"Kenapa kau pergi, Al? Bagaimana nasib anak kita yang sebentar lagi akan lahir? Kenapa semesta sangat tega! Kenapa kau meninggalkan kami, Alan!" Angelina Blaire menangis histeris sembari memeluk kemeja yang biasa dipakai oleh suaminya.
Angelina yang terpukul mengalami gangguan mental di penghujung kehamilannya. Ia selalu menganggap bahwa Alan masih hidup. Bahkan, salah mengira jika Adam adalah suaminya.
Hal itu membuat Damian Jackson, menganjurkan agar putra pertamanya itu menikahi istri dari mendiang putra keduanya.
Bagaimana kehidupan rumah tangga mereka selanjutnya, setelah Angelina menyadari bahwa selama ini suaminya bukanlah Alan, melainkan Adam?
Sekuel dari novel Salah Kamar ( Adik iparku, Istri ku )
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chibichibi@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 28. Luka Yang Tak Berdarah.
"Hentikan, Alan! Aku harus mengobatimu!"
Mendengar jelas titah dari Angelina yang menyebut nama mendiang adiknya dengan lugas, membuat Adam semakin beringas melampiaskan rasa kesalnya lewat ciuman yang berawal manis itu manjadi panas. Hingga, Adam beralih ke ceruk leher jenjang nan mulus milik Angelina hingga menyesap kuat untuk meninggalkan jejak kepemilikan di sana.
"Alan!" Akan tetapi Angelina justru berteriak marah dan memukul lengannya. Sesapan Adam semakin turun ke bawah, entah kesurupan apa, lelaki ini menjejak kembali di atas kedua bukit menantang yang terisi penuh susu.
Sebelum dirinya lepas kendali, Adam menjauhkan diri dari Angelina dan merapikan kembali pakaian istrinya itu.
"Maaf." Adam Bangun, kemudian mengambil tissue basah untuk membersihkan telapak tangan istrinya dari darah yang hampir mengering itu.
"Kau terluka, Al? Kau harus di obati," ucap Angelina. Tanpa ia sadari bahwa ini adalah akibat perbuatannya tadi.
"Aku akan mengobatinya nanti. Sekarang aku pinta kau istirahatlah," titah Adam. Karena jika Angelina tidur maka para pelayan dapat dengan mudah membersihkan kamar tanpa mendapat berbagai macam pertanyaan lebih dulu darinya.
"Tidak! Biarkan aku yang mengobati lukamu!" tukas Angelina. Tentu saja hal itu membuat Adam kembali sakit kepala. Membayangkan bagaimana cara menjawab pertanyaan demi pertanyaan dari istrinya itu nanti.
Adam memejamkan matanya terlebih dulu demi mencari jawaban untuk membuat keputusan dengan cepat. "Baiklah. Tapi, kita ke bawah ... ke ruang tamu saja." Angelina pun mengangguk tanpa membantah. Wanita itu lantas mengambil obat-obatan dan juga pakaian ganti untuk suaminya. Adam berjalan keluar kamar dengan merangkulnya erat.
Mencoba mengalihkan pandangan Angelina dari penampakan kamar mereka yang sangat berantakan, dengan menceritakan apa saja. Adam membawa Angelina ke bawah. Para pelayan langsung masuk dan bergerak cepat membersihkan semua yang terserak.
Adam membawa mereka duduk pada sofa panjang. Angelina pun mulai membuka kotak obat, lalu mengeluarkan kapas dan juga alkohol.
"Jangan tanya luka karena apa ya, tapi obati saja," ucap Adam sebelum Angelina melempar pertanyaan yang tidak bisa dia jawab dengan benar nantinya.
Angelina pun menurut. Wanita itu mula-mula membersihkan lebih dulu luka di kepala suaminya. Angelina melakukan dengan sangat pelan dan hati-hati sekali. Sesekali, dia yang meringis bukan pria di depannya.
Hal itu membuat Adam gemas dan terkekeh. "Kau ini, yang sakit dan terluka itu kan aku ... kenapa justru kau yang mengaduh?" protes Adam, geli sendiri.
Angelina menunduk menatap wajah suaminya itu. "Aku membayangkan jika aku yang terluka seperti ini, sudah pasti aku akan menangis. Luka ini pasti sakit kan?" tanya Angelina serius. Akan tetapi suaminya itu hanya terdiam menatapnya.
'Tidak lebih sakit dari luka di hatiku. Ah, tapi itu bukan luka. Itu adalah pengorbanan . Aku tidak. boleh mengatakan bahwa itu adalah luka. Baiklah, aku akan menganggapnya sebagai anugerah bukan musibah. Karena sesungguhnya aku bahagia dapat berada di sisimu serta melindungimu. menciptakan senyum di wajahmu juga memberi ketenangan yang membuatmu bisa tertidur dengan lelap.' batin Adam.
Lelaki ini menatap paras teduh istrinya tanpa kedip. Istri ...? Ya, istri yang hanya bisa ia miliki raganya tapi tidak dengan hatinya. Suami ...? Ya, dirinya memanglah sosok suami, namun hanya sebagai pengganti raga yang telah tiada. Adam, bagikan bayangan yang sebenarnya ada tapi tiada.
Sulit, dirinya menjabarkan bagaimana posisinya saat ini. Entah, sampai kapan begini. Tidak ada yang tau pasti. Bahkan, psikiater sekalipun. Mereka dengan keahlian di bidangnya pun tak dapat memastikan secara yakin. Kapan, trauma Angelina akan sembuh.
"Al. Kenapa?" tegur Angelina. Karena wanita itu mendapati tatapan sedih dari kedua mata suaminya ini.
Adam tersenyum getir. Sebagai suami pengganti, lagi-lagi dirinya harus menyahut ketika Angelina memanggilnya dengan sebutan yang bukan namanya. Ingin sekali, Adam berteriak bahwa dirinya bukan Alan. Bahwa adiknya itu sudah mati berkalang tanah.
Akan tetapi, dirinya tak mungkin melakukan hal yang bisa membuat penyakit Angelina semakin parah. Bahkan, bisa saja Angelina langsung akan menghabisi dirinya pada saat itu juga.
Tidak mungkin.
Lelaki itu tidak mungkin ingin menjadi penyebab secara tak langsung kematian dari wanita yang sangat ia cintai sepenuh hati ini.
Adam seketika mengubah takdir ekspresinya ketika dia menyadari bahwa Angelina peka terhadap perasaannya. "Tidak. Aku hanya merindukan baby Ar," kilah Adam. Mengalihkan perhatian istrinya ini melalui bayi tampan itu.
"Ah, kau benar, sayang. Dadaku sudah keras. Ini pasti sudah waktunya bayi kita menyusu," ucap Angelina seraya menekan-nekan bagian depan dadanya. Tepat di hadapan lelaki yang merupakan suaminya ini.
Adam menurunkan tangan Angelina dari dadanya. " Hentikan sayang. Nanti kalau dilihat pekerja bagaimana?"
"Pekerja? Kita ini di ruang tamu. Siapa yang berani masuk ke sini selain keluarga Jackson?" Kening Angelina berkerut mendengar pertanyaan aneh dari Adam.
Adam yang sadar, hanya bisa menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Sementara itu, Katie menengok keadaan kamar Angelina. Wanita paruh baya itupun terhenyak kaget lantaran ada pecahan bekas botol di belakang pintu.
"Tunggu! Bagaimana bisa ada benda ini?" tanya Katie pada kepala pelayan.
"Maaf, Nyonya besar. Nyonya muda mengambil botol susu di dalam lemari pendingin," jelas Clara.
"Lalu, apa ada yang terluka? Bagaimana, apa putraku atau menantuku--" Katie terus mencecar karena dirinya tadi di buat repot oleh cucunya yang tak berhenti menangis. Karena itu Katie rusak sempat melihat rekaman CCTV.
"Tuan muda terluka, sekarang di--"
"Apa!" pekik Katie. Menyela penjelasan dari Clara. " Dimana mereka? Jangan bilang kalau di rumah sakit! Katakan Clara!" cecar Katie seraya mengguncang bahu kepala pelayannya itu.
"Tenanglah, Nyonya. Mereka ada di ruang tamu," ungkap Clara.
"Kenapa tidak bilang dari tadi, Clara!" ujar Katie gemas. Hal yang sama pun di rasakan oleh Clara. Dimana dirinya juga gemas dengan kelakuan majikannya yang panikan.
"Sayang, kau tidak apa-apa kan!" seru Katie kala melihat kepala putranya itu tengah di beri perban oleh Angelina.
"Mommy, aku tidak apa-apa. Jangan panik seperti itu," sambut Adam yang langsung berdiri kala di lihatnya Katie hampir tersandung saat berlari.
"Bagaimana bisa--"
"Tidak apa. An, merawatku dengan baik,"ungkap Adam seraya tersenyum menatap ke arah Angelina.
Pada saat itulah Katie teringat pada cucunya Argon.
"Angel, temuilah putramu!"
___________
Di negara lain.
"Hai Leon, bagaimana harimu?" Laura muncul di depan wajah pria yang tengah menatap keluar jendela. Cahaya matanya nampak berbinar kala melihat kedatangan wanita cantik dengan matanya yang agak sipit ini.
Seandainya aku bisa menggerakkan bibirku. Ingin sekali aku katakan bahwa aku sangat senang berjumpa denganmu.
...Bersambung ...
...Bersambung ...
akhir yg membahagiakan utk semuanya
terimakasih author
Author kreji up hari ini .
Mohon dukungannya ya, like, komen, gift dan juga votenya.
Beri rating bintang lima juga.
Terimakasih.
Nantikan sekuelnya yang akan menceritakan tentang Laura dan Asisten kaku Aziel.
Sayang kalian banyak-banyak.