Hera membaca novel Fantasi yang tengah trending berjudul "Love for Ressa", novel klasik tentang Dante, seorang Duke muda yang mengejar cinta seorang gadis bernama Ressa.
Tentunya kisah ini dilengkapi oleh antagonis, Pangeran Mahkota kerajaan juga menyukai Ressa, padahal ia telah bertunangan dengan gadis bernama Thea, membuat Thea selalu berusaha menyakiti Ressa karena merebut atensi tunangannya. Tentunya Altair, Sang Putra Mahkota tak terima saat Anthea menyakiti Ressa bahkan meracuninya, Ia menyiksa tunangannya habis-habisan hingga meregang nyawa.
Bagi Hera yang telah membaca ratusan novel dengan alur seperti itu, tanggapannya tentu biasa saja, sudah takdir antagonis menderita dan fl bahagia.
Ya, biasa saja sampai ketika Hera membuka mata ia terbangun di tubuh Anthea yang masih Bayi, BAYANGKAN BAYI?!
Ia mencoba bersikap tenang, menghindari kematiannya, tapi kenapa sikap Putra Mahkota tak seperti di novel dan terus mengejarnya???
note: cari cowo bucin mampus? langsung baca aja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salvador, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 30
...****************...
Di Istana Scarelion
Harusnya Anthea senang hari ini pengobatan dan pemulihan lukanya sudah sepenuhnya selesai setelah satu bulan penuh ia terus mengkonsumsi obat-obatan. Namun, mendapati keberadaan keluarga Baron Marino yang tidak lain adalah keluarga Ressa membuat Anthea sedikit tak senang.
Ingat, hanya ‘sedikit’. Anthea sudah menyiapkan hati yang lapang untuk menerima alur novel. Ia tak akan mementingkan urusan perasaan dibanding nyawanya.
Menjelang siang ini, Anthea menyusuri salah satu taman Istana. Ia berkunjung karena hari ini memang jadwalnya bertemu Altair sebagai sang tunangan, walaupun Altair sudah sering ke mansion Millard belakangan ini.
Mengenai Altair, yang Anthea dengar dari kepala pelayan ia tengah berdiskusi dengan Baron Marino karena kinerja bangsawan itu yang semakin meningkat belakangan ini. Karena itu ia mendapat panggilan langsung dari Raja dan Ratu, dengan kata lain keluarga kerajaan dan keluarga Marino tengah berada di ruangan yang sama saat ini.
Itu hanya pertemuan keluarga bangsawan biasa, tak perlu terlalu memikirkannya. Batin Anthea sembari duduk di gazebo taman, ada Bi Mela yang selalu setia menemaninya berdiri di belakang.
“Apa Nona membutuhkan camilan?” Tanya Bi Mela, ia memperhatikan wajah Anthea yang sedari tadi hanya diam.
Anthea menggeleng, “Tidak, Bibi.” Jawabnya singkat.
Suara tapak pantofel menyusuri jalan setapak di taman, mau tidak mau membuat Anthea menoleh. Mendapati seorang Pria dengan pakaian kebesaran bangsawan dan bros lambang salah satu keluarga Duke.
“Salam kepada Putri Mahkota Scarelion, apa saya mengganggu waktu Tuan Putri?” Tanya pria itu dengan sedikit menunduk memberi hormat.
Anthea terdiam, jujur ia sedikit terkejut. Anthea sangat mengetahui lelaki dengan iris kelabu di hadapannya ini, dua tahun yang lalu ia bahkan menghadiri acara pengangkatan pria ini sebagai Duke di usia nya yang masih sangat muda.
Dante Argaleon San Varegar, Pemeran Utama dalam dunia ini. Ia menjadi Duke saat masih di usia 18 tahun karena kemalangan yang membuat kedua orangtuanya tiada.
“Tentu tidak, Duke Varegar.” Jawab Anthea dengan senyum formal, mempersilahkan laki-laki itu duduk di sisi gazebo yang lain.
Sebenarnya ini bukan pertama kali Anthea melihatnya, beberapa kali mereka bertemu di acara formal, tentu Anthea memperhatikan laki-laki itu diam-diam selama ini, namun tak pernah bertegur sapa. Baru kali ini, dan Anthea tak menyangka laki-laki yang dikenal dingin itu menyapanya lebih dulu.
Wah, pasti ia sudah mulai pdkt dengan Ressa, Batin Anthea. Mengingat ulang tahun Ressa sudah lewat, Anthea cukup penasaran karena laki-laki ini digambarkan cukup romantis dalam novelnya.
“Apa Anda memiliki urusan dengan Raja?” Tanya Anthea, sekadar basa-basi.
Dante, Pria itu mengangguk, “Saya menunggu Raja menyelesaikan pertemuannya.”
Hening beberapa saat, sebenarnya Anthea cukup malas berbasa-basi dengan orang asing dan terjebak di situasi seperti ini.
“Bagaimana keadaan Putri? Saya turut prihatin karena kejadian yang menimpa Anda,” Tanya Dante, saat itu ia juga menghadiri acara Ressa, sedikit kegaduhan terjadi mengingat Putri Mahkota yang diundang tak kunjung datang, ternyata malah tertimpa musibah.
“Jauh lebih baik, pengobatan yang ku terima mempercepat kesembuhanu.” Jawab Anthea.
“Istana tentunya memberikan pengobatan terbaik pada satu-satunya Putri di Kerajaan ini,” ujar Dante tersenyum tipis, menatap lekat gadis di depannya.
Anthea salah fokus akan itu, tak begitu mendengarkan ucapan Dante. Ia akui Dante memang tampan benar-benar sesuai visualisasi novel sebagai pemeran utama pria.
Tapi, kenapa rasanya Altair lebih tampan?
“Anthea!”
Baru saja Anthea pikirkan, Pangeran Mahkota kita sudah menuju Anthea dan dengan terang-terangan menunjukkan tatapan menghunus pada pria di depan tunangannya itu.
“Baru kutinggalkan sebentar sudah ada serangga yang mendekati permataku,” ujar Altair menatap Dante tajam, di balas dengan senyuman miring dari Dante.
Anthea menghela nafas melihat sikap kekanakan Altair, tapi ia tak salah lihatkan? Apa maksud senyuman Dante barusan?
“Silah kan menemui Raja jika kau memiliki keperluan, Raja tengah senggang saat ini.” Ucap Altair.
Dante yang sepenuhnya sadar maksud pengusiran laki-laki itu mengangguk pelan, “Baiklah, saya pamit, Pangeran, Tuan Putri.” Ujarnya sopan sebelum berlalu dari pasangan itu.
“Jangan dekat-dekat dengannya, Anthea. Dia jauh di bawahku, kau tidak akan bahagia jika hidup bersama laki-laki miskin seperti dia.” Omel Altair saat mereka sudah berdua saja.
Tersenyum tipis, Anthea menatap tunangannya itu, “Dengar Altair, tidak semua laki-laki berniat menikahiku. Apalagi Dante, dia bahkan baru saja datang, hentikan pemikiranmu yang terlalu jauh itu.” Ujar Anthea.
“Aku laki-laki, Anthea. Aku paham bagaimana tatapan laki-laki pada lawan jenisnya.” Sangkal Altair, kekeh pada pemikirannya, “Dan apa kalian sedekat itu sampai kau memanggilnya hanya dengan nama?”
“Tidak, aku hanya asal sebut.”
Altair menatap tak percaya, “Benar, Altair. Bahkan baru kali ini aku berbicara dengannya.” Ucap Anthea meyakinkan.
Akhirnya, Altair mengangguk, “Baiklah, aku percaya. Lain kali kalian tidak perlu berbicara lagi,” ujarnya.
Anthea hanya mengangguk, wajar dengan sikap Altair setiap Anthea terlihat dekat dengan laki-laki lain seperti barusan.
***
Kekesalan kembali melingkupi Altair, niatnya yang ingin berdua saja dengan sang kekasih, malah mendapat panggilan makan siang bersama dari ayahnya.
Mungkin Altair akan biasa saja jika hanya keluarganya dengan Anthea, tapi ada orang asing bersama mereka, termasuk laki-laki yang tadi mendekati Anthea-nya.
Begitupun dengan Anthea, tak ia sangka akan berada di satu meja dengan para pemeran utama novel ini. Ada Ressa dan keluarganya, Keluarga Kerajaan, dan Duke Dante.
“Silahkan nikmati hidangan yang tidak seberapa ini,” ujar Ratu Valery sebagai tuan rumah, memulai acara makan siang itu.
Keheningan melingkupi meja itu, semuanya makan dalam diam sesuai tata krama kerajaan. Barulah ketika menikmati hidangan penutup, mereka memulai pembicaraan.
“Ini puding coklat kesukaan Anthea,” ujar Alaric meletakkan puding di hadapan Anthea, ngomong-ngomong laki-laki yang lebih muda satu tahun dari Anthea itu tengah libur bulanan, jadi berada di istana sekarang.
“Terima kasih, Alaric.” Anthea menerimanya dengan senang hati.
Baru saja hendak menyendoknya, seseorang menyingkirkan puding itu, menggantinya dengan puding lain yang berbeda wadah.
“Itu tinggi gula, Anthea lebih suka yang ini,” ucap Altair, ia tau Anthea menghindari makanan tinggi gula untuk menjaga berat badannya.
Anthea hanya mengangguk, sebenarnya tak masalah juga akan keduanya.
“Bukannya kau suka makanan manis?” Tanya Alaric.
“Kau mana tau. Dan panggil Anthea kakak, Alaric!” Bukannya Anthea yang menjawab, Alaric malah mendapat semburan dari kakak kejamnya.
“Anthea saja tak masalah, kenapa kau yang marah?” Tanya Alaric mengejek.
“Itu tata krama, putraku,” Baiklah, suara tenang dari ibunya tak akan membuat Alaric menjawab lagi.
Altair tersenyum miring menatap adiknya itu, yang di balas tatapan kesal.
“Sepertinya Putri Anthea begitu dekat dengan keluarga kerajaan, ya.” Ujar Baroness Marino terkekeh pelan, memperhatikan interaksi keluarga kerajaan itu.
“Ah, seperti yang Anda tau, Anthea adalah keluarga kerajaan itu sendiri,” jawab Ratu Valery dengan ciri khas keanggunannya.
“Benar juga, Yang Mulia Ratu,” ujar Baroness Marino tersenyum canggung, aura kebangsawanan Ratu membuatnya cukup segan, ia beralih menatap putrinya.
“Ngomong-ngomong Putri ku sebaya dengan Putri Mahkota, sayang sekali ia tak berkesempatan bergabung dengan kerajaan, ya.” Lanjut Baroness Marino sembari tertawa, diikuti suaminya.
“Kalau saja Ressa lebih muda dari Pangeran Alaric, mungkin berkesempatan.” Ujar Baron Marino menyahut.
Anthea terdiam walau tetap mengunyah pudingnya, ia paham maksud suami istri itu. Kasarnya, ingin menyodorkan putrinya, tetapi tak dapat karena Anthea terlanjur bersama Altair.
Anthea menatap Ressa, sepertinya gadis itu cukup tertekan karena ucapan ayah dan ibunya yang asal bicara.
“Ya, mungkin belum berjodoh.” Sahut Raja Dierez santai. Perbincangan seperti ini biasa ia hadapi, wajar jika bangsawan menginginkan Putrinya dapat masuk ke keluarga kerajaan.
“Bagimana hidangan kecil kami, apa kalian menikmati?” Tanya Raja Dierez.
Baroness Arindia—Ibu Ressa menyahut, “Yang Mulia begitu merendah. Ini makanan terbaik yang pernah kami coba, apalagi dapat bergabung dengan Anda sekalin di sini,” Jawabnya tersenyum tipis.
Raja Dierez mengangguk, “Bagaimana dengan Anda, Duke Varegar?” Tanya nya pada laki-laki yang sedari tadi diam.
Dante,.laki-laki itu mengangguk, “Saya terkesan akan hidangannya, Yang Mulia.” Jawabnya sopan.
“Ngomong-ngomong, aku takjub akan kinerjamu selama menjabat. Pertahankan potensi baikmu itu, Duke.” Ujar Raja Dierez.
Mendapat pujian dari Raja di depan banyak orang seperti ini, berarti menunjukkan bahwa Raja memang begitu terkesan.
“Tentu, Yang Mulia.” Jawab Dante.
Ya, sesuai narasi novel yang Anthea baca, laki-laki itu tak banyak bicara. Tapi, Anthea sedikit salah fokus pada kedua main character itu, Dante dan Ressa duduk berdampinga. Namun tak ada interaksi lebih yang ditunjukkan keduanya.
Apa hubungan mereka masih saling sembunyi? Batin Anthea penasaran.
Sedangkan di sisi Altair, ia peka pada Anthea yang sesekali mencuri pandang pada Duke Varegar, dan sangat tak menyukai itu.
***
tbc.
Karena emang ada beberapa bagian yang kayak kurang dikupas tuntas sama pembalasan untuk beberapa tokoh yang kurang. Tapi sekali lagi, not bad. Cukup aja segini tapi bukan berarti ga bisa dikembangin.
Tapi yang aku salutnya, isi cerita ini tu bener bener mateng sebenernya, serius. Next, kamu pasti bisa buat cerita yang lebih wah lagi! aku tunggu yaa!
Yuk, yang lain baca cerita ini juga! ga bakalan ngecewain kok! serius.
💌🧚🏻♀️
kyk orang punya penyakit anxiety, sibuk dengan pemikiran sendiri..
terlalu terpaku pada novel, malah jadinya dia sendiri yg bakal buat altair menjauh..