Tidak perlu repot-repot nyari jodoh yeorobun, siapa tahu jodohmu sudah dipersiapkan kakek buyutmu jauh sebelum kamu lahir ke dunia Timio ini, dan ternyata jodoh pilihan kakek ini, is the trully type of a HUSBAND MATERIAL means 💜
Happy reading 💜
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon timio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam Sulit Dijelaskan
Jenny bersandar di balkon menghadap sibuknya lalu lintas. Samar ribut klakson dan berisik mesin konstruksi bergabung, terdengar di kejauhan dari mansion megah Askara ini. Ada rindu yang membentang luas yang entah untuk siapa, ia juga bingung. Setiap hari hatinya sakit, luka, rasa bersalah, kebingungan yang sekuat tenaga ditutupinya di wajah datar yang cantik itu.
"Hangat bibirnya itu... ", bisiknya dalam hati kala mengingat bagaimana Arsen menciumnya dengan kasar meninggalkan sedikit bengkak.
Masih teringat jelas cengkeraman tangan Arsen di tengkuknya, wajah tampannya mendekat dan bibirnya yang menempel, menyedot, dan menggigit kasar bibir Jenny, itulah yang terus menerus menghantui Jenny.
"Aohh.. Mikir apa sih gua." pekiknya bersemu merah.
Nyesss.... Tiba-tiba sebulir air bening lolos dari kelopak matanya, jatuh tanpa permisi, bukan karena Arsen. Namun, baru saja diketinggian itu entah dari mana datangnya aroma parfum Jonathan menyeruak sekilas, dan itu cukup menarik Jenny dengan keras kepada masa lalunya yang indah dan menyenangkan, manis dan lembut seperti kembang gula, sebelum keluarga Askara benar-benar masuk ke hidupnya, bahkan ciuman kasar Arsen yang ia rasa manis itu terlupa begitu saja, benar-benar terlupa. Digantikan wajah teduh yang selalu di rindukannya, yang tidak sengaja ia temui beberapa hari yang lalu.
Terasa sesak dan sakit sekali, semua yang ia tahan hampir setengah tahun pernikahannya ini akan meledak malam ini. Semua luka dan tangisan yang ia tahan sepertinya akan tumpah ruah. Semua yang sudah ia lakukan terputar dengan sendirinya di pikirannya. Wajah Jonathan benar-benar jelas di bayangannya sekarang ini. Sanggup sekali ia melukai pria baik itu, lebih tepatnya terpaksa, demi bahagianya 'saat terakhir' seorang ayah. Tuan Wijaya. Bahkan setelah perlakuannya yang jahat itu, bisa-bisanya Jonathan masih mempertanyakan semuanya beberapa saat setelah blokiran nomornya dibuka.
Ia pergi tanpa pesan yang jelas, tanpa kabar, bertemu seolah tidak berdosa, 'dia' yang tidak tahu apa-apa harus menjadi korban dari pernikahan palsu ini, sesegukannya pun semakin lama semakin keras. Benar-benar tumpah. Batasnya sudah tercapai, pain tolerance nya sudah limit.
"Hiks.... hikss..Jojo... aku kangen, aku juga sakit Jo, aku juga luka", isaknya.
Bagaimana bisa Jonathan berkata masih menunggunya setelah semua yang dilakukannya selama ini. Terbuat dari apakah hati pria itu?
Apakah otaknya juga ikut tidak berfungsi?
Tidak bisakah ia menggunakan logikanya?
Tidak bisakah ia membalas perlakuan jahat yang diterimanya?
Bergandengan dengan wanita lain didepan Jenny misalnya. Setidaknya dengan begitu rasa melepas Jenny terbuka semakin lebar. Nyatanya tidak, Jonathan bertahan dalam sakit, membuat dirinya juga semakin sakit. Pertanyaan-pertanyaan itu terus muncul di hati Jenny. Isak tangisnya terdengar sampai ke telinga Arsen yang baru saja selesai mandi, masih dengan jubah mandinya.
"Jenny?", serunya penasaran.
Ia segera berlari mencari sumber suara, tidak perduli ia masih menggunakan jubah mandi. Ia mencari ke seluruh ruangan dengan panik dan akhirnya ia sampai di balkon favorit Jenny, dan sesegukan itu terdengar semakin jelas, perlahan ia membuka sliding door transparan balkon itu.
"Jenn... ", serunya perlahan. Istrinya itu tidak menyahut, bahkan menoleh pun tidak. Ia sibuk meringkuk dan sesegukan disana, menumpuk kedua tangannya diatas lutut dan menyembuyikan wajah cantiknya disana.
"Jenn lu kenapa? Lu masih marah ya sama gua? Maaf ya Jenn, gua bener bener minta maaf. Gua ngga akan ulangi lagi, Jenn... ", mohon Arsen mensejajarkan tubuhnya dengan Jenny dan akhirnya gadis itu mendongak.
Untuk pertama kalinya Arsen melihat gadis sombong dan dingin ini berada di titik terlemahnya, tapi kenapa hatinya sakit sekali melihatnya menangis? Tangannya terulur membelai dan menghapus air mata yang membelah pipi mulus Jenny. Tubuhnya bergerak sendiri seolah diluar komandonya, memeluk Jenny yang bersedih itu, mengusap-usap punggungnya seolah berkata , " Tidak apa-apa, ada aku, aku disini."
"Sen, gua cape... Cape banget." rintih Jenny, Arsen tidak menjawab, hanya menunggu kata yang selanjutnya diucapkan Jenny.
"Gua ngga bisa terus-terusan keliatan baik-baik aja. Gua udah lelah, gua udah muak pura-pura sekuat itu, gua ngga bisa bohongin perasaan gua. Sejahat itu gua ke dia, bisa-bisanya dia bilang masi nungguin gua kembali ke dia. Gua harus apa Sen? Hati gua sesek banget, penuh hati gua Sen hiks ", jerit Jenny di pelukan Arsen.
Suaminya itu hanya diam dan terus mengusap punggung Jenny.
"Sekalinya dia jujur, hati gua yang patah." batin Arsen.
Ia tidak mengeluarkan sepatah kata pun, ia hanya memberikan dada lebarnya yang hangat untuk disandari Jenny, jemarinya mengelus lembut surai Jenny. Meski pengakuan Jenny hari ini menyakiti hatinya, ia juga sangat merasa bersalah akan kelakuannya hari ini. Hari ini ia baru saja menyadari Jenny tidak baik-baik saja, ia lebih terluka dari dirinya lewat pernikahan paksa ini. Entah apa sebenarnya alasan gadis ini, ia juga bingung.
"Sebegitu dalamnya kah cowo itu Jenn? Hampir 6 bulan kita nikah, 24 jam kita bareng, sedikit pun aku ngga kelihatan ya? Bahkan sudutnya pun engga? Sebegitu hebatnya kah dia?", batinnya terus mengusap-usap punggung Jenny.
🌼🌼🌼
Kelelahan menangis Jenny pun tertidur di pelukan Arsen. Meski ia tidak mengisi hati wanita itu setidaknya ia bisa menjadi tempat pulang yang nyaman. Masih dengan jubah mandinya, ia memeluk Jenny dibalkon yang dingin itu, jantungnya yang berdegup kencang tidak ia perdulikan lagi, ia terlalu sibuk menatap wajah cantik yang baru disadarinya ini.
Gadis yang terluka itu tidur, seperti menggendong bayi ia menepuk lembut lengan atas Jenny yang membuatnya semakin pulas. Ia sadar sudah tertarik, ralat, menyukai gadis yang terpaksa menjadi istrinya ini.
Tidak munafik, Arsen adalah pria normal, darahnya berdesir melihat Jenny seperti itu. Ia bisa saja berbuat lebih, toh juga Jenny istrinya, tidak salah, dan tisak dosa juga. Tapi ia hanya berani mencuri satu atau dua ciuman kecil dari wajah sendu yang tidak sadarkan diri itu.
"Jangan tinggalin gua ya Sen...", Jenny mengigau tiba-tiba. Jantung Arsen berdebar lebih kencang.mendengar kalimat istrinya yang tengah deep sleep itu.
Wajah Arsen benar-benar sumringah, meski belum sepenuhnya meraih atensi wanita ini, setidaknya dia punya kesempatan.
"Iya sayang, nggak akan. Aku akan selalu disamping kamu.", jawab Arsen mencium pucuk kepala Jenny. Kemudian ia menggendong istrinya itu ke kamar dalam. Ke kamarnya sendiri. Masih ingatkan yeorobun kalau Arsen bilang sudah buat kamar di dalam kamar untuk mengecoh keluarga mereka?
.
.
.
Tbc ... 💜