Namira Syahra kembali dipertemukan dengan anak yang 6 tahun lalu dia serahkan pada pria yang sudah membayarnya untuk memberikan nya seorang keturunan karena istrinya dinyatakan mandul.
Karena keterbatasan ekonomi dan dililit begitu banyak hutang,akhirnya Namira pun menerima tawaran dari seorang pengusaha sukses bernama Abraham Adhijaya untuk mengandung anaknya.
Dan setelah 6 tahun berlalu,Namira kembali bertemu dengan Darren.Putra yang 6 tahun lalu dia lahirkan lalu dia serahkan kepada ayah kandungnya.
Namira kembali dipertemukan dengan putranya dalam keadaan yang tidak baik baik saja.Darren mengalami siksaan secara verbal dan non verbal oleh wanita yang selama ini dianggap ibu oleh anak itu.
Akankah Namira diam saja dan membiarkan putranya menerima semua siksaan dari ibu sambung nya??
Atau,akankah Namira kembali memperjuangkan agar anaknya kembali kedalam pelukkan nya??
Yukkk simak kisahnya disini...
🌸.Jadwal up :
🌸.Selasa
🌸.Kamis
🌸.Sabtu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Triyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33.Shock Dengan Kenyataan
Namira menatap datar pada ayah dan anak yang saat ini tengah asik mendayung kanal yang mereka gunakan untuk berkeliling menelusuri setiap sudut tempat wisata air yang ada disana.
Darren begitu antusias mendayung kanal itu agar terus berjalan meski dengan bantuan sang ayah.
Ke akraban dan kedekatan antara Darren dan juga Abra begitu membuat Namira terharu. Dia tidak menyangka jika pria searogan Abraham Adhijaya bisa bersikap lembut dan penuh perhatian kepada anaknya.
Namun hal itu tetap saja tidak serta merta membuat hati Namira tenang tatkala dirinya mengingat luka lebab yang dulu sempat dia lihat ada ditubuh Darren.
Abra juga belum membahas apapun tentang kejadian itu, dan hal itu tentu membuat Namira kecewa. Pasalnya, Abra terkesan santai menanggapi semua yang terjadi pada putranya.
Padahal, jelas jelas putranya itu terluka oleh orang lain. Namun Abra tampak diam saja, seolah membiarkan hal itu terjadi.
Dan itu kembali membuat hati Namira dilanda kekesalan yang hakiki. Sepanjang menemanai ayah dan anak itu bermain main, tidak banyak kata yang terucap dari bibir manisnya.
Dan jujur, hal itu membuat Abra sempat merasa gemas dan ingin rasanya mengulang hal yang semalam. Membungkam bibir manis itu dengan mulutnya.
Namun sayang, saat ini mereka tengah berada di tempat umum dan Abra tentu saja tidak akan melakukan hal yang akan semakin membuatnya dibenci oleh Namira.
"Ibu, Ibu baik baik aja kan?"
Deg...
Seketika Namira terbangun dari lamunannya saat tangan mungil Darren menyentuh lengan nya dan bertanya apa dia baik baik saja.
"Tentu saja Ibu baik baik saja sayang, memang kenapa?"
"Habis, dari tadi Ibu diam saja. Hanya menjawab disaat ditanya saja, Ibu tidak senang ya liburan bersamaku? Tentu saja, Ibu pasti jauh lebih senang jika berlibur bersama dengan anak Ibu kan? Maaf sudah membuang waktu Ibu," lanjutnya sendu.
"Tidak begitu sayang, maaf, maafkan Ibu ya. Lagi pula, Ibu itu belum punya anak dan tentu saja Ibu sangat senang bisa berlibur bersama dengan mu Darren," jawab Namira merutuki dirinya sendiri yang jauh lebih fokus pada permasalahan hatinya dari pada menikmati kebersamaan nya bersama dengan Darren.
Abra sendiri hanya bisa tersenyum puas saat melihat Namira yang kelimpungan menenangkan putra mereka yang tengah berajuk itu.
Abra sebenarnya sudah menyadari sikap aneh Namira, hanya saja dia membiarkan hal itu. Mungkin wanita itu masih shock mendapati kenyataan jika mereka masih terikat pernikahan.
Bahkan pernikahan itu kini sah dimata hukum dan agama. Karena setelah melihat langsung bagaimana perjuangan Namira saat melahirkan Abra langsung bertekad untuk memperistri gadis culun itu.
Meski pun pada akhirnya Namira pergi, Abra sama sekali tidak pernah membatalkan niatnya untuk mendaftarkan pernikahan mereka di pengadilan agama.
Meski hal itu pernah ditentang mati matian oleh Alma yang merupakan istri pertama nya. Namun ancaman yang Abra layangkan mampu membungkam sang istri dan akhirnya menyetujui untuk menanda tangani surat pernyataan bahwa dirinya bersedia dimadu.
Hingga akhirnya, Abra pun bisa meresmikan pernikahan nya dengan Namira.
"Bagaimana kalau sekarang kita kembali kerumah saja, hari sudah mulai gelap. Kita juga butuh istirahat sebelum besok kembali pulang ke Bandung," ucap Abra yang disetujui oleh Darren dan juga Namira tentu nya.
Ketiga nya pun sepakat untuk pulang ke villa dimana mereka tinggal selama disana. Sepanjang perjalanan pulang kembali hanya di isi oleh keheningan karena sang pengisi suara sudah terlelap sedari tadi di atas pangkuan Namira.
***
***
Sementara ditempat lain...
Praaannnnggggg...
"Sialan, kemana mereka pergi? Aku sudah menyuruhmu untuk mengawasi mereka. Kenapa kamu sampai kecolongan sih?" bentak Alma yang saat ini tengah mengamuk pada art yang dia tugaskan untuk mengawasi setiap gerak gerik Abra dan juga Darren.
Namun art nya itu kini benar benar kecolongan. Selain Abra yang enggan menjawab pertanyaan dari nya, Abra yang tiba tiba menghilang di pagi buta pun membuat wanita berusia 30an itu menjadi kalang kabut karena sudah pasti akan kena amuk sang majikan seperti sekarang ini.
"Maaf nyonya, tuan pergi di saat saya masih tidur jadi tidak bisa bertanya kemana beliau akan pergi. Belum lagi sikap tuan menjadi aneh sejak pulang dari luar kota membuat saya sulit mendapatkan informasi tentang segala sesuatu yang di lakukan oleh tuan," jawab nya dengan nada bergetar karena takut.