania menemui atasannya.
Tok tok tok
Pintu ruangan Arjuna di ketuk.
Mereka berdua masuk. Lalu Arjuna memberi isyarat tangan agar Vita meninggalkan ruangannya. Vita pun keluar. Tinggalah Dania dan Arjuna dalam ruangan itu.
Arjuna Dwi Anggara. Pria pewaris tunggal Anggara group-bisnis retail terbesar di kota Jakarta. Saat ini berumur tiga puluh tahun. Pria berperawakan tubuh kekar berotot dengan tinggi 180 cm dan berwajah tampan dengan gaya yang cool habis itu menegakkan kepalanya.
"Kamu??" pekiknya terkejut setelah melihat wajah Dania dengan pasti.
Dania pun tak kalah terkejutnya.
"Kamu? ngapain kamu disini? kamu itu memang selalu bikin aku sial, kemarin aku sial gara-gara kamu! dan sekarang kamu pasti ngikuti aku iya kan?" sungut Dania dengan kesal.
"Kamu yang ngapain kesini? ini kantorku!"
"Bukan urusanmu," Dania berbalik badan hendak keluar dari ruangan itu.
"Eh tunggu!" Arjun menarik tangan Dania menahan Dania agar tidak pergi.
Dania menoleh, mereka saling tatap.
"Mana jaketku?" tanya Arjun, entah kenapa dia yang awalnya ingin bicara lain malah menanyakan jaketnya dengan nada ketus pula.
"Ada di rumah! lepaskan aku akan ambil dan mengembalikannya padamu," Dania menarik paksa tangannya.
"Tunggu Dania! kamu Dania bukan?" Arjun berjalan menuju meja kerjanya lalu ia duduk di kursinya. Tingkahnya itu justru membuat Dania penasaran dan tidak jadi meninggalkan ruangan.
"Silahkan duduk," ucapnya kembali, tangannya mengisyaratkan pada Dania untuk duduk di hadapannya.
"Aku Arjuna Dwi Anggara, orang yang kamu cari, apa kamu yakin akan pergi dari sini setelah menemukan orang yang kamu cari? orang yang akan mengajarimu berbisnis! bukankah itu tujuanmu datang kesini Dania?" ucap Arjun tegas dan berwibawa, kali ini ia benar-benar tampak berbeda, cara bicaranya dan sikapnya tidak seperti Arjuna yang tadi berdebat dengannya.
"Ik ik iya," jawab Dania gugup.
"Ha ha ha, tenang Dania, jangan gugup seperti itu, apa yang kamu pikirkan? apa kamu takut padaku? pastinya tidak bukan? Dan kamu? Aku tahu kamu wanita yang pemberani dan tidak gampang menyerah, kamu sudah tahu aku orang seperti apa bukan? aku orang yang sangat bertanggung jawab. Kamu tahu itu karena kemarin aku sudah menjadi suami palsumu di klinik itu," kata Arjun, ia tersenyum ke arah Dania.
Senyum yang sangat indah. Senyum itupun yang akhirnya mampu membuat Dania juga tersenyum.
"Maafkan aku, atas kejadian kemarin," ucap Dania menunduk.
"Tidak ada yang perlu di maafkan, tidak ada yang salah, hanya satu yang bikin aku kesal,"
"Apa itu?"
"Kemarin aku menunggumu cukup lama, karena Mitha menghubungiku dan mengatakan kamu sudah di jalan jadi aku menunggumu."
"Iya maaf, aku tiba-tiba ada urusan."
"Urusan di cafe itu?"
"Iya,"
"Urusan apa yang harus di selesaikan di cafe? apa kamu janjian dengan seseorang untuk bertemu? ah maaf, aku terlalu mencampuri urusanmu, tapi jika kamu janjian dengan seseorang kenapa kamu membuatku menunggu?"
"Maaf mas, tiba-tiba aku ada urusan pribadi," jawab Dania kesal, karena dia sudah tidak tahu lagi mau ngomong apa, tidak mungkin juga dia menceritakan semua masalah rumah tangganya.
"Mas?" Arjun mengulang panggilan Dania kepadanya dengan nada geli.
Dania tersipu malu.
"Jadi, aku harus memanggilmu apa? Pak, tuan, atau kakak seperti Mitha memanggilmu?"
"Pak? sepertinya aku kelihatan terlalu tua jika kamu memanggilku pak, tuan? ah itu lucu sekali, aku bukan majikanmu, dan kakak? itu sangat aneh karena kamu bukan adikku, baiklah aku rasa panggilan mas tidak terlalu buruk, hemmm mas Arjun," Arjun senyum-senyum sendiri.
Dania merasa geli dengan tingkah Arjun. Dia tidak menyangka lelaki dingin seperti kulkas dua belas pintu itu ternyata bisa bercanda dan bisa mencairkan suasana juga.
"Ha ha ha," tiba-tiba Dania tergelak karena kata-kata Arjun.
"Eh, kamu hobby tertawa tiba-tiba ya, kemarin kamu tertawa tiba-tiba dan sekarang begitu juga, jangan terlalu memikirkan masalah Dania, nanti kamu bisa gila."
"Enak aja, aku tertawa gara-gara kamu!" seru Dania.
Akhirnya Dania pun mencair juga. Sekarang mereka terlihat akrab di perkenalan pertama namun adalah pertemuan kedua itu.
"Bagaimana, apa kita mulai sekarang belajarnya? terlalu banyak omong nanti kamu mengatakan aku ini cerewet pula," kata Arjun.
"Hemmm," Dania mengangguk setuju.
Dania pun mulai menerima pelajaran tentang bisnis yang di berikan oleh Arjun. Jika perusahaan Arjun bergerak di bidang retail maka perusahaan Dania bergerak di bidang properti.
Namun Arjun bisa memberi pelajaran dan arahan pada Dania soal bisnis itu. Apalagi bagi Dania yang buta ilmu bisnis, dia memang sangat membutuhkan seseorang untuk membantunya. Bahkan untuk merubahnya menjadi seorang wanita karier, wanita pembisnis yang akan memegang dan memimpin sebuah perusahaan besar nantinya.
Waktu terus berjalan, Dania harus pulang sebelum Bobby dan Sinta kembali ke rumah.
"Mas, aku harus pulang, apakah aku bisa kesini lagi besok?" tanya Dania.
"Tentu saja, apa aku boleh mengantarmu pulang lagi? seperti kemarin?" Arjun tersenyum, matanya melirik ke arah Dania yang sedang berkemas memasukkan kertas-ketas pelajaran yang di tulisnya ke dalam tas.
"Apa tidak merepotkan?" tanya Dania.
"Tidak masalah, kamu pernah merepotkanku lebih dari itu, dan aku juga akan sekalian pulang."
Dania hanya bisa tersenyum.
Mereka berjalan beriringan keluar kantor untuk menuju tempat dimana mobil Arjun di parkirkan.
Semua mata tertuju pada keduanya. Namun mereka hanya berani curi-curi pandang pada kedua orang itu. Tidak ada yang berani menatap langsung keduanya. Karena Arjun yang mereka kenal adalah seorang atasan yang sangat tegas.
Banyak tanda tanya di hati mereka tentang siapakah Dania, dan apakah hubungannya dengan sang bos itu sehingga dia di perlakukan begitu spesial. Dan mereka juga seperti orang yang sudah lama saling kenal dan akrab.
Bersambung....
♥️♥️♥️
Hai semua, tinggalkan jejak kalian ya dengan like dan kome.
Silahkan vote dan beri bintang lima jika suka dengan cerita ini..
Terimakasih🙏🙏