Lanjutan dari "Cinta Di Penghujung Nafasku".
Seorang dokter muda dan tampan bernama William Anderson terlibat ONS bersama dengan dokter Koas dirumah sakit tempatnya bekerja hingga membuat sang gadis hamil.
Viona Harumi,seorang mahasiswi kedokteran yang tengah menjalani masa koas harus terlibat skandal dengan dokter pembimbing nya dirumah sakit hingga membuatnya hamil.
Bagaimana kisah Viona dan William yang terpaksa menikah demi anak yang dikandung oleh Viona??
Lalu bagaimana dengan kisah cinta William dan sang kekasih yang sudah berjalan hampir lima tahun??
Lalu bagaimana dengan Kanaya yang tiba tiba harus menerima kenyataan pahit saat kekasihnya harus menikahi keponakan nya sendiri??
yuukkk simak kisah cinta segitiga mereka disini...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Triyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Puluh Delapan
"Apa? Maksud kamu apa Vi?" tanya Anjar, terlihat begitu kaget dengan pernyataan dari Viona.
"Lusa aku libur, kita jalan yukk? Kemana aja yang penting bisa buat suasana hati tenang. Nanti aku ceritakan semuanya di sana, gimana?" jawab Viona tanpa menjawab dengan jelas pertanyaan dari Anjar.
"Baiklah, jika itu mau mu. Ya sudah kalau begitu, lusa aku juga akan ambil libur dan aku jemput kamu pagi pagi, bagaimana? Sekarang lebih baik kita pulang, ya?"
"Iya. Makasih ya, kamu selalu menjadi orang yang ngertiin aku, Anjar,"
"Jangan sungkan. Kita ini sahabat kan."
Anjar pun akhirnya mengantarkan Viona pulang kerumah suaminya. Hanya butuh waktu 30 menit bagi Anjar untuk tiba didepan rumah William.
"Jadi, kamu tinggal di sini?" tanya Anjar setelah tiba di depan rumah William.
"Iya, tapi maaf ya. Aku tidak bisa ajak kamu masuk karena suamiku tidak ada dirumah. Aku takut akan menimbulkan fitnah kalau aku ajak kamu masuk sementara suamiku tidak ada dirumah,"
"Tidak masalah. Kita bisa ketemu dan berbincang di lain waktu dan di tempat lain juga. Ya sudah, sana masuk,"
"Iya. Sekali lagi, makasih ya,"
"Iya. Sama sama."
Usai berpamitan dengan Anjar, Viona pun langsung berlari masuk ke dalam rumah yang saat ini dia tempati.
Sementara Anjar, setelah memastikan Viona masuk kedalam rumahnya. Anjar kembali melajukan mobilnya meninggalkan tempat itu.. Viona yang sudah merasa begitu lelah pun langsung masuk kedalam kamar nya untuk beristirahat.
***
Ke esokan paginya, seperti biasa. Viona akan berkegiatan sebelum William bangun dan berangkat lebih awal karena tidak ingin bertemu dengan pria yang sudah menitipkan janin dirahimnya itu.
Vioan sudah tidak mau lagi mendengar kata kata yang hanya akan membuatnya sakit hati dan terluka. Karena itu lah yang kerap Viona dengar manakala dia bersinggungan dengan William.
Hari itu pun berjalan dengan lancar dan tanpa harus diisi dengan adanya drama saling menghindar karena mereka berdua memiliki jadwal kerja yang berbeda.
Drrttt
Drrrttt
"Halo. Assalamu'alaikum, Bun. Ada apa?" tanya Viona begitu dirinya menekan tombol warna hijau untuk menerima panggilan dari sang Bunda.
["Wa'alaikumsalam, sayang. Kamu masih dirumah sakit Nak?"]
"Masih Bun, ini mau jalan pulang. Kenapa memangnya?"
["Naya masuk rumah sakit. Coba kamu lihat dulu kondisinya bagaimana. Bunda sama Ayah masih diluar kota dan minggu depan baru bisa pulang,"]
"Naya masuk rumah sakit? Ya sudah, kalau begitu nanti sebelum pulang Vio akan mampir keruangan nya untukenjenguknya,"
["Baiklah kalau begitu. Ya sudah, Bunda tutup dulu telpon nya sayang, ingat hati hati. Jaga kandungan kamu dengan baik, jika ada sesuatu jangan lupa bilang sama Bunda ya, Nak?"]
"Siap Bun. Bunda dan Ayah juga, sehat sehat ya,"
["Iya sayang. Assalamu'alaikum."]
"Wa'alaikumsalam."
Setelah menutup sambungan telepon dari Bunda Ana. Dengan langkah yang sedikit berat, Viona pun mulai mengayunkan kakinya melangkah menuju kamar dimana Kanaya dirawat saat ini.
Sepanjang perjalanan menelusuri lorong rumah sakit yang menuju ke arah ruang rawat inap Kanaya. Tidak henti henti nya Viona menghela nafas panjang. Rasanya, saat ini Viona masih belum siap untuk bertemu dengan Kanaya. Namun, Viona juga tidak boleh mengabaikan sang tante di saat kondisi nya buruk seperti saat ini.
Dimana wanita itu tengah jatuh sakit dan di rawat di rumah sakit. Dengan membawa perasaan bersalahnya, Viona pun akhirnya pergi untuk menemui Kanaya dan mengabaikan resiko yang akan dia terima saat bertemu dengan kekasih dari suaminya itu.
...***...
"Bersabarlah, ini hanya akan berlangsung setelah anak itu lahir. Setelah nya, kami akan menyudahi pernikahan ini,"
"Benarkah? Kamu yakin?"
"Tentu saja. Kami tidak memiliki perasaan apapun Naya. Jadi, mana mungkin mempertahankan pernikahan tanpa cinta ini? Sulit dan akan menyakitkan, tapi bersabar dan bertahanlah,"
"Baiklah. Jika begitu keadaan nya. Aku akan mengalah dan bersabar menunggu mu, sampai anak itu lahir dan kalian berpisah,"
"Terima kasih sayang. Aku sangat mencintaimu,"
"Aku juga. Aku juga sangat mencintaimu, Mas."
Deg...
Seketika, Viona langsung saja menghentikan langkahnya tepat didepan pintu ruangan rawat inap dimana Kanaya berada saat ini. Viona yang ingin mengetuk pintu ruangan itu pun akhirnya mengurungkan niatnya saat mendengar percakapan antara William dan juga Kanaya.
Bahkan, Viona bisa melihat dengan jelas bagaimana mesra nya William saat memeluk dan mencium Kanaya dari celah pintu yang sedikit terbuka.
Meski mereka berdua menikah karena terpaksa dan tanpa adanya cinta. Namun, ada perasaan aneh yang hadir di dalam hati Viona saat melihat pria yang sudah menikahinya itu bermesraan dengan wanita lain.
Tidak ingin membuat suasan hatinya semakin tidak enak dan tidak nyaman. Viona pun akhirnya memilih untuk pergi dari sana meski belum sempat menjenguk Kanaya.
Sedih, marah, dan juga kecewa. Begitu dirasakan oleh Viona saat ini. Viona begitu marah dan kecewa pada takdir yang membawanya ke sebuah hubungan yang rumit seperti ini. Ingin rasanya dia lari ketempat yang jauh dan menghilang.
Akan tetapi, Viona tidak bisa melakukan itu. Banyak orang yang harus Viona pikirkan dan jaga perasaan nya saat ini. Tidak bisa dibayangkan. Akan sehancur apa Bunda Ana dan juga Ayah Bagas seandainya saja dia pergi dan menghilang begitu saja.
Belum lagi, Viona juga harus memikirkan keselamatan dan kesehatan bayinya. Meski bayi itu tidak di inginkan kehadiran nya oleh siapapun. Termasuk Viona sendiri.
...***...
Satu minggu berlalu dari kejadian itu, Viona pun semakin menghindar dari William. Selain William yang semakin sibuk dengan pekerjaan nya dan juga terus menemani Kanaya.
Viona pun nyatanya, melakukan hal yang sama. Viona semakin menyibukkan dirinya sendiri dengan tugas dan laporan yang harus dia kerjakan.
Acara healing bersama dengan Anjar pun terpaksa harus mereka tunda karena Anjar yang harus menyelesaikan proyek diluar kota dan Viona yang sibuk dengan tugas laporan dan juga wawancara nya sebelum berpindah ke poli lain nya.
Dan tepatnya di hari ini, Viona dan kawan kawan terakhir bertugas dipoli umum dan akan segera berpindah ke ruangan IGD. Sebagai penutup tugas di poli umum, semua dokter koas pun sepakat untuk mengadakan acara makan malam perpisahan dengan para Dokter pembimbing mereka yang tidak lain adalah dokter William dan juga dokter Novi.
Saat malam tiba, semuanya pun sudah tampak hadir di tempat acara. Menyisakan Alex dan Viona yang belum terlihat di sana. Entah kemana dua manusia itu perginya karena sudah beberapa menit berlalu, keduanya masih belum menampakan diri mereka.
"Vio kemana sih? Kok tumben dia telat?" tanya Melia yang seminggu lalu sudah mulai beraktifitas kembali dirumah sakit setelah pulih total pasca kecelakaan yang dia alami.
"Telepon gil Mel. Kasihan yang lain sudah pada lapar." titah Dokter Novi yang juga ikut bergabung disana.
...****************...
...Jangan lupa tinggalkan jejak ya,like,komen dan subscribe...Biar Othor lebih semangat lagi,terima kasih 🥰🥰🥰 love sekebon untuk kalian ♥️♥️♥️*...