Hai..
Namaku Ziqiesa. kalian bisa memanggilku dengan sebutan,Zi. Aku seorang gadis cantik yang masih erat kasih sayang dari Ayah dan Ibuku. suatu hari aku tersesat ke dunia yang tidak aku ketahui. dan kasih-sayang itu masih sama adanya, tapi seakan terputus karena jarak kami yang tidak dapat di ketahui.
Aku,ingin mengajak kalian untuk ikut menemani perjalanan ini, sampai kembali pada pangkuan Ayah,dan Ibuku. bagaimana? kalian mau kan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Karlina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4. Pemanggang Kue
Matahari telah menghilang sepenuhnya,Zi,baru saja sampai di rumah persegi lima. Kalian tau apa yang sedang menunggunya sekarang?
"Zi..? Bisakah kamu membantu Ibu untuk memijit punggung,Ayah? Rasanya tubuh Ibu butuh kasur untuk menghilangkan rasa lelah,mau,ya? Nanti Ibu tambah uang kamu untuk berbelanja di toko (uang jajan)." Kansa mengedipkan mata dengan senyuman manis mengembang,di bibirnya.
Zi, gelengkan kepala sambil membuang napas kasar. "Iya,Ibu. Padahal kaki Zi sudah sangat pegal,tapi demi membuang rasa lelah Ibu,ya sudahlah.." Zi,berjalan layu ke arah kasur besar tempat Alger terbaring. Pria berwajah garang namun masih tampan itu tergeletak tak berdaya, wajahnya yang putih kini makin putih, seperti mayat hidup yang bernyawa.
"Ayah, kenapa bisa sakit ? Kalau begini kan tidak seru.. Zi, keluar rumah jadi sendirian, kemana-mana sendiri, untung ada Lucio yang kebetulan bertemu di desa sebelah, jadi bisa main sore dengannya." Zi, bersungut-sungut dengan tangannya yang sibuk menari pelan di atas punggung Ayahnya, Alger.
Alger, ingin tertawa, namun tidak bisa karena tidak berdaya. Pusing dan sakit kepala membuat tenaganya terkuras. "Lalu.. Apa kalian sampai ke puncak, sambil berkuda?" Lirih Alger menimpali obralan Zi yang menurutnya butuh jawaban darinya.
"Tentu saja,tapi..apa Ayah tau? Perut Zi kelaparan sampai di puncak, untunglah ada uang pembayaran dari hasil menjual kue siang ini,dan Zi pakai uangnya untuk membeli kudapan di sana." Zi, bercerita dengan tangannya yang masih setia memijit punggung Alger.
Alger tertawa,kali ini tidak bisa menahannya. Terlalu lucu jika di biarkan tersapu oleh angin malam. "Apa Zi tidak takut Ibu akan marah jika menggunakan uang jual beli,kue?" Sahutnya dengan masih tertawa kecil.
"Ayah yang menggantinya. Lagi pula kenapa harus sakit, jadinya Zi tidak membawa bekal apapun." Zi, cemberut memijit punggung Alger dengan lebih kencang, membuat Pria itu mengaduh kesakitan. "Aduh, Zi, membuat punggung Ayah semakin sakit." Pekik Alger membalikkan badannya dan menelentang menatap langit-langit kamar.
"Zi? Ayah? Bisa tunda terlebih dahulu obrolannya..? Ibu mau tidur! Mengganggu!" Alarm kembali berbunyi,dengan spontan Zi dan Alger menutup mulutnya dan suasana berganti hening.
•••
Malam setelah selesai memijit punggung Alger,Zi, menghampiri kamar Naya dan Lis. Mereka menceritakan tentang siang tadi kenapa kedua wanita itu terlihat canggung saat Zi datang setelah istirahat siang.
"Jadi, karena itu kakak Naya berlarian ke arah dapur...?" Tawa Zi pecah ketika Naya menceritakan kejadian siang tadi di tangga lantai dua menuju lantai satu. "Ibu, cantik-cantik begitu masih perempuan normal juga, kakak. Masa sih Ibu sampai liatin kaki kakak Naya sampai seperti itu?,"Zi, berhenti tertawa. Memikirkan apakah benar Kansa tertarik dengan perempuan? Atau jangan-jangan selama ini Alger itu pria jadi-jadian. Itu yang kini tengah ada di pikirannya, Zi.
"Hei.. Nona Zi? Apa yang sedang Anda pikirkan?" Lis menepuk pelan bahu Zi,tidak ingin gadis kecil itu berpikir yang tidak-tidak dan membuat Alarm berbahaya berbunyi di tengah malam, sebelum mereka memulai istirahat setelah lelah bekerja di waktu siang harinya. "Jangan macam-macam Nona Zi. Nyonya Kansa pasti wanita normal dan Nyonya juga tidak tertarik karena Naya gadis cantik, tetapi mungkin Nyonya Kansa sedang mengamati,mana tau ada yang mengganjal di balik kaki mulusnya Naya." Ulas Lis,membuat Naya terbatuk, ludahnya tercekat di kerongkongan,dengan mata melotot tajam pandangi Lis.
"Aku,juga manusia biasa ,Lis! Jangan menuduhku yang bukan-bukan." Naya bereaksi pada ucapan Lis barusan. Seolah-olah mengatakan bahwa dirinya bukan manusia sungguhan.
"Hahaha... lucu sekali." Zi, tertawa terbahak-bahak melihat wajah Naya yang berubah merah padam dengan bibir mengerucut, cemberut. Mereka mengobrol hingga mata mengantuk.
Zi, kembali ke dalam kamarnya setelah puas tertawa hingga perutnya terasa keram. Naik ke lantai dua,namun sebelum itu Zi berjalan ke kamar Ayah dan Ibunya, mendorong pelan pintu kamar, ternyata di kunci dari dalam. Sambil mencebik layu karena harapannya tidak sesuai kenyataan, akhirnya Zi memutuskan untuk benar-benar naik ke lantai dua.
•••
Pagi harinya Zi terbangun lebih awal. Tidak ingin membuang waktu lagi Zi langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Mengganti pakaian dengan yang sederhana lalu turun ke bawah.
"Pagi, Ayah." Zi menyapa Alger yang sudah duduk di ruangan tamu. "Pagi,sayang.. Zi sudah bangun?" Alger membuka kedua tangannya dengan lebar agar Zi bisa masuk ke dalam pelukan hangatnya. "Sudah. Ayah sudah sembuh? Yeay..kita bisa berpetualang lagi di hutan hari ini." Zi berseru girang, wajahnya di liputi oleh senyuman manis yang membuat Alger semakin bahagia.
"Hari ini tidak ada petualangan, Zi. Ayah harus ke kebun untuk melihat situasi tanaman kita. Kabarnya gandum sudah siap panen, mungkin Ayah akan ke kebun untuk memeriksanya dan semakin jarang di rumah untuk beberapa Minggu ini." Mengusap lembut pucuk kepala Zi. Alger mencium rambut Zi yang wangi akar tumbuhan,ini adalah wangi kesukaan Alger juga.
"Yah.. jadi jarang kita bercandanya." Zi, membenamkan wajahnya di dada bidang Ayahnya. Bersungut-sungut seperti anak kecil. Alger hanya tertawa menanggapi. Tidak mau berbicara yang membuat mood putrinya semakin buruk.
"Zi. Hari ini bantu Ibu untuk melihat toko ke Kota,ya? Ayah tidak bisa karena Dia harus ke kebun. Ibu juga tidak bisa karena banyak pesanan kue di rumah,mau ya,Zi?" Kansa berseru setelah ikut duduk di sofa berseberangan dengan Alger dan Zi yang tengah duduk di pangkuan Ayahnya.
"Yah.. Ibu."Zi,membuang napas panjang."Untuk Ibu, Zi tidak bisa menolak. Nanti Zi pergi ke Kota setelah sarapan pagi." Sahut Zi memaksakan diri untuk tetap tersenyum. Tidak ada kata lelah untuk permaisuri rumah segi lima. Jika sebuah perintah turun,maka harus di selesaikan dengan baik apapun kendala,dan kondisinya.
Kansa terkekeh melihat ekspresi manyun putrinya. Tidak ingin membuat gadis kecilnya kelelahan,tapi tidak ada lagi tempat untuk bersandar selain Zi,dan Alger. Mau tidak mau,ya mereka harus mau!!
Kansa mengeluarkan uang janjinya untuk,Zi. Menatanya di atas meja seraya menghitung ulang agar Zi ikut percaya. "Ini,uang belanja buat,Zi. Kemarin Ibu berjanji untuk melebihkan uang belanja Zi,kan? Nah ambillah buat bekal nanti di kota." Mengangsurkan uang yang sudah di hitungnya pada Zi,tentu saja gadis kecil itu menerimanya dengan sangat antusias dan berlapang dada. "Terima kasih banyak,Ibu. Lain kali kalau mau di tambah lagi Zi sangat bermurah hati untuk menerimanya." Ulas Zi dengan wajah berseri-seri, perempuan mana yang ketika melihat uang matanya akan kendur,dan wajahnya menjadi murung?
"Astaga ,Zi. Giliran dengan uang saja matanya langsung mekar,pas di mintai untuk pijitin punggung Ayah, matanya langsung,layu,nempel seperti di kasih lem perekat." Cibir Alger sambil mendorong pelan bahu Zi hingga gadis itu reflek turun dari lutut sang Ayah. "Ck. Ayah, sangat pelit!" Pekik Zi tidak terima di dorong secara tiba-tiba.
"Sungguh, rasanya kaki Ayah terasa pegal-pegal, Zi. Duduk sendiri saja ya, hehe.." Alger tertawa, tidak peduli wajah Zi yang menggembung karena tidak terima.
"Ayah. Hari ini Ibu banyak pesanan, alat-alat pemanggang kue Ibu juga sudah mulai rusak,kita beli baru ya,Yah?" Kansa berseru sambil mengambilkan Sup kentang campur daging sapi untuk,Zi.
"Iya,Bu. nanti Ayah berikan uangnya. Ibu,bisa berbelanja ke toko sendiri kan? Ayah sibuk di kebun pastinya." Sahut Alger menunggu kedatangan Sup kentang campur daging sapi untuknya, sambil memegang sendok dan garpu.
Obrolan tentang alat pemanggang kue,berjalan cukup lama. Sepertinya topik pagi ini akan di habiskan di pemanggangan. Zi, tidak bersuara,ia, menghabiskan makanannya sambil diam,dan anggun.
(Pemanggang di zaman ini,masih menggunakan bara api,ya,teman-teman. Belum ada listrik soalnya! Setrikaannya juga masih menggunakan alat zaman dulu,dengan setrika bara api. Ini hanya sedikit informasi saja.
Satu lagi teman-teman,jika ada bahasanya yang sedikit kekinian tolong kasih tau ya biar nanti aku ganti, soalnya aku juga masih tahap belajar menulis cerita. Terima kasih atas kerjasamanya.)