Mungkin ada banyak sekali gadis seusianya yang sudah menikah, begitulah yang ada dibenak Rumi saat ini. Apalagi adiknya terus saja bertanya kapan gerangan ia akan dilamar oleh sang kekasih yang sudah menjalin hubungan bersama dengan dirinya selama lima tahun lamanya.
Namun ternyata, bukan pernikahan yang Rumi dapatkan melainkan sebuah pengkhianatan yang membuatnya semakin terpuruk dan terus meratapi nasibnya yang begitu menyedihkan. Di masa patah hatinya ini, sang Ibu malah ingin menjodohkannya dengan seorang pria yang ternyata adalah anak dari salah satu temannya.
Tristan, pewaris tunggal yang harus menyandang status sebagai seorang duda diusianya yang terbilang masih duda. Dialah orang yang dipilihkan langsung oleh Ibunya Rumi. Lantas bagaimana? Apakah Rumi akan menerimanya atau malah memberontak dan menolak perjodohan tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon safea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 12
Cinta ya? Lantas kalau Digo benar-benar mencintai dirinya, kenapa ia masih bisa melirik wanita lainnya? Rasanya sudah cukup bagi Rumi untuk mendengarkan semua omong kosong yang Digo sampaikan.
"Keinginanku nggak akan berubah sama sekali setelah dengar penjelasan dari kamu, dan sebelum kita pacaran juga aku udah bilang kalo aku nggak akan bisa mentolerir perselingkuhan sama sekali." Setiap rentetan kalimat yang keluar dari mulut Rumi seolah berhasil membuat bagian hati Digo tertusuk oleh duri yang sangat tajam.
"Rum, please? Aku janji yang kaya gini enggak akan terulang lagi nantinya. Tolong kasih aku satu kesempatan lagi." Seharusnya Digo tidak memohon seperti itu setelah melihat bagaimana raut wajah Rumi saat ini.
Tidak ada tatapan lembut sama sekali, yang tertinggal hanyalah tatapan penuh kebencian di sana. Ditambah lagi tatapan yang sama juga Digo dapatkan dari Rafka yang terlihat puas mendengar keputusan yang telah kakaknya buat.
Saat dimana Digo sedang menantikan jawaban apa yang sekiranya akan Rumi berikan padanya, di pintu masuk sana terlihat seorang gadis yang memakai pakaian serba ketat. Ia terlihat sedang memilih kursi mana yang akan ia duduki untuk menikmati makan siangnya kali ini.
Dan di sanalah ia melihat seseorang yang amat ia kenali tengah duduk sembari memasang tampang sedih di wajahnya. Entah karena apa, ia pun tak tahu tapi yang pasti gadis itu ingin menghampirinya saat ini juga.
"Mas Digo!" Senyuman begitu cerah seiring dengan kaki jenjangnya yang berbalut high heels itu melangkah. Gadis itu juga tidak lupa melambaikan tangannya ke arah Digo yang total kalang kabut.
Panggilan yang gadis itu tujukan pada Digo cukup keras sehingga Rumi dan Rafka pun bisa mendengarnya dengan sangat jelas. Pasangan kakak dan adik itu juga menemukan perubahan ekspresi di wajah Digo yang begitu signifikan.
"Aku boleh gabung di sini nggak ya? Soalnya kalo makan sendirian tuh rasanya nggak enak." Tak menghiraukan adanya Rumi di sana, si gadis langsung melemparkan pertanyaan yang mana membuat Rumi menoleh saat itu juga.
Ah, rupanya yang datang menghampiri mereka adalah orang yang Digo cium malam itu. Jangan-jangan mereka memang sudah janjian untuk makan siang bersama ya? Kalau begitu untuk apa Rumi tetap berada di tempat ini.
"Raf, ayo pulang." Ajakan yang Rumi tujukan pada Rafka barusan menarik perhatian si gadis sampai membuatnya memasang raut wajah yang terkejut.
"Oh ya ampun, aku baru sadar kalo ada temannya Mas Digo di sini." Semakin di dengar, Rumi malah semakin merasa kesal.
"Kita mau balik kok, silakan duduk di sini dan temani Digo. Kami permisi dulu." Dengan cepat Rumi bergerak dan di belakangnya diikuti oleh Rafka yang sempat-sempatnya melemparkan tatapan penuh kebencian pada Digo.
Sepanjang kakinya melangkah, Rumi tak berhenti sama sekali memanjatkan puji syukur karena Tuhan telah menampakkan keaslian dari Digo di waktu yang sekarang ini.
Bayangkan saja kalau hal yang memuakkan ini baru Rumi ketahui saat mereka sedang mempersiapkan segala hal untuk pernikahan, akan segila apa dirinya nanti menemukan calon suaminya yang mendua.
"Udah lah Mba, ngapain mikirin cowo brengsek kaya dia. Nanti deh aku bantu cariin cowo yang bener buat Mba, yang terbaik lah pokoknya." Ternyata keterdiaman Rumi sejak tadi disalah artikan oleh Rafka.
Lelaki muda itu berpikir kalau kakaknya ini masih merasa sedih karena diduakan oleh Digo, padahal bukan seperti itu faktanya. Dan apa tadi katany? Rafka mau mencarikan pria lain untuk Rumi?
"Kalo kamu yang cari berarti Mba bakalan pacaran sama berondong dong?" Ya memang benar kan apa yang Rumi katakan? Teman-temannya Rafka itu pasti seumuran dia semua, yang artinya dua tahun lebih muda dari Rumi.
"Ya enggak berondong juga dong, nanti deh pokoknya aku cariin. Mba cukup diam aja, biar adekmu yang ganteng ini yang turun tangan." Yasudah lah, biarkan saja Rafka mau melakukan apapun. Toh Rumi juga sangat yakin kalau apa yang adiknya katakan hanyalah sebagai penghiburan.
......................
Di sebuah rumah mewah bergaya American classic, terlihat sebuah keluarga kecil yang saling bercengkrama antara satu sama lain. Namun yang paling terlihat bersemangat adalah si anggota keluarga paling muda.
Sembari menunggu makan siangnya dihidangkan oleh pelayan, Joyie terus saja menceritakan apa saja yang ia alami seharian ini di sekolah barunya. Nadanya terdengar begitu antusias sampai membuat Lisa tidak bisa menghilangkan senyumannya sama sekali.
"Terus Oma, ada teman sekelasnya Joyie yang membagikan permen. Rasanya enak, tapi Joyie tidak bisa ingat apa namanya. Padahal Joyie juga ingin membelinya lagi nanti bersama Daddy." Bahkan setelah makanan itu tersaji di depannya pun, Joyie masih saja melanjutkan ceritanya pada sang nenek yang selalu bersedia untuk mendengar.
"Ceritanya nanti lagi ya sayang, kita makan siang dulu karena Daddy masih harus kembali ke kantor." Sayangnya keantusiasan yang Joyie rasakan saat ini harus ia tahan barang sebentar karena mereka juga harus mengisi perut terlebih dahulu.
Karena Joyie juga memang anak yang penurut, ia lantas mengatupkan kedua bilah bibirnya rapat-rapat dan menunggu sang Ayah untuk memimpin doa sebelum mereka menyantap makanan yang terlihat begitu lezat ini.
Siang ini hanya ada Lisa, Tristan dan si kecil Joyie saja di meja makan. Lalu kemana perginya kepala keluarga mereka? Suami Lisa sendiri masih harus menyelesaikan pertemuan dengan seorang kolega sehingga harus absen makan siang di rumah kali ini.
Meskipun begitu, ketiganya tetap menghabiskan makanan tersebut seperti biasanya. Keluarga kecil itu juga hanya membutuhkan waktu selama dua puluh menit dan kini piring yang tadinya penuh oleh makanan kini telah kosong melompong.
"Terima kasih untuk makan siang hari ini, chef!" Kebiasaan gemas ini memang sengaja Tristan ajarkan pada putrinya, karena bagi pria itu sendiri sangat penting untuk mengajarkan tiga kata ajaib.
Ah iya, saat ini Tristan memang tinggal bersama kedua orang tuanya. Bukan berarti ia tidak mampu untuk membeli rumah sendiri, Tristan itu bahkan sangat mampu untuk membeli rumah mewah yang seperti orang tuanya miliki ini.
Hanya saja ia tidak mendapatkan izin sama sekali, kecuali jika Tristan berencana untuk menikah lagi nanti. Lisa dan suaminya hanya tidak mau kalau cucu tercinta mereka tinggal sendirian di rumah saat dimana Tristan pergi bekerja dari pagi sampai sore hari.
"Oh iya Oma, tadi sewaktu Joyie sedang menunggu Daddy di sekolah. Joyie bertemu dengan kakak Rumi!" Tristan kira cerita Joyie telah berakhir sebelum mereka makan siang tadi, namun ternyata dugaannya salah besar.
"Kok bisa bertemu dengan kakak Rumi di sekolah? Coba ceritain ke Oma, Oma juga mau dengar." Mungkin seharusnya Tristan berterima kasih pada sang Ibu karena sudah bersedia untuk mendengarkan kecerewetan Joyie dengan senang hati.
"Iya bisa Oma, karena kakak Rumi itu Miss juga di sekolahnya Joyie." Gadis kecil kesayangannya Tristan itu memang belum mengatahui kalau Miss itu sama dengan guru, jadi tolong jangan ditertawakan.
"Jangan panggil guru sendiri dengan sebutan kakak, sayang. Meskipun dia tidak mengajar di kelasnya Joyie." Tristan hanya merasa kalau panggilan yang putrinya sematkan itu tidak benar sama sekali, jadi lebih baik ia mengoreksinya secepat mungkin.
"Iya Daddy, Joyie salah. Setelah ini Joyie akan panggil kakak— eh maksud Joyie Miss Rumi dengan sebutan Miss." Cengiran lebar Joyie berikan tepat setelah ia mengoreksi ucapannya sendiri, tentu saja Tristan jadi merasa gemas sendiri.
Yang terjadi selanjutnya adalah Joyie yang kembali bercerita banyak hal pada Lisa tentang Rumi, yang Tristan ketahui sebagai orang kesukaan putri cantiknya ini.
Sejujurnya Tristan pun merasa aneh karena Rumi bisa dengan mudahnya mengakrabkan diri dengan Joyie sampai-sampai gadis kecilnya terus saja menceritakan tentang wanita itu. Biasanya Joyie tidak seperti ini, sungguh.
Joyie itu malah sangat sulit untuk diajak berkenalan dengan orang baru, dengan teman-temannya Tristan saja Joyie butuh waktu hampir satu tahun lamanya sampai akhirnya mereka bisa akrab. Tidak heran kan kenapa Tristan dibuat total keheranan.
kalau Kaka bersedia follow me ya ..
maka Kaka BS mendapat undangan dari kami. Terima kasih