"Kau adalah milikku, Kau ada di setiap hembusan nafasku. Ku bunuh siapapun yang berani menyentuhmu. Aku mencintaimu Anya" - Damian Andante Salvatore
"Yang kau sebut cinta itu adalah Penjara bagiku Dante. Bila bersamamu rasanya sesak bagiku. Aku membencimu Dante" - Azzevanya Laluna Hazal
Hallo guys, ini adalah novel pertama ku... maaf kalau banyak typo atau ceritanya kurang menarik ya... Terima kasih banyak😍😍😍😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sequoia_caca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Anger Issue
Baru saja tiba di mansion nya, Damian menghancurkan segala sesuatu yang ada di hadapannya. Damian mengidap Anger Issue, kondisi dimana seseorang tidak bisa mengendalikan amarahnya. Itu adalah dampak dari trauma masa lalunya, akibat di tinggalkan ibunya di usia yang belum dewasa dan dampak dari kekerasan fisik yang dilakukan ayahnya sendiri. Maka dari itu, Domani kakek Damian mengirimkan Anna ibu Hans untuk selalu berada di sisi Damian. Karena Damian sudah menganggap nya seperti ibu sendiri, jadi hanya Anna lah yang mampu menenangkan Damian.
"DARIUUUSSSAS SIALAN!!!! KAU SUAMI YANG TIDAK BERGUNA..!! AYAHHH YANG BURUK!!! KAU YANG TIDAK TAU DIRI BAJINGAN!! BANGSAT!!! TIDAK BERMORAL.!!! AKU TIDAK AKAN MEMBIARKANMU HIDUP TENANG... BANGSAT. "
Hans tidak bisa melakukan apapun, dia hanya berdiri di ambang pintu melihat Damian yang menghancurkan benda-benda di depannya. Hans membiarkan apa yang dilakukan Damian sekarang, karena jika dia berusaha menghentikan nya. Bisa saja Damian membunuh nya saat itu juga.
*pranggg *buggg
Anna berlari dari arah dapur menuju ruang tamu dimana Hans dan Damian berada, dia yang tadi sedang memasak sangat terkejut mendengar teriakan Damian dan suara benda pecah yang nyaring.
"Tuan muda... tenanglah... Ini aku Bibi Anna. Sadarlah Nak... "
"DARIUSS LIHAT SAJA AKU AKAN MEMBUNUHMU!!! BERANI SEKALI KAU MENGHINA IBUKU!!! "
"Nak... Lihat ini bibi.. sadarlah Nak, sudahhh... sudah!! kau bisa terluka.. Hansss jangan hanya diam saja bantu ibu!!!"
Hans yang mendengar ibunya minta tolong akhirnya, ikut serta membantu ibunya menenangkan Damian. Namun, tenaga Damian sangat besar. Hans mencoba menghalangi Damian yang menghancurkan benda-benda itu termasuk yang terbuat dari kaca.
Hans yang berotot besar pun tidak kuasa mengimbangi kekuatan Damian hingga dirinya jatuh tersungkur. Bibi Anna meraih wajah Damian yang dibanjiri keringat dengan mata merah yang menyimpan dendam. Urat di pelipisnya juga tampak menonjol menandakan betapa emosinya Damian saat itu.
"Sudahhh sudahh ya Nak.. hentikan..!! jangan seperti ini. Kau bisa terluka. "
Nafas Damian mulai teratur, dia luruh terduduk dilantai. Melihat ruangan itu yang setengah kacau akibat amukannya. Pecahan kaca berserakan dimana-mana.
"Ada apa Nak, ceritakan padaku.. apa yang terjadi sehingga kau pulang dengan keadaan begini..? "
Bibi Anna menghampiri Damian, dia menyayangi Damian seperti anaknya sendiri. Melihat itu, Hans pun tidak cemburu. Karena dia tau Damian lah yang sekarang butuh sosok seorang ibu disampingnya.
"Tidak apa-apa bi. Maaf karena telah menyusahkan kalian. Aku akan naik keatas."
Damian bangkit lalu meninggalkan Bibi Anna dan Hans disana. Bibi Anna menghembuskan nafas nya kasar, dia merasa kasihan pada Damian.
"Tidak seharusnya dia mengalami hal ini. Hans apa yang terjadi.? "
"Tadi kami baru saja dari Mansion utama, disana tuan Damian bertengkar dengan Tuan Darius. Dan dia juga hampir menembak ayahnya. "
Anna menghampiri putranya, lalu melihat apakah Hans terkena pecahan kaca atau tidak.
"Hans, apa kau terluka? "
Hans tersenyum menenangkan ibunya.
"Tidak apa-apa bu, Aku baik-baik saja. Ibu fokuslah pada tuan Damian. Aku bisa menjaga diri. "
"Putra ibu yang baik. Terimakasih karena mengerti ibu ya"
Anna memeluk putranya dengan sayang. Dia bersyukur Hans tumbuh menjadi pria bijak dan dewasa dalam menghadapi sebuah masalah apapun.
"Ibu akan memanggil yang lain untuk membersihkan kekacauan ini. Tunggu disini ya. "
"Baik bu. aku akan menunggu disini. "
Hans menuruti perintah ibunya, Setelah Damian dewasa dan dia sudah bisa menjalankan perusahaan sendiri. Damian keluar dari Mansion utama, beserta Hans juga ibunya yang kakek Damian perintah kan untuk selalu mendampingi Damian. Anna menyayangi Damian seperti anaknya sendiri, Damian, Hans dan Celia setara dimatanya. Celia adik Hans di sekolah kan di luar negeri oleh Damian. Damian juga sudah menganggap Hans dan Celia seperti adiknya sendiri. Apapun hal buruk yang menimpa Hans atau Celia maka Damian yang akan mengurusnya begitupun sebaliknya.
Sekarang Damian sedang membasahi dirinya dengan air dari shower, darah segar menetes dari tangannya yang terluka saat mengamuk dibawah tadi. Sorot mata Damian masih sama, Damian masih larut dalam amarah.
"akhhhhh!!!! "
Damian meninju tembok di depannya. Sekelebat, ingatan tentang ayahnya yang berselingkuh melintas di benaknya. Jika saja wanita jalang ayahnya masih ada, mungkin sekarang Damian akan mencekiknya tanpa ampun. Sekitar setengah jam dia berdiam diri dibawah aliran air, hingga emosinya sedikit demi sedikit luntur.
Damian menyudahi aktivitas nya, dia memakai handuk lalu keluar dari kamar mandi dan meraih ponsel dari dalam saku celananya.
Ada sebuah notifikasi pesan di ponselnya.
"Tuan.. setelah bertemu dengan wanita itu apa yang harus saya lakukan.? "
Damian tampak berpikir sejenak, lalu mengetikkan sesuatu di ponselnya..
"Baiklah tuan, akan saya lakukan. "
Balasan dari pria itu.
Damian menghampiri sebuah lukisan besar yang tergantung di atas tempat tidurnya. Wajah cantik Azze yang ada dalam lukisan itu. Damian menyentuhnya. Ada rasa tenang di dalam hati Damian setelah menyentuh lukisan wajah Azze itu.
"Gadis Baikku, Mia Cara ku Azzevanya. Tinggal beberapa saat lagi"