Rasa bersalah karena sang adik membuat seorang pria kehilangan penglihatan, Airi rela menikahi pria buta tersebut dan menjadi mata untuknya. Menjalani hari yang tidak mudah karena pernikahan tersebut tak didasari oleh cinta.
Jangan pernah berharap aku akan memperlakukanmu seperti istri, karena bagiku, kau hanya mata pengganti disaat aku buta - White.
Andai saja bisa, aku rela memberikan mataku untukmu - Airi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15
Hari ini Mama Nuri dan Papa Sabda datang berkunjung. Mereka membawa banyak sekali makanan serta yang paling utama, gitar milik White. Beberapa hari yang lalu, Airi menelepon Mama Nuri, menanyakan apa alat musik kesukaan White, dan dari mertuanya itu, akhirnya dia tahu jika White mahir bermain gitar. Bahkan saat SMA dulu, dia punya grup band dimana White menjadi vokalis sekaligus gitaris.
"Aku udah gak butuh ini." tolak White saat Airi memberikan gitar.
"Emang bukan kebutuhan, tapi bisa bikin ngisi waktu luang. Bukannya sekarang Abang suka bingung mau ngapain?" Benar yang dikatakan Airi, tak bekerja membuat White suka bingung mau ngapain dirumah. Tapi dengan kondisinya saat ini, dia tak yakin masih bisa bermain gitar.
"Yang dikatakan Ai benar. Mending kamu main gitar buat ngisi waktu luang," Mama Nuri menimpali.
"Tapi kan aku gak bisa lihat Mah. Lalu gi_"
"Perasaan kadang orang main gitar gak pakai lihat letak senarnya atau apanya deh. Bisa aja tangannya main sedang matanya melihat penonton," Airi terus memberikan dorongan.
"Dicoba dulu aja," ujar Papa Sabda. "Atau mungkin kamu mau kerja lagi?"
"Papa mulai ngaco deh. Gimana ceritanya aku kerja, liat aja gak bisa." White berdecak pelan. Papanya bikin sedih aja, bikin dia teringat masa-masa saat kerja dulu. Dan masa kerja dan ngumpul teman itu, yang sangat White rindukan saat ini.
"Kalau kamu mau, biar Airi yang bantu. Dia bisa jadi asisten kamu." White terdiam beberapa saat, memikirkan tawaran papanya. Tapi sepertinya dia belum siap.
"Aku belum siap Pah," sahut White sambil menunduk.
"Tak masalah, kapanpun saat kamu sudah merasa siap, bilang sama Papa," Sabda menepuk bahu White sebagai bentuk dukungan.
"Pah, apa belum ada donor mata untukku?"
Papa Sabda dan Mama Nuri langsung saling tatap. Setiap kali mereka datang, White selalu menanyakan tentang ini, tapi lagi-lagi, mereka harus menghancurkan perasaan White dengan jawaban yang masih sama, yaitu belum ada.
Dan disaat itu, White akan langsung tertunduk lesu. Dia sudah tak sabar ingin melihat lagi. Terhitung sudah 4 bulan dia tak bisa melihat. Dan itu terasa sangat lama sekali baginya.
"Papa akan terus berusaha untuk mendapatkannya. Kamu sabar sedikit lagi ya."
Mama Nuri tak kuasa menahan air matanya. Andai saja orang sehat bisa donor kornea mata, sudah dari dulu dia memberikan matanya untuk White.
Setelah Papa Sabda dan Mama Nuri pulang, Airi mengajari White bermain gitar. Untungnya Airi juga familiar dengan alat musik tersebut. Dulu, Abian yang mengajarinya bermain gitar.
Ternyata meski dulunya White seorang gitaris, untuk mulai bermain gitar lagi disaat buta seperti ini tidaklah mudah. Dia sering salah kunci, sering bingung dimana harus meletakkan jarinya. Tapi Airi, wanita itu tak putus asa mengajari White.
Setelah 3 hari belajar, dengan bantuan Airi serta panduan dari smart phone nya, akhirnya White mulai lancar kembali memetik gitar.
"Bang, nyanyiin lagu buat aku dong," pinta Airi.
"Lagu apa?"
"Terserah."
"Bautiful in white?"
"Apapun."
White mulai memetir gitar, menyanyikan lagu Beautiful in white milik Shane Filan. Ternyata suara White sangat merdu, pantas saja dulu dia didapuk sebagai vokalis. Tanpa sepengetahuan White, Airi merekam momen tersebut di ponselnya.
White bernyanyi penuh penghayatan, membuat Airi sampai baper. Tapi ditengah-tengan lagu, tiba-tiba White berhenti bernyanyi.
"Kenapa berhenti, Bang?"
White hanya diam, dalam hati merutuki kebodohannya karena memilih lagu itu. Lagu itu hanya mengingatkannya pada Raya. Dan ditengah lagu tadi, dia seperti melihat bayangan Raya yang tengah mamakai gaun pengantin berwarna putih dan tersenyum padanya.
Airi bisa melihat perubahan raut wajah White. Dia yakin ada sesuatu, tapi dia tak mau memaksa White untuk cerita. Dia mengambil gitar yang diletakkan White disisinya. "Sekarang biar aku aja yang nyanyi." Airi mencari chord lagu yang ingin dia nyanyikan di ponsel. Cinta luar biasa, lagu itulah yang ingin dia nyanyikan untuk White.
"Terimalah lagu ini, dari orang biasa, tapi cintaku padamu luar biasa...."
White yang awalnya tertunduk dan memikirkan Raya, seketika mengangkat wajah dan melihat kearah Airi saat mendengar reff lagu milik Andmash tersebut. Lagu Airi seperti langsung menyentuh hatinya.
"Aww," pekik Airi saat senar gitarnya tiba-tiba putus.
"Kenapa Ai, kenapa?" White seketika terlihat panik.
"Sinar gitarnya putus."
"Apa kau terluka?" Tangan White bergerak kedepan meraba Airi. Saat itu, tangannya tepat mendarat diwajah Airi.
"Aku tidak apa-apa Bang."
Harusnya kalimat itu bisa membuat White tenang dan menarik tangannya. Tapi White tidak melakukan itu, dia membiarkan kedua telapak tangannya berada dikedua pipi Airi dan menangkupnya. "Kau yakin tidak apa-apa?"
"Ya, aku baik-baik saja."
White terdiam beberapa saat. Sejujurnya, dia sangat penasaran dengan rupa Airi. "Apa aku boleh meraba wajahmu pelan-pelan. Aku ingin bisa membayangkan seperti apa wajahmu?"
Airi mengangguk lalu memejamkan matanya. "Lakukan apapun yang Abang mau."
Telapak tangan yang semula berada dipipi itu, mulai bergerak. White menyentuh dahi. Selain pipinya yang mulus tanpa jerawat, dahinya juga mulus. White turun menyentuh alis yang tak bagitu tebal serta lalu bulu mata yang lentik. Turun kebawah, dia menyentuh hidung yang mancung. Hingga terus turun menyentuh bibir yang terasa kenyal dan basah.
Jantung Airi berdegup sangat kencang. Rabaan White sangat lambut. Apalagi saat berada dibibirnya, pria itu seolah ingin berlama lama disana. Disaat Airi masih sibuk mengatur detak jantungnya, White malah memajukan wajahnya pelan pelan. Makin dekat, lagi dan lagi, hingga nafasnya menyapu wajah Airi. White melepaskan satu tangannya dari bibir Airi, bergerak kebelakang dan memegangi tengkuknya. Airi sedikit memajukan wajahnya untuk membantu White menemukan bibirnya. Pagutanpun tak bisa terelakkan. Keduanya berciuman dengan dengan jantung yang berpacu dengan cepat.
ada haidar anak rania
lovely anak saga
ryu anak meo
anak asep jg nongol bentar/Good/