Nadia adalah cucu dari Nenek Mina, pembantu yang sudah bekerja di rumah Bintang sejak lama. Perlakuan kasar Sarah, istri Bintang pada Neneknya membuat Nadia ingin balas dendam pada Sarah dengan cara merebut suaminya, yaitu Majikannya sendiri.
Dengan di bantu dua temannya yang juga adalah sugar baby, berhasilkah Nadia Mengambil hati Bintang dan menjadikannya miliknya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunis WM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Bintang benar-benar hanya memeluk Nadia sepanjang malam dan tidak melakukan apapun pada gadis itu. Dia ingin menjaganya dengan baik karena Bintang menyayanginya dengan tulus walaupun dia ingin memiliki Nadia sepenuhnya.
Saat Nadia bangun, sarapan sudah tersaji di atas meja. Bukan Bintang yang memasak, tapi dia keluar mencari makan pagi tadi.
“Tuan, kenapa tidak membangunkan aku. Aku jadi terlambat kerja” kata Nadia yang buru-buru memakai sepatunya.
“Kerja? Kau kerja apa?” tanya Bintang. Dia terkejut mendengar Nadia sudah mendapatkan pekerjaan.
“Aku kerja di restoran siap saji”
“Sebagai apa?”
“Pelayan”
Bintang mengehela nafasnya, dia tidak tega melihat Nadia kerja sebagai pelayan. Tapi dia juga tidak mungkin memaksa gadis itu untuk berhenti bekerja karena Nadia pasti akan menolak bantuannya. Dia sudah bersyukur Nadia mau menerima rumah pemberiannya.
“Tunggu, aku akan mengantarmu” setelah memakai jaketnya, Bintang lalu mengantar Nadia ke tempat kerjanya.
“Aku juga sudah mulai kuliah minggu depan, aku dapat beasiswa” katanya. Dia terlihat sangat ceria hari ini. Tidak seperti biasanya yang selalu berwajah datar setiap kali bertemu dengan Bintang.
“Benarkah? Lalu bagaimana kau membagi waktu antara kuliah dan kerja?” tanya Bintang.
“Aku dan Angel akan bicarakan dengan manager kita, sewaktu awal masuk kerja dia sudah bilang akan mengatur jam kerja kami kalau kami sudah kuliah?” kata Nadia menjelaskan pada Bintang.
“Jadi kau kerja di sana bersama temanmu?” Nadia mengangguk.
Setelah mengantar Nadia, Bintang lalu kembali ke rumahnya. Dia juga akan bersiap-siap ke kantor.
Nadia dan Angel mendapat keringanan setelah berbicara dengan manager restoran, mereka boleh masuk kerja saat pulang kuliah dan pulang saat restoran tutup jam sepuluh malam. Keringanan dan jam kerja yang fleksibel lantas tidak membuat karyawan lain jadi iri, mereka malah kagum melihat kegigihan kedua gadis itu dalam mencari nafkah tanpa meninggalkan tanggung jawab mereka sebagai seorang pencari ilmu.
Hari ini Nadia memberitahu kepada Nenek Mina bahwa mereka akan tinggal di rumah pemberian Bintang untuk sementara karena rumah itu dekat dari kampus dan juga tempat kerja Nadia. Pulang larut malam dan melewati jalan yang gelap juga membuat Nadia takut kalau dia harus pulang sendiri setiap hari.
Nenek Mina tentu menyambut baik keinginan Nadia, jadilah mereka ke rumah pemberian Bintang yang terletak di dalam perumahan yang cukup elit.
“Bisa dong nginap di sini” celetuk Angel saat melihat-lihat rumah itu. ada dua kamar kosong, satu di lantai satu dan satunya lagi di lantai dua.
“Boleh, boleh banget. Kalian mau pindah tinggal di sini juga boleh” kata Nadia dengan senang. Tentu akan sangat menyenangkan bisa tinggal seatap dengan dua temannya.
“Bilang dulu dong sama yang punya rumah,” kata Vanesa.
“Iya juga yah, ini kan bukan rumah aku” kata Nadia yang seenaknya saja mengijinkan orang lain tinggal sementara dia juga hanya menumpang.
Makan malam sudah siap, Nenek Mina memasak banyak makanan untuk ketiga gadis itu. setelah makan, Vanesa dan Angel membantu Nadia membersihkan di dapur.
Vanesa belajar banyak saat tinggal di apartemen bersama Angel, dia yang awalnya tidak pernah memegang sapu jadi tahu bagaimana caranya menyapu. Dia bahkan sudah bisa mencuci piring dan bajunya sendiri padahal di rumahnya yang seperti istana tidak ada satupun perkerjaan yang dia lakukan. Tapi sekarang, Vanesa sudah bisa belajar seperti anak gadis pada umumnya.
Ketiiga gadis itu lalu menginap di rumah Nadia karena kemalaman dan mereka juga besok harus ke kampus pagi-pagi. Mereka tidur di kamar Nadia yang ranjangnya sangat besar.
Nadia menceritakan kepada temannya yang dia lihat tadi pagi di dalam lift, dia juga mengatahui dari Tuti kalau sarah membohongi Bintang. Sarah mengatakan ada pekerjaan keluar kota tapi kenyataannya dia malah sedang bersenang-sengang dengan seorang laki-laki lain.
“Jadi apa rencana kamu, Nad?” Tanya Vanesa. Mereka sekarang benar-benar mendukung Nadia untuk bersama Bintang.
“Aku akan ambil Tuan Bintang dari Sarah, aku akan buat Sarah menyesal sudah mempermainkan Tuan Bintang yang begitu tulus menyayanginya” kata Nadia dengan yakin. Keyakinannya kali ini berkali-kali lipat dari sebelumnya.
“Apa lagi sih yang Sarah itu cari, punya suami tampan dan sangat kaya dan yang paling penting Tuan Bintang itu sayang banget sama Sarah. Tega-teganya dia masih main mata di belakang Tuan Bintang” Angel menambahkan.
“Tapi kan Tuan Bintang juga main di belakang Istrinya?” lagi-lagi Vanesa memberi komnetar yang jujur.
“Iya, tapi setidaknya Tuan Bintang benar-benar menyayagi istrinya. Bahkan sampai sekarangpun aku rasa Tuan Bintang masih mencintai Sarah.”
“Jadi menurut kamu, Sarah tidak tulus mencintai Tuan Bintang?” tanya Angel yang penasaran.
“Mungkin, karena sejak menikah dengan Tuan, butiknya jadi terkenal. Dan sampai sekarang dia juga belum punya anak kan. Mungkin saja dia tidak mau hamil anaknya Tuan Bintang.”
Vanesa dan Anegl yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan Bintang dan Sarah jadi ikut berfikit tentang apa yang Nadia ceritakan. Hingga malam semakin larut dan merekapun jatuh terlelap.
Sementara itu di lain tempat, Sarah dan seorang laki-laki yang tentu saja bukan Bintang sedang menikmati makan malam super mewah di salah satu hotel termewah di kota itu. Dia masih berada di kota yang sama dengan suaminya dan tidak keluar kota seperti yang Tuti katakan pada Nadia.
Setelah makan malam mereka lalu kembali ke apartemen, apartemen yang sama dengan yang Vanesa dan Angel tempati.
Pagi harinya, Sarah sudah kembali ke rumahnya membawa kopernya. Tuti yang membuka pintu tidak seramah biasanya lagi walaupun dia tetap menunduk sopan dan mengambil koper dari tangan Sarah dan membawanya sampai ke depan pintu kamar utama.
Sarah lalu masuk ke kamarnya dan mendapati Bintang masih terlelap di bawah selimut. Dia melepas pakaiannya masuk di bawah selimut dan memeluk Bintang dengan hangat. Merasakan sentuhan yang begitu mengundang hasratnya, Bintang terbangun dan membuka mata. Dia mendapati Sarah sedang mengelus dadanya dengan dengan keadaan setengah telanjang.
“Kau sudah pulang?” tanya Bintang dengan suara serak membalas sentuhan istrinya.
“Iya, aku naik pesawat penerbangan paling pertama” kata Sarah yang jelas-jelas berbohong pada suaminya.
“Aku merindukanmu, Sayang” bisik Sarah di telinga Bintang. Hembusan nafas Sarah benar-benar membuat Bintang tidak bisa menahan dirinya lagi. Dia membalikkan posisi Sarah yang sedang berada di atasnya lalu menindihnya dan mengambil alih permainan Sarah.
Pagi yang begitu menggairahkan terjadi di kaamar utama.
Sejak dua minggu ini, Sarah benar-benar menjadi selayaknya istri yang Bintang dambakan. Dia pulang tepat waktu, tidak pernah bekerja di hari libur dan melayani Bintang di atas ranjang hingga memberi kepuasan pada Bintang.
Seperti pagi ini, tanpa Bintang berusaha pun Sarah sudah dengan senang hati melayani suaminya bahkan tidak perduli tubuhnya yang kelelahan sekalipun.
Seperti biasa setelah bercinta, Sarah selalu memaksakan diri untuk membersihkan dirinya. setelah itu dia kembali ke tempat tidur dan melanjutkan tidurnya.
“Kau tidak kerja?” tanya Bintang melihat Sarah kembali naik ke atas tempat tidur.
“Tidak, Sayang. Aku sangat lelah” jawabnya.
“Istrihatlah, aku akan meminta Tuti membawa sarapan untukmu,” kata Bintang. Dia mencium kening Sarah dengan lembut, mengusap rambutnya lalu keluar meninggalkannya. Sementara Sarah sudah jatuh tertidur dengan lelapnya.