~ REGANTARA, season 2 dari novel Dendam Atlana. Novel REGANTARA membahas banyak hal tentang Regan dan kehidupannya yang tak banyak diketahui Atlana ~....
Ditinggalkan begitu saja oleh Atlana tentu saja membuat Regan sangat kacau. Setahun lebih dia mencari gadisnya, namun nihil. Semua usahanya tak berbuah hasil. Tapi, takdir masih berpihak kepadanya. Setelah sekian lama, Regan menemukan titik terang keberadaan Atlana.
Disaat Regan merasakan bahagia, berbanding terbalik dengan Atlana yang menolak kehadiran Regan untuk kedua kalinya dihidupnya. Namun, penolakan Atlana bukan masalah. Regan memiliki banyak cara untuk membawa kembali Atlana dalam hidupnya, termasuk dengan cara memaksa.
Akan kah Regan berhasil? Atau malah dia akan kehilangan Atlana sekali lagi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aquilaliza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mantan
Atlana memasuki apartemen milik Renata setelah melakukan perjalanan dari bandara. Awalnya dia ingin langsung ke rumah sakit untuk menemui Ghea. Tapi, Renata memintanya untuk beristirahat di apartemen lebih dulu.
"Aku jadi kangen apartemenku," gumam Atlana sambil mengamati isi apartemen Renata.
Gadis itu segera menuju kamarnya untuk beristirahat. Dia harap, jam berputar cepat hingga dia tak perlu menunggu lama untuk segera ke rumah sakit.
Sementara itu, Regan melajukan mobilnya menuju markas setelah memastikan Atlana tiba di apartemen. Cowok itu tak lekas meninggalkan Atlana setelah gadis itu mendorongnya di bandara tadi. Dia memilih mengawasi Atlana yang diantar oleh suruhan Indra hingga tiba di apartemen.
"Nah, orangnya udah datang!!" Seru Yudha heboh.
Seperti biasa, Regan tidak menanggapi. Cowok itu mendudukkan tubuhnya, lalu meraih minuman kaleng yang ada di meja dan meneguknya hingga tandas.
"Buseeet! Haus banget lo, Gan. Gak minum seharian lo di Aussie?" ucap Leo.
"Berhasil bawa Atlana?" tanya Erteza. Cowok itu sangat lega Atlana ditemukan.
"Hm."
"Wah, bagus. Dimana bu bos? Udah lama gak ketemu. Kangen kita—"
Glek.
Jovan langsung menghentikan ucapannya dan meneguk ludah dengan paksa. Tatapan Regan, sangat-sangat membuatnya merinding.
"Gue gak bermaksud apa-apa, Gan. Kita semua kan teman, jadi wajar kalau kita semangat buat ketemu bu bos. Iya kan, Yud?"
"Gak."
"Anjing!" Jovan mengumpat keras. Dia sangat kesal pada Yudha. Setidaknya katakan iya untuk menyelamatkannya.
"Bukan bu bos lagi kali, Van. Kan udah mantan."
Cari mati memang si Leo. Mantan, itu salah satu kata yang paling sensitif. Regan bisa sangat murka jika ada yang mengatakan Atlana mantannya. Dia dan Atlana tidak pernah putus. Jadi, tidak ada kata mantan diantara mereka.
"Mau mati lo?!" Setelah terdiam sambil menatap tajam sahabatnya, Regan berkata dengan tajam dan penuh ancaman.
Leo meringis, lalu terkekeh canggung. Tapi, dia cukup puas karena sudah berhasil mengutarakan isi hatinya. Melihat Regan marah-marah juga salah satu hobinya. Dia bosan melihat Regan yang selalu tenang dan tanpa banyak ekspresi.
"Regan!"
Semua langsung berdecak lelah mendengar nama Regan dipanggil oleh suara yang mereka kenal. Malapetaka datang, itu yang sering Yudha katakan saat melihat Nita.
"Regan, kamu kemana aja beberapa hari ini? Aku telpon kok gak diangkat?" ucap Nita setengah merengek di hadapan Regan.
Erteza, Leo, Yudha, juga Jovan bergidik geli. Memang udah putus urat malu si Nita. Pikir mereka.
Regan mengeraskan rahangnya. Mata tajamnya menatap sengit Nita. Dia berdiri hingga tubuhnya yang tinggi tegap menjulang di hadapan Nita.
"Minggir!" Tanpa rasa iba sedikit pun Regan mendorong Nita. Membuat Leo dengan cepat menangkapnya dan dengan cepat pula melepaskan nya.
Regan? Tentu saja dia tidak peduli. Cowok itu meninggalkan ruangan tersebut dan beralih menaiki tangga menuju kamarnya.
"Udah deh, gak usah cari masalah sama Regan. Masih untung lo cuma di dorong," seru Jovan.
"Regan kalau mau sama cewek lain udah dari dulu dia gonta ganti cewek. Cewek-cewek yang suka sama dia cantik-cantik sama kaya. Tapi, cuman Atlana yang bisa buat Regan tunduk," ucap Yudha.
"Seperti apa sih Atlana itu? Gue penasaran."
"Lebih cantik dari lo." Mulut Erteza memang gak ada duanya. Leo, Yudha, dan Jovan langsung tergelak mendengar jawaban Erteza.
Nita cemberut. Bisa-bisanya mereka memuji gadis liar seperti Atlana. Kakek Adri mengatakan padanya jika Atlana, mantan Regan itu, gadis liar dan miskin.
"Lo semua nyebelin!" ucap Nita sambil menyentak kakinya. Dia lalu menjauh dari cowok-cowok itu dan berjalan menaiki tangga menuju lantai atas dimana kamar Regan berada.
"Memang gila sih tu cewek. Kalau gue Regan, udah gue gampar ampe mampus!" celetuk Leo.
"Masih dipantau itu sama Regan. Kalau udah saatnya, pasti dibikin babak belur," sahut Yudha lalu meneguk minuman kaleng yang belum sempat ia habiskan.
Sementara di lantai atas, Regan mengeraskan rahangnya melihat Nita memasuki kamarnya dengan begitu lancang.
"Regan, aku kangen banget sama kamu," ucap Nita dengan manja.
Regan begitu muak melihat gadis itu. Dia mendekati Nita, lalu menyeret cewek itu keluar dari kamarnya hingga mendekat pada tangga.
"Jangan kelewatan batas! Gue bisa hancurin hidup lo dalam sekejap!" ancam Regan. "Pergi, atau gue dorong lo ke bawah!"
Nita melirik ke bawah tangga. Tangan dan bibirnya gemetar. Dia tidak ingin merasakan sakit, apalagi mati muda karena didorong Regan.
"A-aku akan pergi." Nita dengan cepat menuruni tangga. Dia takut Regan benar-benar mendorongnya.
***
Atlana melangkah sedikit cepat memasuki rumah sakit sambil membawa bingkisan buah. Setelah beristirahat sejenak di apartemen tadi, Atlana dengan cepat menuju rumah sakit usai mendapat alamat rumah sakit dan ruang rawat Ghea.
Atlana membuka pelan pintu ruang rawat. Terlihat Ghea yang sedang tertidur. Pelan ia menutup pintu lalu menghampiri Ghea. Ia meletakkan bawaannya, kamudian duduk di kursi yang terletak di samping ranjang pasien.
Gue pulang, Ghea. Batin Atlana. Dia tidak ingin suaranya mengganggu Ghea yang sedang tertidur. Dia terdiam menatap Ghea. Hingga tiba-tiba, pintu kamar dibuka.
Ceklek.
"Atla—"
"Sstttt... Ghea tidur," ucap Atlana pelan sambil meletakkan telunjuk di depan mulutnya.
Leo, Jovan, dan Yudha yang hampir terpekik melihatnya langsung mengatupkan bibir mereka. Ketiga cowok itu berjalan masuk diikuti Erteza dari belakang.
"Lo udah dari tadi?" tanya Leo.
"Belum lama juga."
Ting.
Atlana langsung mengalihkan tatapannya ke arah handphone yang dipegangnya.
Regan
Dimana?
Atlana berdecak pelan lalu mematikan kembali handphonenya. Dia malas membalas chat dari Regan. Namun, belum sempat ia menyimpan handphonenya, benda pipih itu berdering.
Atlana menarik nafasnya, menolak panggilan telpon dari Regan, lalu me-non aktifkan handphonenya.
"Atlana?" Suara lemah Ghea terdengar. Atlana yang sempat kesal langsung mengembangkan senyumnya. Dia menunduk dan memeluk Ghea.
"Ghe...." Atlana meneteskan air matanya.
"Atlana. G-gue gak nyangka lo disini. Gue pikir gue mimpi," ujar Ghea.
"Lo gak mimpi. Gue disini. Gue kembali, buat lo."
Ghea melepas pelukannya begitu juga Atlana. "Makasih, Na."
"Gue yang harusnya makasih. Makasih karena lo gak marah gue gak ada di samping lo saat lo sakit."
"Lo sahabat gue, Na. Gue yakin, lo gak akan pergi tanpa alasan. Lo gak akan mungkin tinggalin orang-orang yang lo sayang tanpa alasan."
Atlana tersenyum tipis dan mengangguk. Sekali lagi, dia dan Ghea saling berpelukan.
Leo, Erteza, Yudha, dan Jovan tersenyum tipis melihat dua sahabat yang saling menyayangi satu sama lain.
Tak lama, dokter Renata masuk untuk memeriksa kondisi Ghea. Atlana mengambil kesempatan untuk memperkenalkan kakaknya itu pada teman-temannya. Yudha lah yang paling semangat berkenalan dengan dokter Renata.
Bahkan setelah dokter Renata keluar pun, Yudha masih terus bertanya mengenai dokter cantik itu pada Atlana.
"Udah lah, Yud. Dokter Renata gak suka sama bocil," celetuk Leo.
"Bocil? Kepala lo bocil!"
"Udah bocil, gak punya duit lagi. Sukanya minta sama Regan," sahut Jovan.
"Kayak lo gak minta aja sama Regan. Asal lo tau, ya. Walaupun gue suka minta-minta sama Regan, bokap gue gak miskin-miskin amat. Punya perusahaan juga, punya villa, punya—"
"Udah-udah. Semua juga tau lo bukan orang miskin. Lo nya aja yang sok sok jadi miskin. Suka benget lo porotin Regan."
"Idih, Leonjing! Lo sama Jovan juga porotin Regan. Ngakunya orang kaya, hobi ditraktir Regan. Apa bedanya kita bertiga?" ucap Yudha yang membuat ketiganya terkekeh. Atlana sampai geleng-geleng kepala.
Erteza juga ikut terkekeh pelan. Tapi, kekehannya terhenti ketika matanya menangkap Ghea juga ikut tertawa.
Dan akhirnya, semua terdiam karena tiba-tiba pintu terbuka, dan Regan masuk dengan raut dingin tak bersahabat.
Langkahnya langsung tertuju pada Atlana yang terdiam duduk di kursi samping ranjang Ghea.
Cup.
Kecupan manis mendarat di puncak kepala Atlana tanpa bisa dicegah, dan tanpa bisa dihindari Atlana. Regan, pergerakannya tak mudah ditebak.