Ibrahim, ketua geng motor, jatuh cinta pada pandangan pertama pada Ayleen, barista cantik yang telah menolongnya.
Tak peduli meski gadis itu menjauh, dia terus mendekatinya tanpa kenal menyerah, bahkan langsung berani mengajaknya menikah.
"Kenapa kamu ingin nikah muda?" tanya Ayleen.
"Karena aku ingin punya keluarga. Ingin ada yang menanyakan kabarku dan menungguku pulang setiap hari." Jawaban Ibra membuat hati Ayleen terenyuh. Semenyedihkan itukah hidup pemuda itu. Sampai dia merasa benar-benar sendiri didunia ini.
Hubungan mereka ditentang oleh keluarga Ayleen karena Ibra dianggap berandalan tanpa masa depan.
Akankah Ibra terus berjuang mendapatkan restu keluarga Ayleen, ataukah dia akan menyerah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25
Mata Ibra langsung terbeliak lebar dengan mulut menganga melihat siapa yang datang. Seseorang yang paling tidak dia harapkan kehadirannya. Karena apa, karena pasti hanya akan menggangu momen kebersamaannya dengan Ayleen. Menyesal tadi sudah posting di IG kebersamaannya dengan Ayleen, orang lain jadi tahu ada dimana dia sekarang.
Putri berjalan masuk tanpa disuruh. Bahkan sampai menabrak sebelah bahu Ibra yang sedang berdiri diambang pintu. Padahal cowok itu sengaja tetap disana agar Putri tak masuk, tapi cewek pantang menyerah itu malah tak segan menabraknya, sampai membuat Ibra berdecak sebal.
Karena ruang tamu yang menyatu dengan dapur, Ayleen langsung bisa melihat kedatangan Putri.
"Oh, lagi ada tamu ya," Putri tersenyum lebar. Sekedar basa basi, karena sebenarnya dia sudah tahu jika ada Ayleen ada disana. "Aku tadi kebetulan lewat, jadi mampir. Aku bawain chicken teriyaki kesukaan kamu." Putri menunjukan kantong plastik yang dia bawa pada Ibra.
"Gue udah makan," sahut Ibra. Berjalan melewati Putri begitu saja lalu menghampiri Ayleen yang masih duduk dikursi pantry.
Putri mendengus sebal, menghentakkan kaki kasar lalu menghampiri Ibra dan Ayleen. Melihat dua mangkuk kosong yang masih ada diatas meja, dia langsung mengendus baunya.
"Mie instan!" ujarnya dengan ekspresi kaget. Dia lalu menatap Ayleen sambil tersenyum sinis. "Lo itu gimana sih jadi cewek, gak bisa masak atau gimana? Masa Ibra kamu kasih makan mie instan, ini gak baik buat kesehatan. Mau bikin Ibra penyakitan?"
"Gak usah lebay deh," sahut Ibra sambil memutar kedua bola matanya malas. "Gak usah sok jadi dokter. Diluar sana banyak kok orang makan mie instan tapi sehat-sehat aja. Asal dalam batas wajar, gak ada masalah."
"Tetep aja makanan instan itu gak baik buat kesehatan, Bra." Seperti tuan rumah, Putri mengambil piring dari rak lalu memindahkan makanan yang dia bawa kesana. Melihat ekspresi Ayleen yang tampak kesal, Ibra langsung mengajaknya pindah kesofa.
"Aku anterin ke kafe yuk. Habis ini aku kau kumpul sama anak-anak." Ibra merapikan laptop serta buku-bukunya yang ada diatas meja. Demikianpun dengan Ayleen, memasukkan barang-barangnya kedalam tas.
Merasa kedatangannya tak dianggap, Putri kembali mendekati Ibra dan Ayleen. Menatap Ayleen sinis sambil bersedekap. "Gimana sabtu nanti. Kamu jadi balapan ngajak aku apa dia?"
Ibra langsung berdecak sebal. Dia tak mau Ayleen sampai tahu masalah ini, tapi Putri main nyerocos aja.
"Balapan? Balapan apa?" Ayleen menatap Ibra, meminta penjelasan.
"Jadi Ibra belum cerita ke elo?" Putri lebih dulu menyahuti sebelum Ibra.
"Lo bisa diem gak sih, Put," bentak Ibra. Berhenti merapikan buku-bukunya hanya untuk menatap Putri tajam. "Mending lo pulang, kita mau keluar."
Putri tersenyum getir mendapat bentakan dari Ibra. Dia tak terima diperlakukan seperti ini, apalagi didepan Ayleen.
"Ibra mau balapan hari sabtu, tantangannya sambil ngajakin ceweknya." Putri makin menjadi-jadi karena kesal dengan bentakan barusan.
"****," umpat Ibra. Kalau saja tak ingat jasa-jasa Putri padanya dan anak Joker, sudah dia usir cewek itu.
Ayleen menatap Ibra. "Beneran, Kak?"
"Ya benerlah," lagi-lagi Putri yang menjawab. "Sekarang pertanyaannya, sebagai ceweknya Ibra, lo bisa gak nemenin dia balapan." Putri tersenyum miring, yakin jika cewek modelan Ayleen yang kalem dan anak rumahan, tak akan bisa melakukan itu. Ikut balapan butuh keberanian yang tinggi. Awal diajak Ibra saja, dia sampai tremor pas turun dari motor. "Tunjukin kalau lo emang pantes jadi ceweknya Ibra. Kasih kontribusi ke geng Joker. Tapi anak mami kayak elo, gue gak yakin berani sih," cibirnya.
Ini tak bisa dibiarkan, Putri akan makin lebih banyak bicara. Ibra mengambil tas Ayleen serta kunci motornya. "Ayo aku anter ke kafe."
Tak mau ditinggal sendirian didalam, Putri ikut keluar bersama mereka berdua.
"Kalau gak sanggup jadi ceweknya Ibra, mending mundur dari sekarang." Putri jalan lebih dulu setelah berbisik diteling Ayleen.
Ibra mengantar Ayleen ke Mezra coffeeshop. Sepanjang perjalanan, cewek itu hanya diam. Hanya menjawab singkat semua pertanyaan Ibra karena masih kepikiran dengan kata-kata Putri.
"Gak usah dengerin kata-kata Putri." Ujar Ibra sambil merapikan rambut Ayleen yang berantakan setibanya mereka didepan Mezra kafe.
"Kenapa Kakak gak cerita soal ini sama aku?"
"Aku tahu kamu punya trauma berkendara dengan kecepatan tinggi. Lagian balapan terlalu berbahaya. Aku gak mau kamu kenapa-napa. Aku sayang banget sama kamu, Ay."
"Kalau udah tahu bahaya, kenapa Kakak masih balapan?" rengek Ayleen sambil menggenggam tangan Ibra.
"Balap udah jadi dunia aku, Ay. Aku sudah terbiasa, dan aku bakal baik-baik saja." Ingin sekali Ayleen mengatakan jangan balapan lagi. Tapi dia takut malah dianggap egois, ingin Ibra menjadi seperti yang dia mau. Lagipula mereka baru sebulan jadian, kalau mau merubah Ibra-pun, dia tak boleh terlalu gergesa-gesa, harus pelan-pelan, semua butuh proses. "Udah, masuk sana." Ibra menunjuk dagu kearah pintu kafe. "Gak usah mikir macem-macem. Kalaupun aku balapan ngajak Putri atau cewek lain, itu hanya di trek balap aja. Pacarku tetep kamu. Karena dihatiku, cuma ada kamu."