Bagaimana jadinya jika seorang siswa SMA yang hidup sebatang kara mendapatkan anugrah sebuah Sistem Spin Kekayaan dan Kekuatan oleh seorang pengemis yang ternyata adalah seorang Dewa?.
Rendi Murdianto, seorang anak laki-laki yang hidup sebatang kara, orang tuanya meninggalkan dirinya ketika masih kecil bersama neneknya.
Hidup Rendi sangatlah miskin, untung saja biaya sekolah di gratiskan oleh pemerintah, meskipun masih ada kebutuhan lain yang harus dia penuhi, setidaknya dia tidak perlu membayar biaya sekolah.
Seragam sekolah Rendi pemberian tetangganya, sepatu, dan perlengkapan lainnya juga di berikan oleh orang-orang yang kasihan padanya. Bahkan Rendi mau saja mengambil buku bekas yang kertas kosongnya hanya tinggal beberapa lembar.
Kehidupan Rendi jauh dari kata layak, Neneknya mencoba menghidupi dia semampunya. Namun, ketika Rendi duduk di bangku SMP, Neneknya harus di panggil sang pencipta, sehingga Rendi mulai menjalankan hidupnya seorang diri.
Hidup tanpa keluarga tentu mem
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alveandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ternyata Salah Paham
Harisman terkejut saat Novi membentaknya, ia mengusap dadanya sambil tersenyum ke arah Novi.
"Mbak bos bikin kaget saja." ucapnya sambil nyengir kuda.
"Kemari dan jelaskan siapa ***** itu!" Novi menunjuk gadis yang di bawa Harisman.
Harisman mau tidak mau dia duduk di sana dan menjelaskan semuanya, setelah semuanya di jelaskan, Novi terkejut, karena ternyata dugaannya salah, kalau gadis yang di bawa Harisman bukanlah wanita penghibur pada umumnya, melainkan ia hanya wanita yang sedang mengalami problematika hidup.
Pada dasarnya setiap tindakan buruk yang di lakukan seseorang pasti ada alasannya, seperti gadis yang di bawa Harisman, ia rela menjual tubuhnya demi mendapatkan uang untuk membayar perawatan Ibunya.
Jika ada yang bilang kenapa tidak bekerja saja, ia masih muda, mungkin benar ia masih muda, tapi pekerjaan apa yang bisa mendapatkan uang dalam beberapa hari?
Sebenarnya niatnya baik, hanya saja jalan yang di ambilnya salah, kehidupan itu memang kadang membuat seseorang jadi salah jalan, karena itulah sebelum kejadian seperti itu menimpa kita, ada baiknya kita sudah mengantisipasinya terlebih dahulu, dengan bekerja semaksimal mungkin, karena kehidupan tidak bisa di tebak, hari ini kaya, bisa saja besok miskin, hanya sang pencipta yang tahu dengan takdir kita kedepannya.
Tapi jika ada orang yang sengaja melakukan hal buruk dengan saja, tanpa adanya masalah dalam hidupnya, itu hukumnya wajib untuk di tindak lanjuti, Namun, jika kasusnya seperti gadis yang di bawa Harisman, tentu kita harus menolongnya, untuk sedikit meringankan bebannya.
...***...
"Begitulah ceritanya bos, kan bos sendiri yang bilang kalau kita jangan berbuat kotor lagi, kalau bos tidak bilang begitu, mungkin ia sudah rusak oleh anak buahku." ucap Harisman setelah menjelaskan semuanya.
Novi merasa malu, ia sudah memarahi gadis itu dan menyeretnya tanpa perasaan, padahal gadis tersebut sedang dalam masalah.
"Mbak, maafkan aku yah, aku hanya melihat dari sudut pandang ku saja barusan." Novi langsung mendekati gadis itu dan meminta maaf dengan tulus.
"Tidak apa-apa Mbak, ini juga salahku, maaf membuat kalian bertengkar, aku cuma mau mencari uang, kalau tidak cepat mendapatkan uang, Ibuku bisa di suruh pulang paksa dari tempat dia di rawat." ucap gadis itu dengan mata berkaca-kaca.
"Berapa biayanya?" tanya Rendi tiba-tiba.
"Entahlah Mas, permalam sepertinya lima ratus ribu, sedangkan ibuku sudah tiga hari di sana, belum beli obatnya." jawab gadis itu dengan sendu.
"Loh, kenapa kamu tadi cuma nawarin lima ratus ribu? Bukannya itu sama juga bohong?" tanya Rendi lagi.
"Mau bagaimana lagi Mas, segitu saja tidak ada yang mau, aku rencananya mau terus melakukannya sampe uangnya cukup buat bayar biaya Ibu." jawabnya tidak berdaya.
"Gila! Harga dirimu kamu jual dengan semurah itu?! Kamu sudah tidak waras!" bentak Rendi pada gadis itu.
"Ren, sudahlah ... dia juga melakukan ini kerena terpaksa." ucap Novi sambil mengusap-usap punggung gadis tersebut yang mulai menangis.
Rendi menghela napas, "Nov, aku mau kesana sekarang, bayar perawatan Ibunya, apa kamu mau ikut?" tanya Rendi pada gadisnya itu.
"Ikutlah, masa aku di sini sendirian." jawab Novi yakin.
"Harisman kamu sama dia, kita ke rumah sakit tempat Ibunya di rawat!" perintah Rendi pada bawahannya itu.
"Baik Bos!" jawab Harisman sigap.
Mereka berempat pun langsung ke rumah sakit, Harisman membawa gadis itu, sedangkan Rendi bersama Novi, motor Novi di tinggal dalam kontrakan Rendi.
Rumah sakit kasih bunda yang ada di kota Brebes, tempat Ibu Mirna, gadis yang mau menjual tubuhnya berada, rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit swasta, jadi wajar saja kalau sangat kejam dengan pasien yang tidak memiliki biaya.
Tanpa basa-basi Rendi langsung membayar biaya rumah sakit gadis itu, ia juga tidak lupa menebus resep obat Ibu Mirna yang sudah tiga hari belum di tebus juga.
"Terimakasih banyak, Mas, Mbak, kalian benar-benar orang yang sangat baik." ucapnya sambil mau bersimpuh di kaki Rendi dan Novi, tapi Novi langsung mencegahnya.
"Tidak perlu berlebihan Mbak, ini sudah jadi kewajiban kita untuk saling menolong sesama." ucap Rendi tulus.
"Sekali lagi terimakasih banyak Mas," Mirna sambil menitihkan air matanya.
Rendi hanya bisa menatap iba Mirna, pasalnya di usianya yang masih seumuran dengannya, ia harus menjalani hidup yang sangat sengsara. Ayahnya sudah meninggal, dan kini Ibunya sakit-sakitan, sementara sanak saudaranya tidak mau tahu dengan kondisi mereka, membuat Rendi teringat dengan kehidupan masa lalunya sebelum memiliki Sistem Spin.
Dengan melihat hal tersebut, kini Rendi semakin yakin kalau dirinya harus cepat sukses, untuk membantu orang-orang yang seperti Mirna, agar kejadian Mirna yang rela menjual tubuhnya untuk mengobati Ibunya tidak terjadi lagi pada orang lain.
😅😅😅