Suami Kedua
"SUAMIKU TIDAK MATI!"
"Kalian jangan sembarangan bicara!"
"Jenazah yang ada di dalam peti dan kalian timbun dengan tanah itu bukanlah suamiku!"
"ALAN–KU MASIH HIDUP!"
"Dia pasti akan pulang, dia berjanji akan menemaniku selamanya ...!" Angelina terus berteriak di depan makam suaminya hingga tak sadarkan diri.
Semua mata memandangnya dengan tatapan iba. Mereka, mengerti dan memaklumi apa yang saat ini tengah dirasakan oleh calon ibu tersebut. Karena, Angelina tengah hamil besar saat ini.
Angelina belum bisa menerima kenyataan. Bahwa pria yang merupakan suaminya, Alan Jackson. Telah meninggal dunia setelah mengalami kecelakaan beberapa waktu yang lalu. Ketika Ferrari miliknya mengalami rem blong kala itu, di jalur menurun.
Sungguh hari yang naas. Dimana, demi menghindari tabrakan dengan sebuah tronton bermuatan penuh, Alan terpaksa membanting setir ke kiri, hingga mobil yang ia kendarai terjun bebas ke dalam jurang setelah menabrak pagar pembatas sebelumnya. Kendaraan mewah yang membawanya itu meledak hingga menyebabkan luka bakar di sekujur tubuh.
Pria berusia dua puluh delapan tahun itu, harus kehilangan nyawanya. Setelah menemui sang klien di daerah puncak. Kebetulan, Alan pergi berdua dengan sang asisten yang bernama Roy. Namun, mereka bergiliran dalam mengemudi. Keadaan agak berkabut juga pada saat itu.
Tidak semua rencana akan berjalan seperti apa yang kita mau. Alan, pria dengan bulu tipis di rahangnya ini telah berencana sebelumnya untuk, menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat, agar ia dapat pulang lebih awal.
Karena, Alan ingin selalu menemani sang istri yang sedang hamil tua. Ia ingin mendampingi wanita yang telah mengorbankan satu ginjal padanya itu sebanyak mungkin.
Mereka berdua adalah pasangan bahagia yang tengah menunggu kedatangan anggota baru di keluarga Jackson. Kelahiran dari seorang bayi yang telah di ketahui berjenis kelamin laki-laki. Namun, siapa sangka jika nasib dan takdir berkata lain.
Ada pertemuan, maka ada juga perpisahan. Alan, benar-benar pulang lebih awal, namun bukan kepangkuan sang istri. Akan tetapi kembali ke perut bumi.
Sebuah pukulan yang teramat menyakitkan bagi yang ditinggalkan. Sesak ... seakan udara mencekik lehernya. Bahkan, Angelina merasa tak ada lagi suara untuk berteriak. Ia sudah terlalu sering memanggil nama mendiang suaminya itu dengan kencang. Akan tetapi, Alan tetap tak menjawab. Bahkan, peti Jenazahnya pun tak boleh di buka.
"Maaf, nyonya. Keadaan korban sangat mengenaskan. Karena, tubuhnya yang terbakar hampir delapan puluh persen. Luka di wajahnya membuat korban hampir tak bisa di kenali. Bagus saja, cincin di jari manis tidak ikut terbakar. Dari sanalah kami mencari informasi ini." Kabar yang di bawakan oleh petugas kepolisian itu, terus terngiang bagaikan kidung yang menyakitkan di telinga keluarganya. Damian sang Daddy, serta Katie, sang Mommy. Masih tidak percaya jika nasib buruk itu akan menimpa putra kedua mereka.
Apalagi Angelina. Ia terus menolak bahwa jenazah yang telah diidentifikasi itu bukan suaminya. Padahal, hampir semua bukti termasuk hasil tes DNA yang menunjukkan bahwa itu adalah Alan Jackson.
"Aku adalah istrinya, Dad ... Mom! Angel yakin jika Alan masih hidup dan akan kembali kesini. Dia sudah janji ... akan menemaniku saat lahiran nanti! Alan tidak mungkin bohong!" Penolakan dari Angelina berlaku selama lebih dari sepekan. Hingga, wanita hamil itu histeris tengah malam memanggil nama suaminya.
Adam sang kakak, yang memiliki pekerjaan berat. Ia harus bisa menguatkan seluruh anggota keluarganya. Sementara, tidak ada yang mengetahui bahwa hatinya pun sama hancur. Terutama, di saat dirinya melihat istri dari adiknya itu begitu kehilangan. Hingga, Angelina begitu menolak kenyataan.
Kenyataan yang Angelina anggap bagaikan mimpi buruk. Hingga, ia berharap seseorang membuatnya segera bangun. Tanpa, Angelina sadari bahwa, keadaannya tersebut membuat Katie semakin sedih. Keadaan saat ini nampak tak adil bagi keduanya. Karena, putranya baru saja menemukan kebahagiaan sejati bersama wanita yang selama ini mencintainya dengan tulus.
Seperti kalimat dari sebuah petuah bijak. Bahwa, tak ada yang abadi di dunia ini. Karena memang takkan selamanya ragaku mendekapmu. Takkan selamanya, raga ini menjagamu. Mungkin, ini adalah ungkapan yang tepat jika di nyatakan oleh seorang Alan Jackson. Di akhir penantian kelahiran sang buah hati. Ia justru pergi dari sisi sang istri untuk selamanya.
Seperti kata alunan detak jantung, yang takkan pernah bisa melawan waktu. Bahkan semua keindahan akan ikut memudar. Cinta pun perlahan akan hilang. Mungkin, hal ini tidak akan diiyakan oleh Angelina.
Buktinya, makin hari nestapanya itu, membuat mentalnya sedemikian rapuh. Angelina ternyata belum mampu menerima kenyataan yang mengguncang kebahagiaan yang nyatanya baru sesaat ia rasakan. Hidup berdua, bersama dengan pria yang sangat ia cintai.
Seperti itulah, nasib dan takdir.
Tiada satupun manusia yang mampu merabanya.
Terkadang rasa pahit sekalipun, harus kita telan meski itu nyatanya sangat berat.
Adam, terkadang mengintip di balik dinding kamar. Selalu ia dapati sang adik ipar, Angelina termenung. Wanita itu akan mengusap perutnya yang besar sambil melamun. Hatinya ikut sakit melihat keadaan Angelina yang seperti itu. Bahkan dadanya akan terasa sesak, saat ia mendapati kantung mata Angelina yang sembab.
Maju mundur, Adam melangkah. Antara mau mendekat atau tidak. Di rumah ini hanya Katie, sang mommy yang perempuan. Akan tetapi, Angelina tidak terbuka akan perasaannya. Meskipun, Katie sering mencoba mengajak menantunya itu berbicara. Angelina, tetap mengunci mulutnya.
Adam, menguatkan hatinya untuk maju perlahan. Sore itu, ia mendapati sosok adik iparnya di belakang rumah sambil melihat ke kolam ikan. Ia tak mau kehadirannya justru menganggu Angelina menikmati kesendirian. Akan tetapi, dokter kandungan dan psikolog mengatakan hal yang hampir sama. Jika, keadaan Angelina dibiarkan begitu saja, maka akan bisa berefek pada mental serta keadaan bayi dalam kandungannya.
"Jalan-jalan yuk!" Adam sengaja mengucapkan ajakan itu. Siapa tau, Angelina mau keluar agar perasaannya lebih baik. Akan tetapi, tak ada jawaban sepatah kata pun yang keluar dari mulut Angelina. Hal itu lantas membuat Adam menoleh.
Sontak, pria bertubuh tinggi atletis itu pun, terkesiap kaget. Lantaran tatapan adik iparnya ini kosong kedepan. Dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya yang kian tirus.
Sudah hampir empat belas hari. Angelina masih belum mau berbicara dengan siapapun. Ia. hanya menangis dan berteriak-teriak histeris di waktu-waktu tertentu.
Sudah beberapa psikiater yang di datangkan oleh Damian. Semua, mengatakan bahwa Angelina terkena serangan gangguan mental. Karena, ia belum bisa menerima kepergian Alan, suaminya.
"An," ucap Adam pelan. Namun, panggilan itu justru membuat Angelina menoleh cepat. Wanita itu menelisik pria yang ada di sebelahnya. Kebetulan, Adam mengenakan kaus oblong berkerah. Dengan warna putih kesukaan suaminya. Adam juga kebetulan belum mencukur bulu di sekeliling rahangnya. Sepintas, ia nampak seperti ...
"Alan ...," lirih Angelina. Hingga, wanita itu menghadap Adam dan menatap wajahnya intens. "A–Alan," sebutnya lagi. Bahkan, kini Angelina mengulurkan tangannya untuk menyentuh dan menyusuri wajah Adam.
"Alan." Tiga kali sudah Angelina menyebut Adam dengan nama Alan. Bahkan, kali ini wanita yang tengah hamil besar itu meringis dan sontak memeluk dirinya.
Kedua mata almond milik Adam pun membola, karena ujung perut Angelina yang keras mengenai perutnya juga. Ia takut, jika wanita itu melupakan keadaannya sekarang. Karena, Angelina berusaha melekatkan tubuhnya.
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Xoeman Diyah
aq juga mampir Thor?😄💪
2024-11-20
0
Nurhayati Nia
mampir thorr
2024-11-20
0
Hartini Tin
lanjut thor
2024-11-20
0