NovelToon NovelToon
JADI CERAI, GAK?

JADI CERAI, GAK?

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cinta setelah menikah / Pernikahan Kilat / Identitas Tersembunyi
Popularitas:35.1k
Nilai: 5
Nama Author: EmeLBy

Cerita ini hanya fiktif belaka, hasil kehaluan yang hakiki dari Author gabut. Silahkan tinggalkan jejak jempol setelah membaca dan kasih bintang lima biar karya ini melesat pesat. Percayalah Author tanpa Readers hanyalah butiran debu.
Siti dan Gandhi tetiba menjadi pasangan nikah dadakan, karena Siti menghindar perjodohan dari sang ayah yang akan di pindah tugas keluar Pulau.
Sebelumnya Siti sudah punya kekasih, tetapi belum siap untuk menikahinya. Jadilah Gandhi yang bersedia di bayar untuk menjadi suami pura-pura hingga Arka siap meminang Siti.
Isi rumah tangga Siti dan Gandhi tentu saja random, isi obrolan mereka hanya tentang kapan cerai di setiap harinya.
Mari kita simak bagaimana akhir rumah tangga Siti dan Gandhi yang sejak awal berniat bercerai. Apakah sungguh berpisah atau malah bucin akut?
Happy Reading All

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EmeLBy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 16 : TIDAK OTORITER

Gandhi sudah mengantar Siti ketempat istri pura-puranya itu melakukan janji temu dengan mantan kekasih yang katanya sudah jadian kembali. Agak penasaran juga Gandhi dengan rupa si Arka yang sangat di cintai oleh Siti Haurah, Tampan kah, kaya kah, atau sebaik apakah? semua membuat Gandhi ingin tau tapi tetap dengan wajah datarnya.

"Udah sampe di sini saja, aku gak mau Arka liat aku di antar oleh kamu,Gan." Siti menepuk punggung Gandhi sat mereka masih di pinggir jalan.

"Mang janjiannya di mana?"

"Di sana, aku jalan aja ke sananya."

"Dimana biar aku antar sampe ketemu dia."

"Jangan ngaco, aku gak mau Arka salah paham lagi." jawab Siti dan Gandhi tidak mau berhenti. Motornya tetap ia jalankan dengan pelan ke arah maju.

"Stop Gan, atau aku lompat nih." Nyaring suara Siti merasa Gandhi tidak menuruti perintahnya.

"Aku harus tau kamu ketemuannya di mana, bukan di hotel kan." Jawab Gandhi ngawur memang.

"Heh, sembarangan emang aku cewek apaan segala janjian di hotel. Lagian apa urusanmu?" bentak Siti lagi pada Gandhi.

"Suami. Bagaimanapun kita sudah menikah. Paham." Akhirnya Gandhi berhenti dan menunjukkan cincin di jari manisnya pada Siti.

"Kenapa di pake sih, kalo kita di luar lepas aja." Dengus Siti yang kemudian melengos pergi, dengan memeluk helm berjalan agak cepat, setengah berlari kemudian masuk ke sebuah cafe yang memang tidak jauh dari tempat mereka berhenti. Gandhi menatap punggung itu pergi terlihat sangat buru-buru. dengan pelan Gandhi ikut masuk ke cafe itu, mencari tempat duduk di pojokan. Agar tetap bisa memantau Siti dan Arka dari kejauhan, untuk memastikan jika Siti dan Arka hanya saling bicara biasa.

"Kamu ngapain duduk di situ?" chat Siti yang melihat Gandhi masuk ke tempatnya dan Arka ngobrol.

"Emang ku gak boleh ngafe? ini gak ada dalam perjanjiankan." Balas Gandhi cepat.

"Kamu kepo in aku pacaran." balas Siti lagi.

"Oke aku pulang. Terus kalo  Bapak tanya kamu di mana? aku jawab apa?" ketik Gandhi lagi sambil menyeruput kopi pesanannya.

"Ya udah, tunggu aja di situ." Siti menyerah juga, benar saja lebih baik Gandhi menungguinya. Walau lagi-lagi ia merasa sedang pacaran dalam pantauan pengawal ayahnya, seperti sebelum-sebelumnya. Risih pasti, tapi dari pada gak ketemu Arka lebih susah lagi.

"Gandhi, Siti. Kalian baru pulang?" sudah hampir magrib anak dan menantunya itu baru terlihat di rumah, keduanya keluar bahkan hampir bersamaan dengan Sita pergi kepasar pukul 9 pagi tadi.

"Iya pak. Tadi mengantar ayah dan ibu ke terminal. Maaf ada keluarga yang sakit di kampung. Ayah juga menitip pesan, untuk acara Ngunduh Mantu di tunda dulu boleh? Sebab yang di kampung urgent banget." Siti menatap Gandhi, dapat alasan di mana suami pura-puranya itu. Tiba-tiba meminta penundaan acara yang memang Siti tidak ingin laksanakan.

"Ya kalau orang tua mu yang memang tidak bisa, papa juga tidak bisa memaksa." Jawab Harso.

"Hah, selempeng itu papa menyetujui alasan Gandhi ini. Papa takluk atau apa sama Gandhi ini." Monolog Siti dalam hati. Sambil Siti berjalan untuk membersihkan diri dan bersiap untu berkativitas lagi di rumah.

Sholat magrib sudah mereka laksanakan bersama, makan malam juga sudah. Kini ke empat orang di rumah itu tengah duduk bersama untuk saling bertukar informasi.

"Nak Gandhi maaf, papa boleh bertanya tentang pekerjaan kamu? sebab sekarang kamu itu kan kepala keluarga dalam rumah tangga kalian. Sebagai umat beragama, kita sama taulah bahwa laki-laki wajib memberi nafkah untuk istrinya." Ujar Harso terbuka saja di hadapan istri, anak dan menantunya tersebut.

"Iya pak, saya tau tugas seorang suami. Saya memang baru di nyatakan lulus Sidang Skripi. Belum sah menjadi seorang sarjana. Masih bertatus mahasiswa. Untuk sementara maaf, putri bapak saya nafkahi dengan keuangan yang tidak banyak. Keseharian saja sekarang bekerja sebagai ojek online saja Pak, Maaf." Ujar Gandhi panjang namun sangat sopan dalam segi penyampaian.

"Siti, kamu tau pekerjaan suami kamu. Jangan banyak menuntutnya, saling pengertian. Baik-baik mengatur pengeluaran runah tangga. Karena kamu sudah menjadi tanggung jawab Gandhi. Maka papa sudah tidak memberi uang jajan kamu lagi." Jeder hati Siti ketar-ketir dong. hari ini saja tabungannya sudah geser 20 juta untuk Gandhi menyewa rumah. Gak ada pemasukan lagi ke rekeningnya seperti biasa. Siti wajib hemat menggunakan uang tabungannya selama ini, untuk bayar Gandhi. Siti harus memutar otak, untuk meyakinkan Arka agar bisa menikahinya. Agar ia berhenti membayar Gandhi sebagai suami pura-puranya.

"Hah?" Siti hanya ber hah ria saja mendengar kalimat dari ayahnya.

"Tenang saja, karena Gandhi juga masih mahasiswa dan pekerjaannya belum mapan. Maka untuk SPP, pembayaran kuliahmu hingga Wisuda tetap papa yang bayar." Ujar Harso lagi. Ini cukup menenangkan hati Siti, setidaknya ia masih bisa merasakan uang masuk beberapa juta ke rekeningnya.

Sebenarnya Harso tidak sejahat yang Siti rsakan, ia terasa melunak saat anak tunggalnya itu kini sudah bersuami. Apakah ia jaim atau belum saja menunjukkan jiwa maksanya pad Gandhi. Hanya Siti merasa Harso terkesan lembut dan sangat menaruh kepercayaan dengan pria yang kini berstatus sebagai suaminya tersebut.

"Siti, ingat layani suamimu dengan baik. Belajar memasak, mulai dari buatkan minuman saja dulu tiap pagi. Setiap ia akan pergi dari rumah. Pastikan perutnya kenyang saat meninggalkan rumah, selain hemat, juga untuk menghindari pertemuannya dengan wanita lain di kedai makan di luar sana." Pagi datang, Siti seperti biasa sudah nongkrong di dapur melihat ibunya menyiapkan makanan untuk mereka, hanya menonton ibunya memasak dan menyiapkan sarapan.

"Itu penting banget ya Ma?" Soto menanggapi dengan melihat ponsel di tangannya.

"Iya sangat penting. Kebutuhan lahir dan batin suami harus terpenuhi. Bersyukurlah kamu memiliki suami. Bagaimanapun Gandhi itu pilihanmu, tentu saja kamu ingin memiliki hubungan yang awet. Di luar saja banyak single atau janda yang menginginkan dia, karena itu jaga dia agar selalu setia padamu. Kadang laki-laki tidak perlu punya alasan untuk berselingkuh. Tetapi kita sebagai istri tidak ada salahnya terlebih dahulu memberikan yang terbaik untuk mereka di rumah, untuk meminimalisir perbuatan mereka di luar sana." Panjang pesan Sita pada Siti yang sudah berubah status itu.

"Ya ... kalo memang begitu berarti kami tidak jodoh lagi." lempeng dong Siti jawabnya, orang mereka cuma menikah pura-pura ini, bentar lagi juga cerai, kalo gak cerai Siti bisa miskin oleh bayar Gandhi per bulan.

"Hus, gak boleh bicara seperti itu. Rumah tangga macam apa yang tidak punya harapan hingga menua bersama." Hardik Sita tak suka Siti tidak berupaya untuk setia dan menjaga keharmonisan rumah tangganya.

Dua lelaki di rumah itu sudah bergabung bersama Sita dan Siti, mereka menikmati sarapan buatan Sita.

"Jadi apakah kalian sudah menentukan akan tetap tinggal di sini atau bagaimana?" tanya harso yang terus meminta kepastian.

"Mungkin besok kami sudah pindah ke rumah kontrakan saya, Pak." Jawab Gandhi sopan.

"Papa saja, tidak usah panggil Pak, jangan sungkan. Kamu itu suami putri saya, ya anak saya juga." Jawab Harso. Gandhi hanya mengangguk.

"Siti ..." Sita memberi kode agar Siti mengambilkan nasi untu Gandhi, sama seperti dia yang sudah 27 tahun mengabdi sebagai isteri Harso. Usia Siti memang baru 23 tahun. Sebab setelah menikah 4 tahun mereka baru mendapatkan Siti. Tunggal pula, makanya Harso dan Sita sangat memproteksi Siti sedemikian rupa.

Hari berlalu, rumah kontrakan Gandhi sudah layak di sebut rumah untuk ukuran orang berumah tangga. Kamar Siti di kontrakan Gandhi sudah lengkap dengan lemari pakaian juga meja rias. Gandhi yang memaksa Siti melengkapi itu semua, katanya agar seperti kamar orang setelah menikah pada umumnya. Siti mau-mau saja mendengarkan paksaan Gandhi walau dengan kepala yang nyut-nyutan karena membeli dengan uangnya sendiri. Huh, hidup dalam kebohongan memang sesakit ini.

"Gandhi, Papa titip Siti ya.. Jaga dia, jaga rumah tangga kalian. Jangan tunggu Siti lulus kuliah, kalo mau langsung punya momongan biar papa dan mama yang akan bantu cari pengasuh dan membayarnya nanti. Maaf jangan tersinggung, kalau cucu juga menjadi tanggung jawab kami, nanti." Ujar Harso saat mereka benar akan pindah tugas ke Kalimantan.

"Siap, insya Allah kami cepat di berikan amanah Pa." Jawab Gandhi seolah pasti ia dan Siti akan sampai dalam tahap membuat anak.

Peluk haru pun tak terelakkan. Walau Siti sudah tidak sabar berpisah dengan kedua orang tuanya, tetap saja ia kan merasa rindu dan kehilangan dengan kedua orang tuanya tersebut, hanya saja sekarang ia sudah punya Gandhi yang akan menjaganya 24 jam, mungkin.

Harso dan Sita beberap hari yang lalu sudah tau di mana rumah kontrakan Gandhi. Harso bahkan memaksa Gandhi untuk menerima mobil Siti untuk mereka gunakan. Kata Harso jangan jadi ojek Online, melainkan pakai saja mobil Siti untuk menantunya itu menjadi supir online juga. Agar lebih aman dan mungkin mendapat penghasilan tambahan juga.

Harso sungguh pengertian bukan, tidak otoriter sebelumnya saat Siti belum menikah.

BERSAMBUNG...

Tinggalkan jejak likenya yaak Readers

Makasih

1
Lyna
tp sit, menurutku dewa itu suami orang deh... dia cuma iseng aja sama kamu... mendingan sama gandhi aja yg udah jelas bibit, bebet dan bobotnya... unggulnya kemana-mana....

nyak... up dong... kangen part siti dan gandhi.. 👍👍
Sakura
belum update 😭
bunda n3
kangen Ghandi sama Siti nih
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
segitunya ya
Sakura
merasa kurang banyak updatenya. thank nyak update
kalea rizuky
males liat siti bodoh
Gufron Arisandi
kejar peped terus gandi jangan kasih kendor
bunda n3
oleng ga tuh Siti?
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
atau mungkin dewa juga kiriman gandhi?
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
jangan2 dewa memang cuma mau main2 aja. udah punya istri mungkin.
N_ariya
sabar Gandhi ..klo jodoh pasti bersatu....jangan kendor.. terus deketin Siti ...
User Gps
namanya juga intel sit, ya tau lah pergerakan kamu kemana aja 🤭
User Gps
pekerjaan dewa apa sih nyak, ntar tau2 si dewa ini tukang tipu juga.... wah kasihan bet siti.. aq sih gandhi garis keras 🤭
Sakura
selalu yah novelnya kakak, keren loh
Neneng Nurhayati
Kepengennya sih Siti sama Gandhi. Tapi jodoh Siti othor yg nentuin
bunda n3
kenapa kamu insecure Siti?
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
hanya ingin siti bahagia. walau sebenarnya pengennya dengan gandhi juga
Eka Burjo
🙄🙄🙄🙄🙄🙄🙄🙄🙄🙄🙄🙄🙄🙄🙄🙄🙄🙄🙄🙄🙄🙄🙄🙄🙄🙄
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
ternyata ada sosok baru
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
kenapa gandhi tak akan pernah termiliki?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!