Karena hutang ayahnya, Ervina terpaksa menikah dengan seorang CEO yang terkenal dingin, kejam dan tak tersentuh. Kabarnya sang CEO tidak bisa melupakan mantan istri pertamanya.
Narendra Bimantara, Seorang CEO yang membenci sebuah pernikahan karena pengalaman buruk di masa lalu. Namun, karena putri semata wayangnya yang selalu meminta Ibu, Naren terpaksa menikahi Ervina sebagai pelunas hutang rekan kerjanya.
Namun, Naren tak pernah berfikir menjadikan Ervina istri sungguhan, dia berfikir akan menjadikan Ervina baby sister putrinya saja.
Dan membuat perjanjian pernikahan dengan Ervina.
Ikuti kisah IPHMDK
karya Roro Halus.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roro Halus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Penghinaan Naren.
Bagas bergidik, sekaligus merasa bersalah tidak menjelaskan secara rinci maksudnya dengan uang masaknya!
'Bagaimana ini, Tuan terlanjur marah!' batin Bagas.
"Saya pulang cepat hari ini, Gas! Urus!" titahnya.
"Baik, Tuan!" jawab Bagas mengerti dan kembali untuk melanjutkan pekerjaan juga mempelajari berkas sore nanti untuk menggantikan Naren di pertemuan...
Sudah ada ultimatum untuk pulang cepat, berarti Bagas harus kerja lebih banyak hari ini untuk menggantikan Naren.
Dengan rasa bersalah pada Ervina tentunya, "Semoga Tuan tidak melakukan hal yang jahat pada, Nyonya!"
Walau dalam hati menyesalkan tindakan Ervina, karena sudah di jelaskan jika Naren tak ingin barangnya di usik, dan kini Ervina mengusik rumahnya. Bagas juga membalas pesan Ervina sesuai intruksi Naren.
Bagas sedikit gelisah hari itu, karena melihat Naren keluar dari ruangannya dan pulang ke Mansion dengan ekspresi yang menyeramkan.
Naren langsung pulang setelah memberi perintah pada Bagas.
Naren tampak geram mengingat percakapan Ervina, "Dia benar-benar ingin menjadi Nyonya Bimantara!" gumamnya sambil menyetir.
Hingga setelah 20 menit mobil Naren masuk ke dalam gerbang Mansion, dan dengan cepat masuk ke dalam rumah, berpapasan dengan Bi Arum, "Nyonya mana?"
"T—tuan!" kaget Bi Arum karena sudah melihat tuannya di siang bolong, "Ada di kamar, bersiap menjemput Non Calisha!" jawabnya.
Naren kemudian berjalan menuju lantai dua, namun di tengah-tengah tangga Naren berhenti, "Bi Arum, jemput Calisha!" ucapnya.
"Baik, Tuan!" jawab bi Arum lirih sambil mengulas dada, 'Apa lagi yang Nyonya lakukan? Kasihan!' batinnya sambil melihat Naren menuju kamar Ervina dan masuk begitu saja.
Cklek!
Deg!
"Aaaaaa, Tuan!" teriak Ervina saat melihat Naren masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu saat dirinya tengah memakai baju setelah mandi.
Bahkan belum terpakai, baru saja menggunakan penutup si kembar dan segitiga bermudanya.
Ervina mengambil handuknya dengan cepat untuk menutupi tubuhnya itu, namun dengan cepat Naren menarik handuk itu sebelum dikenakan hingga Ervina limbung karena tarikan kencang dari Naren tiba-tiba.
Bruk!
Ervina terjerembab ke lantai, "Au!" rintihnya sambil kedua tangannya menutupi dada dan aset bawahnya karena malu luar biasa.
Bahkan Ervina merasa ingin menangis bukan karena jatuh, tapi karena tubuhnya bisa dilihat Naren sepenuhnya, pertama kalinya sepanjang hidup Ervina ada laki-laki yang melihatnya setengah telanjang.
"Lihatlah!" geram Naren membuat Ervina menatap tajam laki-laki kejam di hadapannya itu, "Kau begitu ingin menjadi Nyonya besar? Sampai harus memajang tubuh jalangmu, padaku!" lanjutnya dengan suara dingin dan merendahkan.
Sontak Ervina terbelalak mendongak menatap laki-laki itu, kemudian berdiri tegak di hadapannya.
Ervina sakit hati dengan hinaan Naren, maka dari itu Ervina memilih bangkit dan merealisasikan ucapan Naren, toh Ervina percaya jika Naren tidak akan menyentuhnya mengingat surat perjanjian yang dia tandatangani pagi tadi.
Ervina buang semua rasa malunya, toh yang sedang menatap tubuhnya tidak lain adalah suaminya, walaupun suami di atas kertas.
"Bukankah tubuh krempeng ini tidak akan pernah mempengaruhi Anda, Tuan!" tantang Ervina yang sudah muak dengan segala tingkah Naren, "Jadi tidak perlu khawatir bukan walaupun aku telanjang di depan Anda!" lanjutnya penuh seringai.
Hal itu membuat Naren menyeringai, "Keluar juga sifat aslimu! Dasar jalang!" desisnya.
Deg!
Jantung Ervina tetap berdetak kencang saat makian dan hinaan itu terlontar dari mulut suaminya, namun justru semakin menyulut keberanian Ervina.
Toh aku memang tidak berharga dimatanya!
Aku jalang baginya!
Dan wanita yang penuh obsesi untuk menjadi Nyonya besar! pikir Ervina sakit hati.
Sakit hati membuat Ervina melakukan hal yang tak terduga dan diluar nalarnya
Ervina kemudian Membusungkan dadanya sambil mengibarkan rambutnya ke belakang, 'Mari kita lihat, Tuan! Apakah tubuh krempengku ini tak mempengaruhimu!' batin Ervina.
"Tapi jalang krempeng bin tepos ini tidak akan mempengaruhi Anda, Tuan terhormat!" ketua Ervina sambil mengambil bajunya di ranjang dengan gerakan erotis tentunya, "Sayangnya saya harus menjemput Calisha, jadi tidak bisa melayani Anda jika Anda mau!" sindirnya sambil melirik bagian bawah Naren.
Yah, Ervina bisa melihat bagian bawah itu menonjol!
'Tidak akan aku biarkan dia menindas ku lagi! Lebih baik dibuang sekarang daripada dibuang saat tua, nanti! Mana ada yang mau dengan janda tua!' pikir Ervina.
Glek!
'Shitt!' umpat Naren dalam hati karena tidak terima dengan penghinaan yang Ervina lakukan, "Rupanya aku tertipu! Jalang murahan sepertimu harus ku beli mahal!" jawab Naren melangkah mendekat dengan tawa sumbangnya seolah merasa dibodohi.
Yah, dia merasa ditipu oleh penampilan Ervina yang pendiam dan lemah lembut, rupanya dia jalang, karena gerakan erotis Ervina yang terlihat profesional.
"Kau sangat mahir, sayang juga bayar mahal tapi tidak di cicipi!" seringai nya semakin mendekat.
Hal itu membuat Ervina terbelalak, semakin Naren mengambil langkah mendekat semakin Ervina tak karuan debaran jantungnya.
"Walaupun bekas, setidaknya aku harus mencicipi wanita murahan yang aku beli!" desisnya di telinga Ervina.
Deg!
"BEKAS!"
Bersambung...
Jangan Lupa follow author, like dan komentar ya, vote anget-anget cepetannnn mumpung senin! authornya biar semangat 🥰🥰🤣
author tunggu👀👀
pasti kelakuan nya si Candra itu