NovelToon NovelToon
Terjerat Pernikahan Dengan Pria Kejam

Terjerat Pernikahan Dengan Pria Kejam

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Romansa Modern / Masokisme / Konflik Rumah Tangga- Terpaksa Nikah / Konflik Rumah Tangga-Pembalasan dendam / Konflik Rumah Tangga-Pernikahan Angst
Popularitas:6M
Nilai: 4.8
Nama Author: Nadziroh

Demi menghindari bui, Haira memilih menikah dengan Mirza Asil Glora, pria yang sangat kejam.

Haira pikir itu jalan yang bisa memulihkan keadaan. Namun ia salah, bahkan menjadi istri dan tinggal di rumah Mirza bak neraka dan lebih menyakitkan daripada penjara yang ditakuti.

Haira harus menerima siksaan yang bertubi-tubi. Tak hanya fisik, jiwanya ikut terguncang dengan perlakuan Mirza.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadziroh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Salah

Cahaya mentari yang menerpa wajah mengusik hingga membuat Mirza menggeliat. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya yang masih sangat berat. Tangannya bergerak, memijat kepalanya yang terasa pusing. 

Mengembalikan nyawanya yang tercecer. Mengingat kejadian sebelum ia tertidur pulas. 

Semalam aku ke klub. 

Menghembuskan napas, lalu menyibak selimutnya. Dengan susah payah Mirza bangun dan bersandar di hardboard.

"Kenapa kepalaku pusing sekali, memangnya berapa botol minuman yang aku habiskan?" gumam nya lirih. Tubuhnya terlalu lemah untuk turun hingga berdiam sejenak. Jika dulu ia selalu mendapat sambutan setelah bangun tidur, kini hatinya seakan kosong, tiada penghuni yang bersemayam di sana.

Setelah cukup mengembalikan seluruh ingatannya, Mirza menurunkan kedua kakinya. Matanya menatap setelan kantor yang sudah siap di samping lemari. 

"Siapa yang menyiapkan baju kantor ku?" 

Mirza melangkah. Mengangkat satu persatu baju yang sudah siap membalut tubuhnya. 

"Apa mungkin ini kerjaan Naina?" terka nya, mengembalikan gantungan itu lalu keluar. Pasalnya, hanya Naina pelayan yang berani masuk ke kamarnya. Bahkan bi Eniz pun tak sembarang masuk jika tidak ada perintah.

Matanya menatap ke arah Haira yang sedang membersihkan ruang keluarga. Ia tak peduli dan melintas segitu saja tanpa ingin menyapa gadis yang semalam bersusah payah membantunya mengganti baju. 

Haira tersenyum kecil saat menatap punggung Mirza yang semakin menjauh. 

Tampan sekali, apalagi gambar piyama nya, lucu. Apa dia sangat menyukai kartun doraemon.

Mirza duduk di ruang tengah. Menyeruput kopinya yang sudah mulai menghangat, tangannya meraih ponsel yang ada di sana. 

Erkan yang baru datang menahan tawa melihat piyama yang melekat ditubuh Tuannya. Namun, ia tak ada keberanian untuk menegur. 

Apa semalam beneran Haira yang mengganti baju Tuan Mirza? Tapi sepertinya Tuan Mirza tidak menyadarinya. 

Seandainya itu bukan Tuannya, Erkan sudah terpingkal-pingkal sambil memegang perutnya. 

"Semalam aku pulang jam berapa?" tanya Mirza tanpa menatap. 

"Jam sepuluh, Tuan," jawab Erkan seketika. 

Pura-pura merapikan dasinya yang memang sudah rapi.

Mirza mendongak ke atas. Jika mengingat Lunara, kepalanya seperti mau pecah, rasa rindunya tak bisa dikendalikan dan terkadang membuatnya kacau. 

"Apa saja jadwal hari ini?" tanya Mirza datar. Melirik Haira yang nampak menghampirinya. 

"Sarapan Anda sudah siap, Tuan," selak Haira sebelum Erkan menjawab pertanyaan Mirza. 

Tidak ada jawaban, Mirza justru memalingkan wajahnya, enggan untuk bertatap langsung dengan gadis itu. Beranjak dari duduknya lalu membuka lemari pendingin, tanpa sengaja Mirza mendengar suara tawa kecil dari arah dapur. 

Ehem

Mirza berdehem, mengambil sebotol air dingin dari sana. Menatap Bi Enis yang baru saja keluar. Wanita itu membungkuk ramah, menyapa. Lalu, melanjutkan aktivitasnya tanpa ingin mengatakan sesuatu. Meskipun ada yang menjanggal, tetap memilih bungkam.

Sepertinya rumah ini penuh keanehan. 

Mirza pindah dan duduk di ruang makan. Diikuti Erkan dari belakang. 

"Hari ini ada pertemuan dengan Tuan Bahadir. Dia ingin membicarakan tambang batu bara milik Tuan yang ada di luar kota. Jam dua ada pertemuan dengan Izi, yang ingin bekerja sama dengan pabrik garmen."

Mirza hanya mendengarkan tanpa menjawab. Ia kembali ke kamar. Baru saja berdiri di depan cermin, dahinya mengernyit dengan mata yang memicing. Menatap piyama nya dari pantulan cermin. 

"Apa ini?" Menjewer baju piyama yang membuatnya jijik. 

Jadi semua orang menertawakan ku, pikirnya, mengingat tatapan Erkan yang tak di mengerti. Juga para pelayan yang menatapnya dengan tatapan aneh. 

Brak

Mirza menggebrak meja. Menarik bajunya dengan kasar lalu menggenggamnya  hingga berbentuk lingkaran. 

"Kurang ajar, siapa yang berani melakukan ini padaku. Aku pastikan dia tidak bisa lagi bernafas."

Mirza membuka pintu dengan keras. Menunjukkan kemarahannya yang memuncak. 

Semua orang yang mendengar itu tersentak kaget, bahkan bi Enis mengelus dadanya melihat Mirza yang telanjang dada dengan wajah yang dipenuhi amarah. Matanya merah menyala dengan tatapan tajam. 

"Erkan, suruh semuanya berkumpul di sini, termasuk kamu!" titah Mirza dengan suara lantang. 

Setelah mendapat perintah dari Erkan, seluruh pelayan yang ada di rumah itu berhamburan menghampiri Mirza. Mereka berbaris rapi menghadap sang Tuan yang memamerkan dada bidangnya. 

Haira berdiri paling belakang. Sedikitpun tak berani menatap Mirza mengingat piyama yang saat ini ada di tangan pria itu. 

"Siapa yang tadi malam menganti bajuku?" Melirik Erkan yang berdiri di sampingnya, karena hanya pria itu yang selalu bersama Mirza, kemanapun dan dimanapun. 

Arini yang ada di sudut tangga melipat kedua tangannya. Bersiap menyaksikan apa yang akan dilakukan Mirza pada orang yang sudah mempermalukan nya. 

Erkan langsung menatap Haira. Itu saja sudah cukup memberi tanda jika wanita itu lah pelakunya. 

Hening

Semua saling tatap dan mengangkat bahu, sedangkan Haira hanya bisa menunduk, menahan dadanya yang mulai bergemuruh hebat. Keringat dingin mulai bercucuran membasahi kulitnya, rasa takut menyelimuti hingga membuat sekujur tubuhnya bergetar. 

"Jika tidak ada yang mengakui, aku akan __" 

"Sa… saya, Tuan." 

Haira mengangkat tangannya.

Seketika itu juga Mirza melempar bajunya tepat di wajah Haira. 

Semoga Tuan Mirza tidak menghukum Haira dengan berat. 

Bi Enis hanya bisa membantu doa. Sebab, tidak ada yang berhak membela siapapun yang melakukan kesalahan di rumah itu. 

"Sekarang semua pergi, kecuali kamu." Menunjuk Haira yang mencengkeram erat piyama milik Mirza. 

Haira masih menundukkan kepalanya. Tidak berani menatap wajah Mirza yang menurutnya sangat mengerikan. 

"Apa menurutmu ini lucu?" tanya Mirza datar. 

Lucu, Haira hanya menjawab dalam hati. 

"Tidak, Tuan," jawab Haira sambil menggelengkan kepala. 

Mirza mencengkram lengan Haira hingga membuat sang empu meringis. 

"Saya minta maaf, Tuan. Semalam saya tidak melihat baju tidur Tuan, selain ini."

Haira berusaha mencengkal tangan Mirza. Matanya menangkap perut sang suami yang berbentuk kotak-kotak. Naik ke atas, otot pria itu pun nampak menonjol membuat tubuhnya terlihat sempurna. 

Mirza menarik Haira ke kamarnya. Membawa gadis itu menuju lemari. Membuka lebar-lebar dan mengambil beberapa baju yang menggantung di sana.

"Apa mata kamu buta, ini semua baju tidur. Tapi kenapa kamu mengambil yang ini? Apa kamu sengaja membuatku malu di depan semua pelayan, hah?" bentak Mirza di telinga Haira. 

Haira memejamkan mata. Ia hanya menerima luapan amarah Mirza yang semakin menjadi. Mungkin itu akan diterimanya setiap hari, mengingat hukumannya yang sudah tercatat seumur hidup. Melompat dari takdir hingga menemukan tempat yang mencekam.

"Maafkan saya, Tuan." 

Haira menangkup kedua tangannya di depan Mirza. Memohon belas kasihan pada pria itu. 

Mirza menarik rambut Haira. Memutar tubuh gadis itu hingga terhempas di dinding. Meraih tangannya ke belakang. Satu tangannya mencengkeram dagu Haira hingga meringis kesakitan. 

"Tidak ada kata maaf bagi orang yang sudah melakukan kesalahan. Mulai hari ini, jangan berani menyentuh bajuku dan aku. Kamu bukan istri yang sesungguhnya, jangan pernah bermimpi bisa menikmati tubuhku dan menjadi nyonya Glora."

Haira berdecih, sedikitpun ia tak ingin disentuh oleh Mirza. Juga tak ingin memiliki kedudukan seperti yang disebut suaminya.

1
Khanza Safira
cocok Momy kok kan meskipun dari kampung haira udh jadi istri orang kaya jadi cocok banget
Khanza Safira
🤣🤣🤣🤣
🍁Angela❣️
𝚒𝚔𝚊𝚝𝚊𝚗 𝚋𝚊𝚝𝚒𝚗
🍁Angela❣️
𝙷𝚘𝚎𝚔𝚔𝚔 😄😄😄 𝚕𝚊𝚗𝚐𝚜𝚞𝚗𝚐 𝚖𝚞𝚞 𝚊𝚕𝚕 𝚍𝚊𝚑𝚑 𝚝𝚞𝚑𝚑 𝚜𝚒 𝚖𝚒𝚛𝚣𝚊 😃😃😃😃😃
🍁Angela❣️
𝚊𝚒𝚑𝚑 𝚍𝚊𝚑 7 𝚝𝚊𝚑𝚞𝚗 𝚊𝚓𝚊 😄😄😄😄 ...
𝚑𝚎𝚕𝚕𝚘 𝚐𝚊𝚗𝚝𝚎𝚗𝚐 𝚜𝚊𝚕𝚊𝚖 𝚔𝚗𝚕 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚊𝚞𝚗𝚝𝚢 𝚊𝚗𝚐𝚎𝚕𝚊 🤣🤣
🍁Angela❣️
𝚔𝚎𝚗𝚊𝚙𝚊 𝚌𝚘𝚋𝚊 𝚋𝚎𝚛𝚑𝚞𝚝𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚟𝚛𝚎𝚗𝚝𝚎𝚗𝚒𝚛... 𝚔𝚗𝚙 𝚐𝚊𝚔 𝚊𝚍𝚊 𝚠𝚊𝚛𝚐𝚊 𝚢𝚢 𝚖𝚘 𝚋𝚊𝚗𝚝𝚞 𝚜𝚒 𝚗𝚎𝚗𝚎𝚔 𝚔𝚊𝚑
🍁Angela❣️
𝚌𝚎𝚙𝚎𝚝 𝚋𝚐𝚝 𝚑𝚊𝚒𝚛𝚊 𝚑𝚊𝚖𝚒𝚕.... 𝚝𝚊𝚙𝚒 𝚐𝚙𝚙 𝚒𝚝𝚞 𝚜𝚞𝚍𝚊𝚑 𝚓𝚊𝚕𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊... 𝚖𝚘𝚐𝚊 𝚖𝚒𝚛𝚣𝚊 𝚕𝚎𝚔𝚊𝚜 𝚖𝚎𝚗𝚢𝚊𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚔𝚎𝚜𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚏𝚊𝚑𝚊𝚖𝚊𝚗 𝚒𝚗𝚒... 𝚔𝚊𝚜𝚒𝚊𝚗 𝚑𝚊𝚒𝚛𝚊
🍁Angela❣️
𝓲𝓽𝓾 𝚊𝚛𝚝𝚒𝚗𝚢𝚊 𝚔𝚊𝚖𝚞 𝚓𝚊𝚝𝚞𝚑 𝚌𝚒𝚗𝚝𝚊 𝚜𝚊𝚖𝚊 𝙷𝚊𝚒𝚛𝚊 𝚝𝚊𝚗𝚙𝚊 𝚔𝚊𝚖𝚞 𝚜𝚊𝚍𝚊𝚛𝚒𝚒𝚒𝚒
🍁Angela❣️
𝓰𝓪𝓴 𝓫𝓲𝓼𝓪 𝓴𝓪𝓱𝓫𝓗𝓪𝓲𝓻𝓪 𝓴𝓪𝓫𝓾𝓻 𝓭𝓪𝓻𝓲 𝓷𝓮𝓻𝓪𝓴𝓪 𝓲𝓽𝓾... 𝓵𝓪𝓶𝓪-𝓵𝓪𝓶𝓪 𝓫𝓲𝓼𝓪 𝓰𝓲𝓵𝓪 𝓭𝓲𝓪𝓪𝓪
🍁Angela❣️
𝙖𝙙𝙪𝙝𝙝𝙝𝙝 𝙢𝙞𝙧𝙯𝙖𝙖𝙖 😁😁😁😁😁😁😁
🍁Angela❣️
𝙢𝙖𝙨𝙞𝙝 𝙖𝙟𝙖 𝙨𝙖𝙡𝙖𝙝 𝙛𝙖𝙝𝙖𝙢 🥲🥲🥲🥲
🍁Angela❣️
𝙠𝙡𝙤 𝙢𝙖𝙡𝙪 𝙣𝙜𝙤𝙢𝙤𝙣𝙜 𝙠𝙖𝙣 𝙗𝙞𝙨𝙖 𝙣𝙜𝙚𝙩𝙞𝙠 𝙥𝙠𝙚 𝙝𝙥
🍁Angela❣️
𝙢𝙚𝙡𝙚𝙗𝙞𝙃𝙞 𝙥𝙚𝙢𝙗𝙖𝙣𝙩𝙪 𝙙𝙪𝙣𝙠... 𝙥𝙖𝙙𝙖𝙝𝙖𝙡 𝙞𝙨𝙩𝙧𝙞 𝙡𝙝𝙤𝙤𝙤 𝙃𝙖𝙞𝙧𝙖 𝙞𝙣𝙞
🍁Angela❣️
𝙠𝙖𝙨𝙞𝙖𝙣 𝙝𝙖𝙞𝙧𝙖... 𝙢𝙤𝙜𝙖 𝙘𝙡𝙨𝙖𝙗𝙖𝙧 𝙮𝙖𝙖𝙖
🍁Angela❣️
dihhh pke tanya yg nyiapin baju kantor ya jelas bini mu lah bang
🍁Angela❣️
untung aja sang asisten gercep.. jadi Mirza ham jadi main sama jalang
🍁Angela❣️
ya ampun kasian haira... .... kpn sih Mirza sadar klo salah faham
🍁Angela❣️
tuhhh pelayan aja pada bertingkah 😄😄😄😄
🍁Angela❣️
serba salah nih haira.. hadeh tanda tangan menderita gakntanda tanda tangan juga menderita
🍁Angela❣️
menikah hanya untuk menyiksa... hadehhh safiss benerrr sihhhh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!