GAVIN adalah pria dewasa yang usianya sudah menginjak kepala tiga. Orang tuanya sudah mendesak untuk segera menikah,terutama
mama nya.
Tapi Gavin menolaknya mentah-mentah. Bahkan mama nya sempat menjadwalkan kencan buta untuk putra tunggal nya itu dengan beberapa anak perempuan dari teman nya,dan yang Gavin lakukan hanya diam saja ,tak menghiraukan Mama nya yang terus berteriak meminta menantu dan cucu.
Hingga suatu hari, Gavin pergi kesalah satu kafe yang sering dikunjungi oleh para anak muda. Disana ia bertemu dengan seorang gadis yang tertawa bersama teman-teman nya. Gavin terpukau oleh gadis itu.
Tanpa tau siapa gadis yang ia temui dikafe itu, Gavin meminta kepada kedua orang tuanya untuk melamar gadis tersebut, tidak peduli jika usia mereka yang terpaut jauh, karena ia sudah mengklaim gadis itu sebagai istri nya nanti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marta Safnita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31.
"Sayang,kamu kalau capek istirahat saja ya. Kamar nya Gavin ada dilantai dua setelah tangga."ujar Resti memberi tahu pada Redyna.
"Iya Mah, kalau gitu aku kekamar dulu ya Mah, Pah."
"Etts... kamu mau kemana?hnmm?" tanya Bagas begitu melihat pergerakan sang anak yang akan menyusul istri nya.
Gavin menoleh menatap Bagas dan memberi kode kearah Redyna yang sedang menaiki tangga menuju kamar nya.lewat pergerakan matanya.
Bagas menggeleng, Gavin menaikkan sebelah alisnya tanda bertanya. "kamu ikut papa sebentar."
" Tapi pah----"
Ucap Gavin terpotong begitu saja karena Bagas telah menarik tangan nya terlebih dahulu. Mau tidak mau dan harus mau, akhirnya Gavin mengikuti Bagas keluar rumah.
Entah kemana Bagas akan membawa Gavin, Redyna telah sampai dikamar suami nya.kamar Gavin seperti kamar kebanyakan para pria lain nya yang didominasi oleh warna hitam dan putih.
Redyna berdecak sebal, ingin sekali dia mengubah kamar ini sedikit feminim agar suasana nya tidak terlalu mencekam seperti ini.
Langkah kakinya membawa Redyna untuk mengelilingi kamar yang akan ia tempati dengan suaminya untuk beberapa bulan kedepan. Redyna sampai dibuat kagum dengan isi kamarnya.
Bagaimana tidak, semua yang ada dikamar suami nya termasuk kamar mandi dan walk in closed diisi dengan barang-barang berharga.
Bahkan kamarnya yang ada di rumah tidak sebanding dengan ini, sungguh Redyna tidak menyesal menikah dengan Gavin.
Tok....tok...
Redyna mengalihkan pandangan nya pada pintu kamar yang terketuk, lalu berjalan menuju pintu untuk membuka nya. Terlihat seorang wanita paruh baya yang mengenakan daster berdiri didepan pintu.
"Permisi Non, ini kopernya mau di taruh dimana ya?" Tanya bi Irna dengan koper yang berada disebelah nya.
"Eh? Nggak usah bi,biar aku saja yang taruh." jawab Redyna dengan tersenyum membuat bi Irna ikut tersenyum juga.
Den Gavin nggak salah memilih istri, baru pertama kali ngeliat aja uda bisa dipastikan kalau non Redyna itu orangnya baik dan ramah.
"Oh iya. Bibik tahu nggak, mas Gavin kemana?" tanya Redyna setelah berhasil menarik kopernya kedalam kamar.
" Tadi sih kayak nya ngikut Tuan, tapi nggak tau deh kemana nya,non!" Redyna mengangguk dan kembali mengulas senyum." ok deh, terimakasih ya bi, udah dibawain kopernya."
"Iya non, sama-sama kalau gitu bibik pamit dulu mau lanjut kerja." Redyna mengangguk.
Jam telah menunjukkan pukul delapan malam,tapi Gavin suami nya belum menunjukkan batang hidungnya sedari tadi siang.
Kemana pula papa mertua nya membawa suaminya itu? Lelah menunggu, akhirnya Redyna memutuskan untuk membawa buku yang ia bawa dari rumah papa nya.
Saat sedang membaca buku Redyna terkesiap ketika sepasang tangan besar memeluk nya dari samping. Ia sudah mulai hafal aroma parfum milik suaminya itu, walaupun kini bercampur dengan keringat.
"Mas?"
"Hmm."
"Habis dari mana? Kenapa baru pulang?"
Gavin mendengus kesal kala mengingat kejadian tadi, dimana dia dibawa oleh Bagas, Papa nya sendiri ketempat pemancingan.
"Mas,"panggil Redyna lagi ketika tidak mendapat jawaban dari suaminya.
"Tadi diajak papa mancing, menurut Mas, papa itu bukan mancing ikan, tapi mancing emosi Mas. Padahal kan Mas pengen sama kamu di kamar." jawab Gavin ketus dan masih memeluk Redyna semakin erat dari samping.
Redyna sampai merinding sesaat mendengar akhir kalimat yang diucapkan Gavin. Gadis itu tertawa melihat ekspresi suami nya yang sedang kesal kepada Bagas.
Gavin menoleh cepat pada Redyna yang sedang tertawa. Tatapan nya terpaku pada Redyna yang menurut nya tampak lebih cantik sedang tertawa.
Perlahan, Gavin mengikis jarak diantara mereka, hingga sedikit lagi bibir nya menempel dibibir sang istri, tapi sebelum itu Redyna memundurkan wajah nya dan mendorong Gavin dengan tangan nya.