TAKDIR CINTA

Semalam menangis membuat mataku terlihat bengkak aku bangun untuk mengompres kedua mata ku dengan air hangat setelah agak mendingan aku berangkat kerja dengan memakai kacamata silver untuk mengalihkan sedikit pandangan orang orang terhadap mata ku yang sembab.

Suasana ditoko masih terasa canggung aku belum berniat untuk mengobrol dengan Kay pagi itu aku membersihkan semua rak dan mendapati sebuah surat yang terlihat diletakkan dengan sengaja.

Perlahan mulai membuka surat itu dan membacanya ekspresi wajah ku masih saja datar seakan itu surat itu tak mengubah apapun aku melipat dan menaruhnya kembali ke dalam rak seperti semula tanpa menatap wajah si pengirim aku tahu bahwa surat ini ditulis oleh Kay karena hanya kami berdua yang berbeda ditoko dan mengalami kejadian buruk kemarin.

Didalam surat tertulis permohonan maaf yang sebesar-besarnya "aku menyesal telah bertindak bodoh kemarin aku benar benar minta maaf dengan perasaan yang tulus tidak masalah kamu tidak mau memaafkan ku tapi aku akan berusaha untuk mendapatkan maaf dari mu karena kejadian itu benar benar penyesalan bagiku.

Aku melanjutkan bersih bersih ku tanpa menghiraukan isi surat yang dikirim Kay suasana di toko begitu dingin ditengah cuaca yang begitu panas aku menjauhi setiap titik keberadaan nya karena membuat perasaan ku begitu melonjak.

Waktu siang pun tiba kini waktunya kami untuk menyantap makan siang Kay mendekati rak yang aku duduki menaruh sebungkus nasi tanpa berbicara sepatah kata seakan ingin permohonan maaf nya ku terima.

Tapi itu belum seberapa dibandingkan perlakuan nya aku menghabiskan makan siang ku untuk kembali bekerja karena cara istirahat kami yang bergantian.

Siang berganti kini waktunya para pelanggan mulai berdatangan kebanyakan dari mereka datang untuk service ponsel.

Kay sudah belajar banyak tentang itu aku hanya pemanis untuk menambahkan suasana perbincangan seraya menunggu ponsel mereka selesai.

Hari mulai gelap aku keluar untuk membeli makan malam karena toko sudah tutup aku tak mau berdua dengan Kay didalam suasana yang sepi lebih baik aku keluar mencari makan aku berniat kembali begitu waktunya toko dibuka butuh 20 menit lagi.

Dari seberang memandang taman yang menjadi tempat terakhir kami bertemu seakan tak mau larut terusan dalam kesedihan aku memilih untuk pergi dan membeli kopi untuk ku nikmati sendiri.

Aku mengunjungi cafe terdekat dan memesan satu bungkus kopi untuk di bawa pulang aku memilih menunggu di area coffee bar pandangan ku tak teralihkan dari seorang barista yang sedang meracik menu.

Melihat ku yang terus terusan memandang ke arah nya barista pria itu tersenyum ke arah ku dan mencoba membuka obrolan pertama kami

"suka ngopi ya?" Sambil tersenyum dia mulai mengajak ku mengobrol

"Iya lumayan" aku mencoba membalas senyuman

"Dari mana?" Barista itu mulai melanjutkan pembicaraan nya

"Dari toko ponsel x yang di ujung sana"

Barista memandang ke arah luar sejenak seakan mencoba mencari tahu

"Yang ada karyawan lakinya bernama Kay bukan?"

Mendengar jawaban barista tersebut seakan jalan jalan keluar ku ini untuk menjauhi Kay berantakan seketika ternyata barista ini kenalan Kay yang baru baru ini bertemu karena Kay sering ngopi dan nongkrong di cafe ini.

Aku menerima pesanan ku dan pamit untuk balik ke toko di perjalanan dari jauh tampak toko sudah terbuka sepenuhnya aku meninggalkan sebungkus makan malam untuk Kay di atas meja malam ini pengunjung lumayan ramai namun tak menghentikan ku untuk pulang cepat karena tak mau berlama-lama dengan Kay.

Ke esok kan pagi nya aku mendapat kan perintah dari bos untuk pekerjaan malam ku ditambah lebih lama jam tutup toko malam adalah jam 23:00 dan untuk pulang nya Kay akan mengantar ku sampai ke depan pintu ekspresi ku seakan berantakan untuk apa selama ini aku menjauhi Kay kalau ujung ujung bakal kerja bareng sampai semalam itu.

Aku mencoba mengiyakan semua perintah dari bos karena tak kuasa untuk bertingkah juga kalau tak mau dipecat namun aku tetap dengan niat ku untuk tidak menghiraukan dia walau pun seharian beraktivitas dengan Kay ini bukan masalah yang besar aku bisa menghadapi situasi ini

Malam ini kerja pertama ku balik larut dan akan dianterin Kay seperti yang sudah diberi tahu para pelanggan berbondong bondong menuju toko malam ini benar-benar harus mengeluarkan semua tenagaku badan agak terasa pegal sepertinya aku harus ke tukang urut.

Aku menarik pintu besi yang besar nan  tinggi itu untuk menutup seluruh pintu toko karena sudah waktunya untuk pulang karena tak dapat bantuan aku menarik sendiri dengan penuh kerja keras

"Klep" suara lampu yang padam seketika mengagetkan ku

"Lampu sialan " ucapku dengan rasa sedikit ketakutan aku meraba ponsel ku yang berada disaku celana.

Setelah menyalakan senter aku mencoba mencari sosok Kay dan masih ego yang tinggi dalam ketakutan aku masih enggan memanggil namanya aku hanya bisa menyinari sekitar dan lekas menutup penuh pintu toko.

Merogoh saku mencari kunci motor aku berteriak bermaksud bilang pada Kay bahwa aku ingin pulang sekarang namun masih tak ada jawaban dari dalam toko seolah ingin melangkah menghampiri keberadaan Kay namun rasa takut ku begitu besar mengalahkan dia ku.

Masih di depan pintu aku hanya bisa memanggil manggil nama Kay dengan nada kesal

"Apaan sih jawab dong dia yang bikin keadaan berantakan malah sok marah" aku hanya bisa mengumpat di depan toko tanpa bisa berbuat apa-apa ketakutan yang begitu besar membuat amarahku bertambah kepada Kay.

Tak lama aku mendengar suara Kay dari dalam toko

"Maaf tadi aku lagi salat mau pulang sekarang bentar ya "

Kay kembali masuk kedalam kamarnya seakan mencari sebuah barang aku yang melihat nya masuk bergegas keluar dengan perasaan sedikit lega dan ketakutan mulai hilang.

Setelah mengunci pintu toko kay berangkat mengantar ku pulang didepan rumah terlihat ibu sedang menunggu ku di depan rumah.

"Assalamualaikum ibu ngapain di luar?"

Aku menghampiri ibu dan menyalami tangan nya seakan tak mau dibilang tak beradab Kay turun dan menyalami ibu juga

"Ini siapa tanya ibu keheranan?"

"Ibu ini Kay sepupu bos selama pekerjaan aes masih pulang malem terus Kay yang akan selalu mengantarkan aes pulang karena perintah dari bos"

Ibu hanya mengangguk mendengar perkataan ku

"Oh gitu makasih ya " ibu membuka senyuman kepada Kay.

Merasa tidak enak karena sudah sangat larut Kay pamit dan pergi meninggalkan kami.

ibu sedikit mengkhawatirkan keadaan ku karena belakangan sudah jarang sarapan dan pulang selalu kemaleman

"kak apa tidak sebaiknya berhenti kerja saja"

Ibu begitu khawatir sampai ingin aku berhenti bekerja namun untuk keadaan yang seperti perang dingin bersama Kay pilihan untuk berhenti bekerja seperti nya pilihan yang tepat .

"ibu aku akan memikirkan nya kembali nanti untuk sekarang kita masuk dulu udara malam begitu dingin ibu bisa masuk angin nanti".

aku berusaha untuk menenangkan pikiran ibu yang terlalu mencemaskan diriku.