Seorang wanita muda bernama Ayuna berprofesi sebagai dokter Jantung yang berdinas di rumah sakit pribadi milik keluarganya, dia terpaksa dijodohkan oleh orang tuanya karena dia lebih memilih karir dibandingkan dengan percintaan.
Sebagai orang tua. tentunya sangat sedih karena anak perempuannya tidak pernah menunjukkan laki-laki yang pantas menjadi pasangannya. Tidak ingin anaknya dianggap sebagai perawan tua, kedua orang tuanya mendesaknya untuk menikah dengan seorang pria yang menjadi pilihan mereka. Lantas bagaimana Ayuna menyikapi kedua orang tuanya? Mungkinkah ia pasrah menerima perjodohan konyol orang tuanya, atau melawan dan menolak perjodohan itu? ikuti kisahnya hanya ada di Novel toon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ika Dw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4. Dua Puluh Juta
Ayuna benar-benar tidak bisa tenang. Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, pikirannya dibuat kacau oleh ucapan Oma dan juga Oppanya. Menyebalkan jika dirinya benar-benar akan berakhir dengan perjodohan.
"Benar-benar gila! Kenapa semua jadi seperti ini sih. Kalau begini aku bisa stress gara-gara kepikiran perjodohan ini. Apa lagi aku belum pernah memikirkan tentang pernikahan. Kenapa harus aku yang dijodohkan, kenapa bukan Kanaya saja," gerutu Ayuna dengan memukuli stir mobilnya.
Ayuna mengendarai mobilnya dengan sangat cepat. Terdengar suara ponsel berbunyi, dia pun segera memelankan mobilnya dan segera mengambil ponselnya yang ditaruhnya di dalam tas.
Sebuah notifikasi masuk, alisnya mengernyit sembari membaca isi pesan yang masuk di WhatsApp nya.
'Tolong segera urus mobilku di bengkel Laka Jaya. Aku menaruh mobilnya di situ. Ingat! Kamu harus bertanggung jawab. Segera urus administrasinya hingga selesai. Aku tunggu di sini, cepatlah datang, jangan bikin aku marah" peringat seseorang dari seberang telepon.
Ayuna berdecak dan melemparkan handphonenya di dashboard. 'Ck! Ini lagi. Pasti dia cowok sombong semalem itu. Huft, ada-ada aja. Kenapa sih, aku harus dipertemukan dengan orang macam gitu! Memangnya nggak ada yang lebih penting dibandingkan harus ngurusin itu mobil? Menyebalkan sekali!"
Ayuna mengumpat kesal dan kecewa akan nasibnya yang buruk saat bertemu dengan orang-orang yang menyebalkan.
'Aku mendingan hidup menjadi anaknya orang biasa yang nggak memiliki harta, tapi bahagia. Yang tidak ada ikatan perjanjian gila seperti ini,' umpatnya kesal dengan memukul stir mobilnya.
Diapun memutar arah untuk sampai ke sebuah bengkel yang ditunjukkan oleh seseorang yang mengiriminya pesan.
'Ini semua gara-gara pemuda itu. Aku pasti akan kesiangan dan membuat orang kecewa akan ulahku. Aku punya banyak tanggungan, harusnya aku bisa menghandel waktu untuk bisa tepat waktu. Tapi karena pemuda resek itu, pekerjaanku jadi tambah dipersulit. Ya Tuhan, kuatkan aku,' gumamnya melajukan mobilnya dengan cepat menuju bengkel.
'Bukannya aku nggak bersyukur karena udah menjadi bagian dari keluargaku, aku hanya kecewa dengan cara mereka saja. Dituntut harus menurut, yang hanya menerima kekecewaan.'
Ayuna mengomel sendiri seperti orang gila karena dia sangat kecewa akan ketentuan yang sudah menjadi keputusan dari keluarganya.
Tiba di sebuah bengkel besar, dia menepikan mobilnya dan segera turun untuk memastikan kebenaran tentang keberadaan pemuda itu.
'Semoga saja dia benar ada di sini. Awas aja kalau sampai aku tidak mendapatinya,' gumam Ayuna berjalan mendekat pada montir yang tengah bekerja.
"Ada yang bisa saya bantu mbak?" tanya montir itu dengan ramah.
"Oh! Iya mas. Ini saya mau tanya, apakah semalam ada sebuah mobil datang kemari dengan kondisi bodinya yang ringsek?" tanya Ayuna.
"Oh! Ada mbak. Itu ada di sebelah situ. Coba mbak lihat ke situ, siapa tahu itu mobil yang tengah mbak cari," tutur montir itu menunjuk ke sebuah mobil yang berada di jajaran paling pojok.
Ayuna pun menoleh dengan memicingkan bola matanya. Memang ada kemiripan dengan mobil yang ia tabrak.
"Terimakasih ya mas, saya mau lihat dulu," ucapAyuna.
"Iya mbak, silahkan," jawab montir itu.
Ayuna pun mendekat pada mobil itu dan ternyata, di situ ada laki-laki yang sudah menghubunginya.
"Oh! Rupanya kau sudah datang, kukira kau bakalan jadi pengecut dan nggak mau bertanggung jawab. Kalau sampai itu terjadi, jangan salahkan aku, karena aku bakalan permasalahan ini," cercah laki-laki yang tidak asing bagi Ayuna.
Ayuna tersenyum getir dengan menaikkan satu alisnya.
"Aku bukan penjahat, aku bukan penipu yang akan lari dari tanggung jawab. Tenang saja, berapa yang kau inginkan dariku," cercah Ayuna menatap ketus pada pemuda itu.
"Sombong sekali kau. Setebal apa isi dompetmu. Ngomong digedein, pas disuruh bayar beneran pasti kelabakan," ejek pemuda itu menatap Ayuna tidak suka.
"Ck! Nggak usah banyak omong. Aku tidak punya waktu banyak untuk meladeni omonganmu itu," seru Ayuna.
"Oh! Orang sibuk ya, kirain cuma pengangguran. Ok, karena mobilku ini bukanlah mobil murahan, tentunya akan banyak uang yang musti dikeluarkan. Siapkan saja uangnya tiga puluh juta. Kurasa cukup untuk perbaiki mobilku," ucap pemuda itu.
"Apa? Tiga puluh juta? Kau itu mau memerasku ya, mana ada mobil ringsek dikit aja, mengeluarkan biaya sampai tiga puluh juta. Sudah gila kamu ya?"
Ayuna melotot tajam pada pemuda Arogan itu.
Pemuda itu pun terkekeh menatap Ayuna yang terlihat kesal padanya.
"Pokoknya aku nggak mau dibohongi kayak gini. Kamu jangan coba-coba buat memerasku ya? Mobil butut macam ini palingan juga lima juta doang udah kelar.
Ayuna tersenyum mengejek dengan memberikan tendangan pada bodi mobil yang tengah diservis.
"Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa tanya langsung pada montirnya. Emangnya kau pikir ini mobil butut seperti milikmu apa? Mobilku ini, kalau dibuat beli mobil kayak punyamu dapet tiga," jawab pemuda itu.
Ayuna pun membulatkan bola matanya tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh pemuda Arogan itu. Dia berdecih dengan bergumam pelan.
'Ini orang udah nggak waras. Nyesel aku udah berurusan dengan orang yang nggak waras kayak gini. Mana ada mobil butut gini harganya mahal dan bisa buat beli mobil seperti milikku dapet tiga. Memangnya dia pikir mobilnya itu udah mirip mobilnya Sultan aja.'
Tidak ingin membuat masalah, Ayuna pun kembali membahas masalahnya agar urusannya cepat usai dengan pemuda itu.
"Jadi gini, aku nggak mau ribet sama kamu. Kamu bilang aja nominalnya berapa? Tapi jangan bilang itu menghabiskan uang kurang lebih tiga puluh juta. Jangan memerasku, aku bahkan belum tahu kamu dan tempat tinggalmu. Kalau kamu mau coba-coba buat memerasku, maka aku akan melaporkanmu pada pihak yang berwajib. Ingat! Ucapanku tidak lagi main-main," peringat Ayuna.
Pemuda itupun menaikkan satu alisnya sembari terkekeh,"Buat apa aku memerasmu. Kamu bisa tanyakan langsung pada montir yang menanganinya. Aku nggak nggak masalah kalau kamu punya keinginan buat melaporkanku pada pihak berwajib. Ok, silahkan saja. Tapi aku juga bakalan ngelaporin kamu jika kamu ngeyel dan nggak mau bayar jika pengeluarannya mencapai tiga puluh juta. Gimana? Adil kan?"
Pemuda itupun terkekeh dengan menyendekapkan tangannya di dada.
'Ck! Dasar gila. Kalau sebanyak itu aku harus membayarnya, bisa rugi berapa bulan tidak mendapatkan gaji. Huft, menyebalkan. Kenapa hidupku ribet banget sih, harus bertemu dengan pemuda sombong pula.'
Ayuna beranjak mendekati montir yang telah menangani mobil milik pemuda itu.
"Permisi mas, bisakah anda memberikan perincian untuk biaya servis mobil ini? Saya butuh perinciannya mas," pinta Ayuna.
Montir itupun menoleh pada Ayuna dengan menautkan kedua alisnya, "Mbak pemilik mobil ini?" tanya montir itu.
"Oh! Bukan. Bukan saya pemiliknya, tapi pemuda sombong itu," tunjuk Ayuna pada lelaki yang sudah membuatnya kesal.
"Kirain mbak yang punya?"
"Saya yang sudah menabraknya mas. Dan saya juga harus bertanggung jawab," ucap Ayuna.
"Oh! Begitu rupanya. Sebentar ya mbak? Saya akan tunjukkan berapa perinciannya. Kebetulan saya sudah membukukannya," ujar sang montir.
"Oh! Ok. Saya tunggu mas," jawab Ayuna.
Montir itupun masuk ke dalam untuk mengambil pembukuannya.
Sedangkan Ayuna menunggu di kursi usang yang dekat dengan pintu.
Tidak lama dari itu, montir itupun keluarga dari dalam dengan membawa pembukuannya.
"Mbak, ini pembukuannya. Silahkan dicek sendiri. Ini saya tidak mengada-ngada, apa adanya," ucap montir itu sembari memberikan pembukuannya itu pada Ayuna.
"Apa? Sebanyak ini?"
Mata Ayuna melotot nyaris keluar mendapati rincian pengeluaran mobil yang tengah diperbaiki.
Dua puluh juta, jumlah rincian yang tertera di pembukuan itu.
"Ini beneran mas? Nyampek segitu?" tanya Ayuna masih tidak percaya.
"Iya mbak? Ini memang perinciannya. Ini mobil classic mbak, semuanya serba mahal. Beda sama mobil-mobil biasa seperti ini. Kalau yang sejenis itu nggak begitu mahal mbak," tunjuk montir pada mobil Ayuna.
Ayuna menghela nafasnya kesal. Semahal itu ia harus mengeluarkan uang hanya untuk mengganti rugi mobil yang sudah ringsek. Benar-benar beban untuknya.