NovelToon NovelToon
CINTA WINARSIH

CINTA WINARSIH

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat
Popularitas:16.2M
Nilai: 4.9
Nama Author: juskelapa

Winarsih, seorang gadis asal Jambi yang memiliki impian untuk bekerja di ibukota agar bisa memberikan kehidupan yang layak untuk ibunya yang buruh tani dan adiknya yang down syndrome.

Bersama Utomo kekasihnya, Winarsih menginjak Jakarta yang pelik dengan segala kehidupan manusianya.

Kemudian satu peristiwa nahas membuat Winarsih harus mengandung calon bayi Dean, anak majikannya.


Apakah Winarsih menerima tawaran Utomo untuk mengambil tanggungjawab menikahinya?

Akankah Dean, anak majikannya yang narsis itu bertanggung jawab?

***

"Semua ini sudah menjadi jalanmu Win. Jaga Anakmu lebih baik dari Ibu menjaga Kamu. Setelah menjadi istri, ikuti apa kata Suamimu. Percayai Suamimu dengan sepenuh hati agar hatimu tenang. Rawat keluargamu dengan cinta. Karena cintamu itu yang bakal menguatkan keluargamu. Ibu percaya, Cintanya Winarsih akan bisa melelehkan gunung es sekalipun,"

Sepotong nasehat Bu Sumi sesaat sebelum Winarsih menikah.

update SETIAP HARI
IG @juskelapa_

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon juskelapa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16. Penyesalan

Winarsih menyeret langkahnya menuruni tangga besar di rumah mewah yang kini terasa bagai tempat penyiksaan baginya.

Dean bahkan tak meliriknya lagi saat dia meninggalkan kamar pria itu.

Anak majikannya berbaring polos menghempaskan tubuh tanpa peduli dengan dirinya yang masih berada di sana.

Hampir subuh Winarsih tiba di kamarnya dan langsung menuju kamar mandi. Setelah melepaskan semua pakaiannya, wanita itu memutar kran ke setelan air hangat.

Pakaian dalam yang dipakainya tadi tampak meninggalkan bercak-bercak merah noda darah. Bisa dipastikan dirinya memang sudah kehilangan benda paling berharga miliknya.

Terlebih lagi, saat dirinya berjongkok di bawah pancuran kamar mandi, Winarsih merasakan sisa cairan hangat milik Dean yang mengalir keluar dari bagian sensitifnya yang terasa perih. Begitu banyak. Cairan itu begitu banyak. Winarsih kembali sesegukan.

Sambil menangis Winarsih menggosok dan menyabuni seluruh tubuhnya hingga kemerahan. Dia merasa jijik sekali dengan dirinya. Tubuhnya yang sering dikatakan orang sangat sintal dan bagus sekarang menjadi seperti sebuah kutukan untuknya.

Lutut dan pangkal pahanya luar biasa pegal. Beginikah rasanya? Apa memang suatu hubungan badan yang begitu banyak diimpi-impikan setiap orang harus sesakit ini?

Winarsih menyabuni seluruh badan dan dadanya berkali-kali. Tampak olehnya puncak dadanya lebih memerah karena mulut Dean yang terlalu sering berada di sana.

Hampir satu jam Winarsih menggosok dan menyabuni badannya. Dia tak mau cairan dari tubuh Dean yang manapun tersisa di tubuhnya.

Hari itu sudah masuk hari minggu, siang nanti harusnya dia ada janji dengan Utomo untuk pergi ke luar.

Dia tak tahu apakah hari ini dia sanggup ke dapur untuk membantu Mbah dan Tina memasak.

Apa yang harus dilakukannya sekarang? Melaporkan Dean ke polisi? Akankah aduannya yang hanya seorang pembantu rumah tangga bisa menang melawan keluarga kaya dan berpengaruh?

Bisa saja Dean nantinya bakal memutar balik cerita tentang apa yang terjadi kemarin malam.

Bagaimana dengan ibunya? Bagaimana dengan Utomo yang begitu berharap bahwa hubungan mereka akan sampai ke jenjang pernikahan? Dia sudah tak memiliki satu hal apapun yang bisa dijanjikannya kepada pria itu.

Siang ini mungkin Pak Hartono dan Bu Amalia belum tiba di rumah, itu artinya Dean akan makan siang sendirian.

Tampaknya mulai sekarang Winarsih harus menghindari bertemu dengan pria itu. Luka di hati maupun tubuhnya masih benar-benar baru.

Setelah tubuhnya benar-benar bersih dan memakai sebuah terusan. Winarsih melirik jam dinding yang tersangkut di seberang tempat tidurnya.

Pukul 4 pagi, pantas saja matanya sangat mengantuk. Dan tak sampai lima menit ketika Winarsih merebahkan dirinya, diapun hanyut ke alam mimpi.

******

"Win, kamu sudah bangun?" Mbah mengetuk pintu kamar Winarsih.

Winarsih tersentak mendengar ketukan berkali-kali di pintu kamarnya. Dia tak tahu sudah berapa lama tertidur. Saat menoleh ke arah jam, ia membelalak. Ternyata jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi.

Dia sudah sangat terlambat untuk absen ke dapur hari minggu itu.

Bergegas dia berdiri menuju pintu dan memutar kunci. Terlihat Mbah berdiri di hadapannya dengan raut wajah khawatir.

"Kamu kenapa? Sakit?" tanya Mbah yang melangkah maju masuk ke kamarnya.

Winarsih mundur untuk memberi ruang kepada wanita tua itu.

"Iya Mbah, maaf. Hari ini saya izin nggak bantu masak. Badan saya sedang tidak enak" ucap Winarsih yang masih berdiri mengenakan daster batik di bawah lututnya.

Mbah menarik lengan Winarsih dan mendudukkannya di tepi ranjang. Tangan tua Mbah yang keriput meraba dahi Winarsih.

"Badanmu nggak panas Win, tapi kalau memang rasanya badanmu nggak enak, ya sudah hari ini kamu istirahat saja. Nanti Mbah buatkan jamu agar kamu bisa cepat enakan," ujar Si Mbah yang masih berdiri di sisinya.

"Sudah makan kamu?" tanya Mbah lagi.

"Belum Mbah."

"Sebentar lagi kamu ke ruangan pegawai. Duduk dan makan di sana. Atau kalau belum sanggup, nanti Mbah minta Tina ke sini nganter makan siang kamu" perintah Mbah .

Winarsih hanya mengangguk mengiyakan dan Mbah pun pergi sambil menutup pintu kamarnya. Dia tak tahu akan makan siang atau tidak hari ini. Perutnya belum merasa lapar.

Janji kepada Utomo pun dia tak tahu bagaimana cara membatalkannya. Winarsih benar-benar merasa tak memiliki tenaga. Bahkan untuk berbicara sekali pun.

Saat sedang memijit-mijit leher dan tengkuknya yang dirasanya pegal, Winarsih kembali mendengar ketukan di pintu.

Tak sampai tiga ketukan, Winarsih telah berdiri membuka pintu kamarnya.

"Ya Mbak?" sapa Winarsih yang melihat Tina berdiri di depannya dengan membawa segelas air putih yang isinya berwarna keemasan.

"Ini kamu minum dulu, air hangat yang diberi madu. Kamu sakit apa? Kata Mbah sedang nggak sehat. Itu barusan pacarmu nelepon Win. Nanyain kamu, tapi aku bilang kamu sakit dan sedang istirahat. Nanti kamu hubungi lagi saja dia," ujar Mba Tina yang berdiri mencerocos tanpa jeda.

Winarsih menerima air madu dari tangan Tina dengan senyum yang dipaksakannya.

Dia sedih sekali. Hatinya sakit dan tubuhnya sakit, tapi dia tak memiliki seorang pun untuk berkeluh kesah.

Tak mungkin dia pulang sekarang ke kampung halaman dan bersujud di kaki ibunya. Winarsih bahkan belum sebulan bekerja di rumah itu.

Sama seperti Mbah tadi, Tina juga mengingatkan dirinya untuk makan siang ke ruang pegawai.

Winarsih menutup pintu kamarnya dan langsung menenggak air madu itu hingga tuntas dalam sekali tarikan nafas.

Air matanya kembali menetes teringat akan ibunya. Dadanya terasa sangat menyesakkan. Winarsih bersandar di dinding dan jatuh merosot dengan menutup kedua mulut karena tak ingin raungan tangisnya terdengar oleh orang di luar kamar.

"Maafin Winar Bu, Maafin Winar yang engga pernah denger dan nurut sama ibu. Winar anak yang jahat. Winar sekarang harus gimana Bu? Winar malu. Winar jijik sama diri Winar sendiri. Apa Winar masih bisa hidup normal lagi?" Winarsih meraung-raung memukul-mukul dadanya.

******

Sudah dari pagi Utomo menghubungi telepon ruang karyawan yang biasa digunakan Winarsih untuk menghubunginya.

Sejak pagi telepon itu tak ada yang menjawab. Hingga menjelang siang tadi rekan kerja Winarsih menjawab telepon tersebut.

Seorang wanita yang biasa disapa 'Mbak Tina' oleh Winarsih, mengatakan jika kekasihnya itu sedang tak enak badan dan beristirahat di kamarnya. Dapur kekurangan tenaga hingga Tina dan Mbah tak sempat menjawab telepon.

Khawatir akan keadaan Winarsih yang selama ini benar-benar jarang sekali sakit, Utomo memutuskan untuk mendatangi tempat kerja wanita itu.

Setelah lewat jam makan siang, Utomo tiba di depan pagar yang tinggi menjulang dan terlihat tidak ramah di matanya. Seorang satpam yang bertugas hari itu berbeda dengan yang biasa ditemuinya.

"Siang Pak, saya boleh bertemu dengan Winarsih?" Utomo mendekati pagar yang letaknya bersisian dengan pos satpam.

"Winarsih? Bapak dari siapanya ya? Biar saya tanya dulu ke dalam," ujar Satpam yang ternyata adalah rekan beda shift Rojak.

"Saya Utomo, pacarnya. Kami dari satu desa di.."

"Maaf Pak, sebentar saya buka pagar dulu. Itu Pak Dean, anak Pak Hartono. Mobilnya mau ke luar." Satpam tadi menunjuk ke sebuah Range Rover putih yang sedang menuju ke arah pagar.

Utomo menepikan tubuhnya dan satpam tadi membuka pagar lebar-lebar. Utomo berdiri di depan pintu pos, menunggu petugas keamanan itu menuntaskan pekerjaannya.

Saat sedang menjengukkannya kepala ke arah halaman belakang rumah, mobil Range Rover itu berhenti tepat di depannya.

Kaca jendela mobil terbuka, menyadari hal itu Utomo langsung mengangguk untuk memberi salam pada pria tampan berkulit putih bersih dan memiliki mata sedikit sipit itu.

Utomo tahu kalau itu adalah anak majikan Winarsih yang berprofesi sebagai pengacara.

"Kamu cari Winarsih? Mau apa?" tanya Dean pada Utomo dari balik setir.

"Iya Pak, saya ada janji dengan Winarsih sejak kemarin. Tapi hari ini katanya Winarsih sedang tidak enak badan dan tidak bisa ke luar. Saya khawatir Pak," ucap Utomo.

"Winarsih baik-baik aja. Cuma perlu istirahat. Lebih baik kamu hari ini pulang aja. Jangan ganggu dia," ujar Dean seraya menaikkan kaca mobil.

Pria itu tak menunggu jawaban Utomo yang masih membuka mulutnya untuk bersuara.

Utomo terdiam di depan pos satpam. Harus sesulit inikah bertemu dengan Winarsih sekarang? Apakah Winarsih sedang berusaha menghindarinya? Apakah wanita itu sudah mulai kehilangan rasa untuknya sejak dia memaksa wanita itu di pondok bekas pos ronda?

Hati Utomo digelayuti kegelisahan. Utomo berbalik melangkahkan kakinya berjalan menjauhi rumah mewah yang sekarang tampak seperti penjara mewah untuk Winarsih.

Sedang apa kekasihnya itu sekarang? Utomo benar-benar merindukan wanita itu. Dia hanya ingin membawa Winarsih melihat Monas seperti permintaannya kemarin malam.

To Be Continued.....

1
Anonymous
Terkadang sikap orang tua lebih memelihara egonya daripd menyalurkan kasih pd anaknya.tindakan win yg sabar itu sudah betul.
Anonymous
Masa sih sekelas kelga mentri cari info rasanya lelet banget gak gercep gitu,anak buah nya pd kmana aja wkwkwk
Rima Wardhani
keren ceritanya... terimakasih
Anonymous
Seorang ibu jika anak nya bahagia ibunya duluan yg merasa bahagia.dan jika anaknya ber aib maka orang tua yg kena lebih dulu😭😭😭
Dyana
ga lepas itu jahitan nunduk2 ngemut s otong/Silent//Silent//Silent//Facepalm/
Anonymous
Sumpah aku mewek gak tega miris banget sih winarsih😭😭😭😭😭
Linda Antikasari
Luar biasa
Anggraeni Leea
luarrrr biasaaa👍👍👍👍👍👍👍
Anna
semua wanita selalu ingat akan sejarah terutama yang g enak 😂
Sastri Dalila
👍👍👍👍👍👍👍👍👍
Tuty Ismail
Luar biasa
Riski Candra
mulutnya mau di tabok
Tami Andriani
ampun dah dean🙈
Magdalena Ambatoding
baru tau rasa dean , didiemin istrinya emang enak /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Yoe Anita
lakik gue beud
azima pml
waduh 🤣🤣🤣semoga bu amelia juga menerima
Zachary
Luar biasa
Rin Riyanti
cerita bagus banget
Bundy Syifa Achmad
keren abis ini novel...kok kamu pintar si thor , buat alur ceritanya, sini gwa jitak thor wkwkwk
Bundy Syifa Achmad
haduh thor karyamu luarrr biasa, macam orang gila... ngikik sendiri
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!