Karena Kesalapahaman Aku dipaksa Menikah dan diperlakukan dengan tidak adil. aku disiksa dan dilecehkan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GeGra Mom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Halo bos, pekerjaan beres. Malam kami akan mengeksekusi ke tempat biasa” lapor pada sang atasan
“hm, kerja bagus” panggilan diputuskan.
Pukul 8 malam aku keluar kamar, menuju minimarket terdekat untuk membeli mie goreng, mie kuah dan sosis. Setelah mengambil dan membayar aku pulang. Diperjalanan sebuah mobil hitam terparkir, tanpa curiga aku berjalan melewati mobil, tiba-tiba mulutku dibekap dengan sapu tangan dan aku tak sadarkan diri.
Ketika tersadar aku berada di sebuah kamar, yang hanya ada kasur. Jendela tertutup rapat. Aku bangun dan meraih gagang pintu terkunci. ‘Dimana ini’ batinku.
Aku mengetok pintu dan meminta tolong tak ada sahutan dari luar.
“Tolong, tolong aku, tolong buka pintunya” teriakku dari dalam. Teringat hp, tapi nihil.
‘apakah aku diculik? Tapi tidak mungkin akukan bukan orang kaya’ batinku berperang
Aku terduduk memeluk kedua kakiku diatas kasur.
Pintu terbuka, seorang pria menatapku dengan datar, mata merah penuh amarah. Berjalan mendekatiku. Tubuhnya gemetaran, keringat membasahi wajahku bercamput airmata. ‘Ya Tuhan apa lagi salahku, kalau ini akhir hidupku aku pasrah Tuhan’ batinku
Tepat didepanku dia berjongkok kedua tangannya mencengkram leherku, menarik tuhubuh yang lemah karena ketakukan. Dia melemparku ke sudut ruangan. Kepalaku membentur dinding. Aku meringis merasakan ketakutan.
dia mendekatiku dan menendang perutku beberapa kali. Dengan sepatunya menginjak jari-jariku. Karena kutakutan aku tak sanggup mengeluarkan suara. Ditariknya rambutku hingga aku terduduk, plak plak plak plak. Pipiku panas. Mendorongku hingga tersunggkur di lantai.
Setelah puas dia berlalu keluar dari kamar. Samar-samar kudengar pintu terkunci dari luar.
Akupun tertidur dilantai. Ketika bangun seluruh tubuhku terasa remuk. Berharap ini hanya mimpi. Perlahan kugeser tubuhku hingga di kasur. Tenggorokanku kering, perutku nyeri. Sungguh miris nasibku. Aku menangis dalam diam.
Pintu dibuka dari luar, tubuhku tak bisa kugerakan, suara langkah kami berjalan mendekat.
“Nona bangunlah” suara lembut memanggil dan menyuntuh bahuku yang bergetar karena ketakukan
Ku buka mataku dan berbalik secara perlahan sambil meringis menahan sakit, kulihat senyum tulus menatapku dengan sedih dan iba.
“Jangan takut, nama bibi surti. Bibi disuruh tuan menjaga kamu. Bangunlah bibi sudah buatkan makan buat kamu. Tapi kamu mandi dulu ya. Ini pakaian kamu sudah ada” lanjut bibi
“Ia bi, tapi badan ku sakit semua bi. Tolong bantu aku ya bi” kataku dengan suara yang nyaris tak terdengar
Bibi memapahku berjalan menuju kamar mandi. Untunglah tubuhku kurus hingga bibi tidak kesusahan. Setelah mandi, bibi menyuapiku. Setelah itu bibi memberikan obat untuk menghilangkan rasa sakit. Bibi pun pamit keluar dan aku langsung tertidur.
Ketika terbangun, aku melihat ruangan yang berbeda lagi. Pintu terbuka, Ka hendri berdiri dengan amarah. Tubuhku kembali meregang merasakan ketakutan. Berjalan dengan langkah pasti kearahku. Menarik selimut dan menarik tubuh kecilku dan menghembaskan ke dinding.
Bugh
Auww shshsh ”Ttuan ttolong jangan ssakit ttuaan” kataku dengan terbaca antara rasa sakit dan takut
“kamu anggap ancamanku main-main, rasakan ini sialan” katanya sambil kakinya kembali menginjak-nginjak tubuhku. Aku meringgkuk pasrah karena perutku masih terasa sakit.
Setelah puas dia keluar dari ruangan dan kembali mengunci pintu dari luar. Kudengar langkah kaki mendekat. Seseorang memapah tubuhku dan menidurkannku.
“nona, bangunlah” suara bi surti lembut. “bibi bantu bersihkan tubuhmu ya” lanjut bi surti
Aku mengangguk lemah. Setelah mengganti pakaianku bibi menyuapiku makan dan memberikannku obat. “tidurlah, bibi kasian dengan kamu, tapi bibi tak bisa membantu. Maafkan bibi” berdiri meninggalkanku.
Beberapa saat setelah kepergian bibi, pintu kamar terbuka, berdiri sosok yang sangat kutakuti.
Dengan penuh amarah hendri menarik selimut yang menutupi seluruh tubuhku. Aroma alkholol tercium. Menarik tubuhku dan merobek pakaian hingga aku tak selempar kainpun melekat di tubuhku. Menatapku dengan penuh napsu. Aku hanya bisa menangis sambil menggelengkan kepala. Dengan senyum sinis dia membuka kedua pahaku dengan paksa. Kurasakan ada sesuatu yang besar memaksa masuk dia antara kedua pahaku. ‘Ya Tuhan jangan, lebih baik aku disiksa. Tuhan tolong aku’ batinku.
Setelah berusaha beberapa kali percobaan, akhirnya masuk juga ke inti tubuhku. Hendri berkenti sebentar menatapku dengan senyum puas kemudian memaju mundurkan pinggulnya dengan kasar, belum puas disana di memasukan miliknya ke lubang anusku. ‘Ya Tuhan tolong aku, tolong ambil nyawaku’ batinku sebelum aku tak sadarkan diri.
Setelah terbangun aku melihat tubuhku tertidur dibalik selimut. Bi surti duduk di kursi di sebelah tempat tidur. Menatapku dengan penuh iba.
Aku menatap bibi sambil berlinang air mata, bibi berdiri dan memelukku.
“bi tolong aku, aku sudah tidak sanggup lagi” kataku berurai air mata.
“Kata tuan kamu nona disuruh minum ini” sambil menyerahkan sebuah pil padaku
“Pil apa ini bi?” tanyaku
“Katanya pil pencegah kehamilan” kata bibi sendu
“Baik bi, aku akan meminumnya” kataku
Setelah meminumnya. Bibi membantu menbersihkan tubuhku. Dan kembali memapahku ke tempat tidur.
“Istirahatlah nona, tuan akan perjalan dinas selama beberapa hari. Tapi bibi tidak bisa membantumu lebih, hanya ini yang bisa bibi bantu” lanjut bibi
“Ia bi, makasi ya” jawabku pelan.