Dario Maverick dan Alice sudah menikah selama lima tahun lamanya. Namun, keduanya tak kunjung memiliki keturunan. Sampai dimana ibu mertua Alice meminta Dario untuk menikah lagi. Di saat itu, Alice memilih pergi agar suaminya bisa menikah lagi.
Namun, siapa sangka. Jika dirinya pergi ternyata sedang dalam keadaan sedang mengandung. Alice tidak membatalkan kepergian nya, justru dia melanjutkan kepergian dan meninggalkan cintanya.
Apakah nantinya Dario dan Alice akan bertemu? Bagaimana status pernikahan mereka setelah Alice memutuskan untuk pergi? Apakah Dario memilih menikah lagi ketika istri nya pergi, ataukah justru mencarinya?
BACA SEGERA!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dompet keling
"KAAAAKKK! PINDAH KEMANA KUPINGNYA ITUU?! DALI TADI DI TANYA NDA DI JAWAB!" Teriak Alexa yang sudah kesal karena tak kunjung menjawabnya.
Eliza mengerjapkan matanya, dia merasa ada yang aneh dengan ponsel milik Bu Liana. Lalu, dia pun merebut nya dari tangan Alexa yang mana membuat kembarannya itu memekik kesal. Tak peduli, Eliza mengecek ponsel milik Bu Liana itu.
"Hiii! Kenapa di ambil Lijaaaa!" Kesal Alexa.
"Pantecan nda di jawab, olang telponnya m4ti." Gumam Eliza.
"Hiii nda pintal telponnya, kalau cudah nda telcambung halusnya bilang. Ciapa yang buat telpon? Mau Lekca campelin bial buat model yang balu. Kulang pintal ini buatnya." Celoteh Alexa.
Eliza melirik malas pada kembarannya itu, "Telcelah kau lah Cumiati." Gumam Eliza.
Tak lama, Bu Liana datang. Melihat dua anak kembar itu yang tak lagi menelpon, membuatnya bertanya-tanya. Dia pun duduk di sofa tepat di hadapan si kembar. Melihat kedatangan Bu Liana, Alexa langsung mengembalikan ponsel milik wanita paruh baya itu.
"Ini cudah Nenek, telima kacih. Tadi telpon na m4ti," ujar Alexa dengan lesu.
"Iya kah? Ooohh, lupa Nenek beli pulsa. Maaf yah, nanti Nenek beli dulu." Seru Bu Liana sembari menepuk keningnya. Dia lupa jika dirinya belum membeli pulsa, pantas saja sambungan telpon itu terputus.
"BUUUKK! BELIII!"
Tatapan ketiganya langsung mengarah ke arah pintu warung. Mereka sudah terbiasa mendengar teriakan seperti itu dari pembeli. Jika pembeli tidak teriak, mereka tidak akan mengetahui ada pembeli. Karena posisi mereka saat ini berada di dalam rumah yang terpisah dari warung. Namun, ada pintu penghubung yang menyatukan keduanya.
"CEBENTAAALL!" Teriak Alexa dan segera berlari memasuki warung.
"Beli apa?" Tanya Alexa sembari menaiki kursi.
"Beli roti as0ka, tiga yah." Seru seorang anak lali-laki yang berumur di atas Alexa.
"Ac0ka? Loti Ac0ka?" Kening Alexa mengerut dalam, dia mencari roti yang anak laki-laki itu maksud. Tatapan matanya pun jatuh pada kumpulan roti yang bertuliskan nama A0ka. Raut wajah Alexa pun berubah datar.
"Loti a0ka makcudmu cupliii!"
"Nah itu!" Seru anak laki-laki itu dengan tersenyum lembar. Alexa berdecak sebal, dia meraih tiga roti dengan merk tersebut dan memberikannya pada anak laki-laki itu. Namun, sebelum memberikannya, mata Alexa menyipit perlahan.
"Nda boleh ngutang, halus bayal. Bukan walung nenekmu ini, mana uangna!" Pekik Alexa sembari menad4hkan tangannya.
"Ish, tau aja kalau aku mau ngutang." Kesal anak laki-laki itu dan berakhir mengeluarkan uangnya.
"Mukamu itu cepelti kolban dompet keling, nda pelcaya lagi aku cama muka cepeltimu." Celoteh Alexa sembari mengambil uang yang anak laki-laki itu berikan. Di ledek seperti itu, tentunya anak laki-laki itu kesal. Dia ingin memarahi Alexa, sayangnya wajah imut bocah menggemaskan itu membuatnya tak bisa berkutik.
"Udah, mana kembaliannya sini! Dua ribu!" Pinta anak laki-laki itu.
Mata Alexa mendelik, "Nda ada yah! Utang mamakmu dicini aja macih celatus libu. Kulang cembilan puluh delapan. cehalusnya nda jajan cekalang kau. Heh, kau dengal ini cupli. Kalau kau mau kembalian, bilang mamakmu culuh bayal hutangnya." Sewot Alexa yang mana membuat anak laki-laki itu mati Ku*tu.
Karena terlanjur malu, anak itu pun langsung pergi dari sana sembari membawa ketiga rotinya. Alexa menyunggingkan senyumnya, dia menatap uang yang berhasil dia ambil dari bocah laki-laki itu. Sepertinya, Alexa memiliki bakat terpendam tentang menagih hutang.
"Biallah dua lebu telbayal, becok ku keljai lagi dia." Gumam Alexa.
.
.
.
Sedangkan di rumah sakit, suasana canggung menyelimuti ruang rawat Alice. Wanita itu sedang tertekan akibat tatapan tajam Dario padanya. Apalagi, kini posisi pria itu berdiri di sisi brankarnya sembari tangannya berada di tepi brankar guna menopang tubuhnya.
"Kak, gak tersambung." Cicit Dara yang sejak tadi berusaha menghubungi ibunya kembali.
"Coba lagi!" Titah Dario yang mana membuat Dara meneguk kasar lud4hnya.
"Kayaknya ibuk lupa isi pulsa deh." Batin Dara. Gadis itu pun masih berusaha untuk menelpon sang ibu, walaupun dia tahu perbuatannya akan sia-sia.
Alice menatap Dara, ia berharap Bu Liana tak menjawab telpon itu sama sekali. Dia takut, Dario akan tahu tentang si kembar. Bukan Alice ingin menyembunyikan si kembar, dia hanya takut Dario akan mengambil mereka berdua darinya. Apalagi, Alice curiga jika Dario sudah menikah kembali. Tidak menutup kemungkinan jika pria itu akan menceraikannya dan merebut hak asuh kedua putrinya nanti.
"Jawab pertanyaanku tadi, siapa anak kecil itu? Kenapa dia memanggilmu Mommy?" Tanya Dario dengan tatapan lekat.
"Mereka, mereka ... anak asuhku." Jawab Alice sembari menutup matanya.
"Anak asuh? Dia bukan anak ...,"
"Kita?" Sambung Alice sembari membuka kembali matanya. Kedua tatapan mereka bertemu, dan saling menatap dengan sorot mata yang teduh.
"Lima tahun kita bersama, dan aku juga belum kunjung hamil. Apa kamu masih berpikir, dia anak kita?" Tanya Alice sembari mematap Dario dengan tatapan berkaca-kaca.
Dario tersadar, dia segera menegakkan tubuhnya dan berdehem pelan. Rasanya, sangat menyakitkan jika kembali di ingat. Lima tahun sudah dia menunggu istrinya hamil, tetapi belum kunjung harapannya terpenuhi. Walau begitu, Dario tetap memberi semangat istrinya agar wanita itu tidak down. Justru, Alice malah pergi darinya.
"Mas, apa kamu sudah menceraikanku?" Pertanyaan Alice membuat Dario menatapnya dengan tatapan yang dingin.
"Jika iya, aku butuh akta perceraian kita. Aku ingin ...,"
"Dimana selama lima tahun ini kamu tinggal?" Dario mencoba mengalihkan pertanyaan Alice, entah apa yang pria itu inginkan dari wanita di hadapannya itu.
"Mas, aku bertanya apa kamu sudah mence ...,"
"Dimana kamu selama lima tahun ini? Apa kamu pikir, selama lima tahun ini aku sibuk mencari istri baru?! Bagaimana aku bisa menikah lagi jika memiliki istri satu aja aku tidak bisa menjaganya. Dia bahkan kabur entah kemana dan baru ketemu sekarang." Ketus Dario yang mana membuat Alice melongo.
Bukan hanya Alice, Dara pun sama. Dia menatap kedua pasangan itu dengan bergantian. Sepertinya, dia ada di kondisi yang tidak tepat. Berada di tengah-tengah suami istri yang sedang bertengkar bukanlah hal yang baik.
"Aku boleh ... keluar gak?" Tanya Dara sembari menatap ke arah Dario.
Dario mengalihkan pandangannya, dia tak menjawab permintaan Dara. Justru, pria itu memanggil Asisten Ravi yang berjaga di depan ruang rawat Alice. Melihat wajah datar Asisten dari Dario, membuat Dara merasa khawatir.
"Gak jadi deh, aku disini aja. Gak papa, liat kalian yang sedang membuka masalah lama. Aku gak papa, sekalian liat tontonan gratis kan. Kapan lagi kan?" Seru Dara dengan salah tingkah.
"Ravi, antar dia pulang." Titah Dari yang mana membuat Dara dan Alice melototkan matanya.
"JANGAN!" Pekik keduanya.
Dario menatap Alice, dia melihat tatapan ketakutan dari wanita yang masih berstatus sebagai istrinya itu. Seringainya terbit, dia melirik ke arah Dara yang sama halnya seperti Alice. "Dimana rumahmu?" Tanya Dario pada Dara.
"Rumah saya jauuuuhh banget beneran. Bapak ... eh tuan, eh om ...,"
Asisten Ravi mendekat pada Dara, dia berdiri di belakang Dara sembari berbisik pelan pada gadis itu. "Jawab saja, jika kamu tidak ingin namamu terpampang lebar di berita besok pagi." Bisik Asisten Ravi dengan nada mengancam.
Mendengar itu, Dara menjadi takut. Dia menatap Alice yang menggelengkan kepalanya. Sayangnya Dara tak punya pilihan lain, dia tidak mau namanya terdapat di berita besok hari. Walaupun dia sendiri tidak mengerti, berita apa yang Asisten Ravi maksudkan.
"Kita tinggal di rusun." Cicit Dara yang mana membuat Alice memejamkan matanya.
"Rusun? Apakah rusun yang sama dengan rusun yang aku datangi kemarin." Batin Dario.
"Ravi, antar dia pulang!"
"Eh?!"
___
Jangan lupa dukungannya🥰🥰
Maaf yah, up nya kemaleman🤧🤧