Dua pasangan sedang duduk di ruang tamu, dihadapan mereka terdapat handphone dan foto yang menjadi saksi dari linunya hati seorang istri.
"Kamu tega mas, kita udah hampir 15 tahun bersama dari sekolah sampai sekarang, apa aku sama sekali tidak ada artinya untuk kamu mas?." Kata Rani sambil terus menangis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon siwriterrajin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25
Rani sedang menunggu putrinya yang pulangdari Ari sekolah, Rani angkat merindukan Vania yang sudah sekitar seminggu tak dilihatnya.
"Bundaa." Teriak Vania keluar dari mobil.
"Sayang." Kata Rani membuka tangannya bersiap memeluk Vania.
"Bunda kemana aja, Vania kangen." Kata Vania sambil memeluk Rani.
"Maafin ibu ya sayang, ibu ada kerjaan di luar kota, Bunda sibuk banget, maaf ya." Kata Rani.
"Emm sebagai permintaan maaf Bun, gimana kalau ke mal?." Kata Rani.
"Tapi bunda, Vania pengin ke taman bermain bukan mal." Kata Vania.
"Boleh, tapi Vania harus maafin bunda ya?." Kata Rani.
"Iya bunda, kesana kapan bunda?." Kata Vania tak sabar.
"Kalau weekend gimana?." Kata Rani dan dibalas anggukan oleh Vania.
"Bunda, Vania naik dulu ya." Kata Vania dan dibalas anggukan oleh Rani.
Tubuh kecil Vania tampak menjauh dari Rani.
Rani memutuskan untuk beristirahat sambil menonton drama kesukaannya, dan tanpa disadari ada yang menutup matanya dari belakang.
"Mass." Kata Rani merasakan tangan Aditya.
"Hehe Ade lagi apa?." Kata Aditya lalu duduk di samping Rani.
"Lagi nonton drama mas." Kata Rani, lalu Aditya merubuhkan tubuhnya di pangkuan Rani.
"Ehh itu apa di perutnya?." Kata Aditya menunjuk ke arah televisi.
"Itu pedang."Jawab Rani.
"Kok menancap di perut?." Kata Aditya penasaran dengan alur drama.
"Iya dia dikutuk mas, terus yang bisa mencabut pedangnya cuma pengantinnya aja." Kata Rani.
"Terus pengantinnya mana?." Kata Aditya terus bertanya.
"Ih mas Aditya, tonton aja dulu." Kata Rani pad Aditya, Aditya tampak tak peduli oleh Omelan Rani dan malah mendusel ke perut Rani.
"Eh mas." Kata Rani.
"Heh." Jawab Aditya.
"Duduk dulu sini." Kata Rani pada Aditya.
"Nggak mau males." Kata Aditya.
"Ihh mass." Kata Rani lalu Aditya segera duduk.
"Kenapa sayangkuu?." Kata Aditya sambil memegang pipi istrinya.
"Weekend ini Vania mau minta jalan-jalan ke taman hiburan."Kata Rani.
"Okee terus?." Kata Aditya.
"Sama kita berdua mas, kamu bisa mas? Sebentar aja paling 2 jam." Kata Ran.
"Nggak, Nggak mau." Kata Aditya dan dibalas wajah kecewa oleh Rani.
"Nggak mau nolak." Kata Aditya diiringi tawa. Rani yang mendengar candaan suaminya lalu tersenyum dan memeluk Aditya.
"Makasih mas." Kata Rani.
"Iya sayang sama-sama." Kata Aditya sambil terus mengelus punggung istrinya.
Tanpa disadari Siska pulang dan melihat Aditya dan Siska yang sedang berpelukan, Siska yang melihat itu langsung berjalan pelan menuju kamar dan segera mengunci pintu kamarnya.
Siska menangis sejadi-jadinya melihat Aditya berpelukan dengan Rani, Siska melihat senyum Aditya yang sesungguhnya berbeda dengan senyum Aditya ketika bersama dengan Siska.
...----------------...
Flashback on
Hari ini merupakan hari terakhir mereka bersekolah di SMA, setelah hari ini akan diadakan wisuda.
Rani dan Aditya memutuskan untuk berjalan-jalan.
'Ran kamu nunggu di lobi ya, nanti aku nyusul.' Kata Aditya dalam pesannya.
*
Siska yang sedang berdiri di dekat lobi melihat kedatangan Aditya dan tersenyum sambil melambaikan tangan padanya.
Siska yang melihat Aditya menyapanya dengan senyuman membalas senyuman dan lambaian tangannya.
Ketika Siska berpikir bahwa Aditya mendekat ke arahnya, segera mulai melangkah ke arah Aditya. Tapi, Aditya melewati Siska di depannya dan tubuh Siska seketika membeku merasakan bahwa Aditya melewatinya seolah dirinya tak ada.
Ketika kesadarannya sudah kembali terkumpul, Siska melihat ke arah Aditya. Siska salah Aditya tidak pernah tersenyum ke arahnya melainkan ke arah Rani.
Siska yang melihat Aditya tersenyum dan tertawa sambil mengelus lembut kepala Rani merasa muak dan berlari ke arah toilet.
Siska mengeluarkan semua yang mengganjal di perutnya.
"Sampai kapan gue harus pendam rasa ini." Kata Siska sambil memukul-mukul dadanya.
"Gue juga mau Aditya, gue mau kayak Rani." Kata Siska diiringi tangisan.
flashback off
...----------------...
Siska yang menahan gemuruh di hatinya, segera menangis sejadi-jadinya.
"Aku nggak bisa gini, kamu bisa Siska miliki mas Aditya sepenuhnya. Langkahmu tinggal langkah lagi." kata Siska pada dirinya sndiri.
Siska memutuskan bahwa dirinya akan memberikan terlebih dahulu dirinya.
Sementara itu di kantor Daniel sedang membahas rencananya dengan Sony.
"Gimana El?." Kata Sony.
"Apa tidak terlalu berlebihan son?." Kata Daniel khawatir.
"Dengarkan gue El, mereka itu orang jahat mereka nggak akan bisa di kasih kesempatan kedua."
"Keputusan di tangan Lo El." Kata Sony.
Setelah berfikir beberapa menit akhirnya Daniel setuju Dengan hasil rapat pada hari itu.
"Oke gue setuju." Kata Daniel mantap.
"Okee, gue akan cari celah dan laporin ke pak Bos." Kata Sony dan dibalas anggukan oleh Daniel.
...----------------...
Hari ini merupakan hari dimana Rani akan masuk kerja untuk pertama kalinya setelah kecelakaan.
"De kamu yakin sudah bisa berangkat kerja?." Kata Aditya.
"Sudah bisa mas." Kata Rani.
"Tapi kamu sama mas ya, jangan bawa mobil sendiri, nanti mas jemput sepulang kerja." Kata Aditya.
"Nggak usah lah mas lagian Deket kok kantornya.
"Ran dengarkan suamimu." Kata Kasih.
"Tuh dengerin." Kata Aditya menyombong.
"Iya bunda, kalau gitu Rani berangkat dulu ya." Kata Rani menyalami ibunya.
Rani dan Vania segera masuk ke kursi penumpang.
"Dit, tolong jaga Rani ya." Kata Kasih pada Aditya.
"Iya bunda , pasti kalau gitu Aditya duluan ya Bu?." Kata Rani.
Dalam perjalanan ke kantor Vania turun lebih dahulu.
"Dadah sayang." Kata Rani pada Vania.
"Ayo ke kantor kamu." Kata Aditya.
Setelah beberapa menit akhirnya mereka berhasil berhasil sampai di tempat kerja masing-masing.
Aditya menuju ke ruangannya.
"Pak Aditya, dipanggil sama direktur." Kata Sony.
"Hah direktur, Lo ada salah dit?." Kata salah satu teman Aditya.
Aditya menggelengkan kepala dan segera berjalan ke dekat asisten direkturnya yaitu Sony.
"Silahkan pak." Kata Sony berjalan lebih dulu.
Sony mulai menuju ruangan di tempat direktur berada dan diikuti Dnegan Aditya dibelakangnya.
"Silahkan pak." Kata Sony membukakan pintu.
Aditya masuk dengan ragu ke dalam ruangan tersebut.
"Permisi Pak, Bapak memanggil saya?." Kata Aditya pada direktur perusahaan tempatnya bekerja.
Tanpa menjawab direktur tersebut membalikan badannya dan di hadang ekspresi terkejut oleh Aditya.
"Lo,,." Kata Aditya sambil menunjuk ke arah Daniel.
Bersambung....