Hati siapa yang tidak tersakiti bila mengetahui dirinya bukan anak kandung orang tua yang membesarkannya. Apalagi ia baru mengetahui, jika orang tua kandungnya menderita oleh keserakahan keluarga yang selama ini dianggap sebagai keluarganya sendiri.
Awalnya Rahayu menerima saja, karena merasa harus berbalas budi. Tetapi mengetahui mereka menyiksa orang tua kandungnya, Rahayu pun bertekad menghancurkan hidup keluarga yang membesarkannya karena sudah membohongi dirinya dan memberikan penderitaan kepada orang tua kandungnya.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Yuk, simak ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaQuin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Bab 30
POV Author
Hari-hari berlalu, Rahayu beraktifitas seperti biasanya. Ia tidak tahu apa yang Arka rencanakan sekarang selain berpacaran dengan Arumi.
Sejak Arka memutuskan berpacaran dengan Arumi, komunikasi antara mereka pun mulai renggang karena Rahayu jarang bertemu Arka.
Arka sendiri sibuk dengan rencana-rencananya. Ia semakin getol mendekati Arumi demi tujuannya.
Saat hari janjian menonton bioskop tiba, ia dan Arumi pergi bersama. Kesehariannya masih seputar pergi dan pulang dari kampus bersama-sama. Hingga hari sabtu pun tiba. Arka ingin mengajak Rahayu ke RSJ untuk mencari tahu bersama.
"Sudah lama ya?" Sapa Arka sambil tersenyum menghampiri Rahayu yang sedang mengurus tanaman di pagi itu.
Rahayu menoleh, dan sedikit terkejut. Karena benar-benar sudah lama tidak bertegur sapa dengan Arka, ia merasa sedikit canggung. Kemudian kembali melanjutkan aktifitasnya sambil menjawab Arka.
"Oh, Mas Arka. Iya sudah lama. Tidak sibuk Mas?"
"Weekend ini tidak ada janji. Sebenernya, ada yang ingin aku bicarakan sama kamu."
Rahayu menoleh pada Arka.
"Ada apa Mas?"
"Duduk lah dulu." Ujar Arka yang sudah duduk di gazebo.
Rahayu kemudian membersihkan tangannya pada keran air yang tersedia disana. Kemudian ia pun duduk di gazebo.
"Apa kamu tahu Arumi punya keluarga yang lain?"
Rahayu tampak berpikir dan mengerutkan keningnya.
"Saya kurang tahu Mas. Saat dia datang, orang tua saya hanya menjelaskan kalau dia anak yatim piatu."
"Beberapa hari lalu, aku membuntutinya. Dia dan Ayahnya pergi ke Rumah Sakit Jiwa yang letaknya di luar kota." Jelas Arka.
Rahayu tampak serius mendengarkan.
"Tetapi, saat aku mencoba bertanya kepada petugas disana, data pasien di lindungi. Jadi aku tidak bisa tahu apa-apa." Lanjut Arka.
"Apa jauh sekali Mas?"
"Kenapa? Kamu penasaran? Apa juga ingin mencari tahu kesana?"
"Sejujurnya, iya Mas. Apapun yang mereka lakukan yang tidak seperti biasanya jadi bikin saya curiga. Apalagi mereka jelas-jelas membohongi saya, padahal saya sudah dengar dengar jelas percakapan mereka."
"Kalau begitu, cepat selesaikan pekerjaanmu. Kita kesana setelah itu."
Tampak kelegaan di wajah Rahayu sehingga gadis itu tersenyum senang.
"Iya Mas."
Dan dengan segera ia menyambuti rumput liar yang tumbuh dalam pot bunga. Untungnya hanya tinggal satu pot saja. Setelah itu, Rahayu pun menyirami bunga-bunga itu.
"Kita bertemu di dapur ya, kita sarapan dulu." Ujar Arka.
Rahayu menoleh.
"Iya Mas."
Arka mengangguk, kemudian ia melangkah masuk ke rumah utama. Arka menuju kamarnya untuk berganti pakaian dan mempersiapkan apa saja yang perlu ia bawa. Ia juga berpamitan kepada sang Ibu agar tidak di omeli lagi seperti sebelumnya.
"Bu, Arka mau keluar kota sama Rahayu." Pamit dan ijin Arka kepada sang Ibu di ruang keluarga.
"Ada apa toh Le, mainnya kok sampai keluar kota segala?"
"Tidak sampai ke kota sebelah sebenarnya Bu, hanya pinggiran kota saja. Arka sama Rahayu mau ngunjungi temen yang tinggal disana." Bohong Arka tidak ingin sang ibu tahu masalah yang sebenarnya.
"Kalau ada apa-apa cepat kasih kabar." Ujar sang Ibu.
Arka tidak tersenyum mendengar nasehat sang ibu. Itu artinya, ijin sudah diberikan.
"Iya Bu."
Arka pun meninggalkan sang ibu menuju ke dapur. Disana sudah ada Rahayu yang mulai menikmati sarapan disiapkan oleh Bu Aminah.
" Loh, Den Arka. Mau sarapan disini juga?" Tanya Bu Aminah ketika melihat anak majikannya duduk di meja makan yang sama dengan Rahayu.
"Iya Bu Aminah. Kayak Ayu ya."
"Duh, jangan menu itu Den. Nanti Ibu marah." Ujar Bu Aminah ketika Arka meminta mie goreng dengan telor mata sapi seperti sarapan yang sedang Rahayu nikmati.
Di rumah utama tidak disediakan mie instan karena Ratih tidak mengijinkan makanan tersebut ada di dapurnya. Mie instan yang Rahayu makan berasal dari rumah kecil yang ia masak disana dan di makan di dapur rumah utama.
Arka sedikit manyun dan berhasil membuat Rahayu menahan senyumnya.
"Curang kamu." Kata Arka mengatai Rahayu yang terkekeh melihatnya.
"Sarapan nasi goreng sama telor mata lembu saja ya Den." Ujar Bu Aminah yang memang sudah menyiapkan menu tersebut untuk sarapan penghuni rumah utama.
"Iya deh." Jawab Arka.
Arka dan Rahayu pun menikmati sarapan masing-masing. Setelah selesai, mereka pun segera menuju garasi dan siap untuk berangkat ke luar kota.
"Arka sama Rahayu sudah pergi Dir?"
"Sudah Pak, baru saja."
"Orang yang kamu suruh bagaimana?"
"Sudah berkerja sejak Bapak memberi perintah kemarin."
Kakek Sugeng manggut-manggut mendengar jawaban Dirman di ruang kerjanya.
"Jadi, sudah ada informasi apa?"
"Berkat arahan Bapak untuk menyogok petugas sana, pasien tersebut diketahui bernama Lilik Rukmana, yang merupakan istri dari Norman Ardhana, sekaligus orang tua yang membesarkan Arumi. Pasien tersebut sudah berada di sana sekitar setahun yang lalu. Jadi di perkirakan, setelah suaminya Ardhana meninggal, Bu Lilik menderita depresi dan di masukkan ke RSJ. Lalu baru-baru ini, Arumi menerima sejumlah warisan setelah usianya genap 18 tahun. Di perkirakan ia menerima warisan tersebut setelah di pastikan tamat sekolah dan sudah berusia 18 tahun." Jelas Dirman.
Tangan Kakek Sugeng mengepal mendengar informasi yang di sampaikan oleh Dirman.
"Apa kita beritahu saja yang sebenarnya terjadi kepada Rahayu Pak?"
"Anak-anak itu hari ini mencari tahu ke RSJ sana. Aku mendengar Arka berpamitan tadi dengan Ratih. Kita tunggu saat mereka pulang nanti. Aku masih mau lihat cara mereka mengatasi masalah ini. Tetap awasi wanita itu. Jaga keselamatannya."
"Baik Pak."
***
Sementara itu, Arka dan Rahayu sedang dalam perjalanan yang cukup jauh. Karena menggunakan motor keong sesuai permintaan Rahayu, mereka jadi cukup lama tiba di Rumah Sakit tersebut.
"Ini Rumah Sakitnya?" Tanya Rahayu kepada Arka. "Siapa yang di rawat ya?" Gumamnya.
"Mau mendekat?" Tanya Arka.
"Boleh. Eh... Jangan! Jangan dulu, lihat! Itu kan mobil Ayah?!"
Sebuah mobil melewati mereka yang berhenti di bawah pohon. Mobil tersebut pun masuk ke kawasan Rumah Sakit Untung saja mereka masih menggunakan helm dan memakai motor keong sehingga kemungkinan untuk di kenali kecil. Dan mereka pun berada sedikit jauh sehingga bisa mengawasi.
Dari dalam mobil, Arumi, Marlina dan Adinata keluar bersamaan. Kemudian mereka masuk ke dalam Rumah Sakit seperti sudah biasa datang kesana.
"Kata Arumi, mereka mau acara keluarga di rumah Neneknya. Ternyata disini acaranya." Jelas Arka yang terdengar di telinga Rahayu seakan-akan Arka tidak senang Arumi telah membohongi dirinya.
Lelaki itu terdengar seperti kecewa tidak bisa menghabiskan waktu dengan Arumi.
Padahal bagi Arka, ia sedikit kesal karena tidak bisa mengorek informasi. Tetapi kemudian, ia tidak menyesali karena sekarang ia mendapat informasi yang lebih baik lagi.
Rahayu dan Arka terus mengamati tanpa henti. Tidak lama kemudian, terlihat Marlina mendorong kursi roda pasien yang mengenakan pakaian yang mengikat tangannya. Pasien tersebut tampak lemah sehingga harus di bantu ketika hendak di masukan ke mobil Adinata.
Pemandangan itu tentu tak luput dari mata Arka dan Rahayu. Seorang wanita paruh baya yang diperkirakan seusia Marlina membuat jantung Rahayu berdebar-debar melihatnya.
Bersambung...
Jangan lupa like dan komen ya, terima kasih 🙏😊