Bahagia Di Ujung Senja

Tentu tak ada yang terjadi didalam kamar selama dua malam Aby dan Senja tidur bersama, karena Aby adalah typikal pria yang memegang teguh janjinya meski harus menahan hasrat yang menggelora.

Hanya saja Aby tak membiarkan Senja lepas dari pelukannya sepanjang malam, itu membuat Senja tak bisa tidur nyenyak selama dua malam. Dan kini akhirnya Rini kembali pulang Senja tinggal menunggu keputusan Aby apakah mereka akan kembali tidur dikamar yang sama atau berpisah seperti dulu, karena sekali lagi Senja tak punya hak menentukan pilihan bagaimanapun kata kata Rini adalah perintah baginya.

"Mas apa aku harus kembali kekamar Kaila?" Aby yang tengah menyiapkan beberapa berkas kedalam tas kerjanya seketika berhenti, ia berbalik lalu menghela nafas berat.

Perlahan langkah kakinya sudah sampai dihadapan Senja gadis 18 tahun yang terus menunduk itu.

"Senja" Aby memegang kedua pundak Senja dan menyuruh gadis itu mengangkat wajahnya agar mereka berdua bisa saling bertukar pandangan.

"Kau dengar kan apa kata bunda kemarin?"

"Tapi Mas"

"Tapi apa lagi hemm? Bukankah kau juga ingin kita berhasil membina rumah tangga ini mengapa masih bertanya seperti itu? Bagaimana bisa kita membina rumah tangga jika tidur dikamar yang terpisah?"

"Mas maaf karena berharap lebih di awal, aku lupa jika aku adalah putri ibuku" Senja kembali menunduk.

"Masih itu ??" Heran Aby, " Senja Bahkan bunda meilihmu menjadi menantunya mengapa kau meragukan dirimu hanya karena kau putri ibumu"

"Mas, jika ibuku masih hidup apakah kau akan memanggilnya Ibu juga"

"Senja?"

"Jika ibuku masih hidup, apakah kau masih mau menerimaku sebagai istri dan mami Kaila?"

"Senja mengapa kau menyebut ibumu, ibumu,ibumu terus" Aby terdengar kesal dengan intonasi suara sedikit meninggi.

"Mas, Bisakah kau tidak menyebutnya ibumu tapi Ibu saja?"

"Senja ada apa sebenarnya?"

"Mas aku takut jika kau terus menganggapku sebagai anak pelakor, suatu saat bisa saja kau berubah fikiran, karena sejatinya masih ada setitik kebencian didalam hatimu meski kau tidak mengakuinya"

"Bodoh!" Bisik Aby tepat ditelinga Senja, kini tubuh mungil Senja berada di dalam pelukan raga kekar Aby.

Pria berkaca mata minus itu mencium pucuk kepala istrinya bertubi tubi.

"Kenapa kau berfikir seperti ini hemm? Jika bunda sudah memaafkan semuanya mengapa aku tidak, jangan sebut dirimu serendah itu Senja, aku tak pernah menganggapmu seperti itu, Kau bukan anak Pelakor, kau istri Dokter Abyansyah Baruna Putra! Kau istriku, istri yang akan menemaniku hingga tua nanti"

Aby menagkup wajah Senja dan mengusap bulir air mata disana.

"Mas....." Senja kini membalas pelukan Aby, dan membenamkan wajah sembapnya di dada bidang Aby," Mas aku tidak punya siapa siapa lagi, karena itu aku selalu ingin tinggal didaerah terpencil, tapi jika kau benar benar ingin menerimaku apa Adanya itu artinya sekarang aku sudah punya sandaran, tolong jangan pernah membuangku Mas"

Hati Aby merasa tercubit, sakit sekali. Mendengar Senja yang begitu merendahkan dirinya membuat Aby merasa bersalah, padahal ia hanya seorang gadis kecil yang masih sangat kecil ketika Ibunya memututuskan untuk menikahi ayahnya tapi Senja sudah merasakan kebencian sedemikian rupa.

"Iya sayang, Aku Janji akan menjadi sandaran Hidupmu, pegang janji Mas"

Cup.

.

.

.

"Kenapa uring uringan Lu Bro? Perasaan lu lagi gak ada cewek, ada juga gak pernah bikin lu kayak begini" Tanya Bobby setengah berteriak melihat Nata melamun menatap ponselnya yang tak kunjung berdering.

Yah pesan yang dikirim Nata hanya di read tanpa dibalas oleh Senja, dan itu tidak seperti biasanya.

Bobby menopang dagu dengan kedua tangan masih mengamati Nata yang kini melayani salah satu pengunjung Bar yang tengaj memesan minuman.

"Silahkan" Nata mempersilahkan wanita yang tubuhnya hanya dibalut kain seadanya itu. Ia menyerahkan segelas bir dihadapannya.

"Pakai Es batu abang tampan" wanita itu mengedipkan sebelah mata kearah Nata.

"Maaf Cantik, sekedar saran Jika dicampur es batu birnya akan encer kadar alkoholnya juga berkurang" ucap Nata.

"Benarkah, okelah kalau begitu" Wanita itu lalu menegul birnya hinga setengah isi sambil terus menatap Nata dengan penuh Damba.

Yah Nata adalah salah satu daya tarik club malam ini, tubuhnya yang tinggi dan berisi dengan wajah tampan ala bad boynya membuat banyak kaum hawa terpesona.

"Abang mau ONS sama aku gak ?" Akhirnya wanita itu to the point.

"Maaf ya Cantik aku udah punya pacar" Tolak Nata tetap dengan senyuman, sebagai bartender ia tak boleh memperlihatkan perasaan kesalnya.

"Serius lo udah punya pacar?" Tanya Boby lagi saat wanita yang bafu saja menggoda Nata sudah pergi.

"Serius"

"Siapa? Koq que gak tau sih" Bobby menggaruk kepalanya, biasanya setiap pacar Nata pasti ia tahu.

"Belum pacaran, baru mau gue rebut dari suaminya" Nata tersenyum jahil.

"Gila!! Istri orang Bro? Siapa?"

"Lo ingat cewek yang kita temui di Swalayan"

"Swalayan? Swalayan yang mana? Yang dekat kosan?"

"Bukan. swalayan yang dikawasan elite itu" Terang Nata.

"Maksud lo Senja Anindita?"

"Nah tu ingat, hebat juga lu ingat nama lengkapnya"

"iya lah cewek secantik itu siapa yang bisa lupa, Lo gak lagi sakit kan Bro?" Bobby tersenyum mencemooh, "Lo lagi jatuh cinta sendiri ya" Kali ini pria itu tertawa mengejek, "Dia tinggal disekitar situ sudah pasti dia orang kaya, kelihatan bro dari outfitnya, Lo punya apa? pede banget mau merebut gadis itu dari suaminya"

"Aku punya ini" Nata menepuk dadanya pelan. Yah ia merasa punya cinta untuk membahagiakan Senja tentu setelah ia menyingkirkan penyakit sialan yang menggerogoti tubuhnya.