Apakah masih ada cinta sejati di dunia ini?
Mengingat hidup itu tak cuma butuh modal cinta saja. Tapi juga butuh harta.
Lalu apa jadinya, jika ternyata harta justru mengalahkan rasa cinta yang telah dibangun cukup lama?
Memilih bertahan atau berpisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ipah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Pengusiran
"Sayang, aku mohon jangan sembarangan berbicara soal cerai. Aku yakin semua ini masih bisa diperbaiki. Karena hanya salah paham semata, jangan sampai kamu jadi istri durhaka."
"Surga dan neraka ku bukan urusan mu. Aku sangat lelah, ingin segera istirahat. Tolong kamu segera pulang."
Doni terus saja mengeluarkan bujuk rayunya pada Mala. Tapi gadis itu terlihat tidak peduli.
"Baiklah, lalu bagaimana caraku pulang? Jika kunci mobilnya ada padamu sayang?"
"Itu bukan urusanku. Toh kamu punya otak yang bisa digunakan untuk berpikir kan? Kamu bisa naik taksi, ojek atau angkutan umum lainnya kan?" sindir Mala.
"APA? Naik angkutan umum? Mala, kamu benar-benar tega dan kejam." ucap Doni dengan kesal.
"Aku berbuat kepada seseorang seperti mereka memperlakukan ku. Jika mereka baik, aku akan jauh lebih baik. Begitu pula sebaliknya, jika mereka jahat, aku juga bisa lebih jahat dari mereka. Mahes, ayo masuk."
Mahes kembali mendorong Mala lebih cepat masuk ke rumah, lalu mengunci pintunya. Doni menggedor-gedor pintu itu, tapi tetap tak merubah pendirian Mala.
Security yang berada di pos satpam, tergopoh-gopoh mendekati Doni.
"Hei mas. Jangan buat keributan di sini. Ayo buruan keluar."
Security itu menarik lengan tangan Doni secara paksa. Dan hendak menggiringnya keluar dari kawasan rumah megah Mala. Tapi Doni terus saja memberontak.
"Woi, kamu ngga bisa berlaku semena-mena ini pada ku ya. Dasar satpam sialun." maki Doni dengan wajah yang merah padam.
"Baiklah, aku tidak akan menarik paksa tanganmu. Tapi tolong segera keluar dari rumah ini. Karena rumah mu bukan disini." akhirnya security itu melepaskan cengkraman tangannya.
"Awas kamu ya, jika nanti aku berhasil mendapatkan hati istri ku lagi. Hal pertama yang akan ku lakukan adalah memecat mu." Doni melotot sambil menunjuk mata security dengan telunjuk tangannya. Setelah itu dia melangkah pelan untuk pergi.
Sengaja ia melangkah pelan, berharap Mala berubah pikiran dan membukakan pintu untuknya. Tapi sampai di gerbang, pintu yang kokoh itu tak kunjung terbuka. Membuat ia menghela nafas kasar.
"Apes sekali nasib ku. Menikah sama wanita cantik dan kaya raya. Belum sempat un boxing, sudah kecelakaan duluan.
Kenapa ngga mati saja sekalian, jadi aku sangat mudah menguasai hartanya. Kalau cuma dibikin cacat ternyata kelakuannya justru semakin menjadi jadi.
Aku kira ia mau menerima aku menikah lagi, karena mana ada laki-laki yang mau menerima tulus segala kekurangannya. Pasti lah jika ada yang mau menerima, laki-laki itu hanya mengincar hartanya saja.
Sekarang kalau sudah begini, aku ngga dapat uang dua ratus juta, ngga dapat perusahaan. Eh sekarang mobil satu-satunya hadiah dari papa mertua malah diminta wanita cacat itu lagi.
Awas saja, akan ku buat kamu menderita karena sudah menyia-nyiakan laki-laki setulus aku."
Doni terus bermonolog seorang diri, hingga tak memperhatikan orang yang kebetulan melintas di jalan. Dan beberapa orang menganggap laki-laki itu adalah seorang gangguan jiwa.
Karena diliputi amarah yang besar dan berkobar-kobar, ia menendang batu kerikil yang kebetulan ada di hadapannya hingga melayang cukup jauh.
"Waduh." teriak laki-laki yang sedang duduk di atas sepeda motor nya, bersama dengan beberapa temannya.
Pandangan laki-laki itu mengarah pada Doni yang tengah berjalan di seberang, dengan mulut komat-kamit dan sesekali kakinya menendang apa saja yang ada didepannya.
"Woi!" teriak laki-laki yang ada di atas sepeda motor tadi.
"Berhenti kamu." seru laki-laki itu pada Doni, tapi Doni masih bersikap tak acuh.
"Aku bilang berhenti!" seru laki-laki yang menaiki sepeda motor, sambil melempar sandal. Dan tepat mengenai kepala Doni.
Rombongan laki-laki itu terkekeh bersamaan. Sedangkan Doni celingak-celinguk mencari pelaku pelempar sandal. Sampai matanya tertuju pada rombongan laki-laki yang masih terkekeh.
"Woi, rese sekali kalian. Melempar sandal pada ku." Doni menunjuk rombongan laki-laki itu dengan wajah yang semakin merah padam.
Sakit hatinya belum sembuh akibat pengusiran yang dilakukan oleh Mala. Eh, sekarang di tambah rombongan laki-laki jahil.
"Kamu yang mulai duluan. Aku sedang asyik ngobrol dengan teman-teman ku, kamu malah melempar ku dengan batu."
Doni bersikap acuh, lalu kembali melanjutkan perjalanannya. Laki-laki yang terkena lemparan batu karena tak terima dengan sikap Doni bergegas menghampirinya.
"Woi, seenaknya saja main kabur." seru laki-laki itu pada Doni.
"Mau mu apa?" Doni kembali terpancing emosinya.
"Kamu harus minta maaf pada ku. Kalau perlu bawa aku periksa ke dokter, karena jidatku sampai bengkak dan berdarah." laki-laki itu menunjuk ke bagian kepalanya yang terasa sakit. Doni pun mengikuti arah telunjuk laki-laki di depannya, lalu terkekeh kecil.
"Cuma berdarah sedikit saja, mau diperiksakan ke dokter. Cemen lu."
"Apa kamu bilang? Aku cemen?" laki-laki itu mengulang perkataan Doni dengan nada tinggi dan mata melotot.
. y.. benar si kata Mahes klo pun hamidun lg kan ada suami yg tanggung jawab,... 😀😀😀
alhmdulilah akhirnya, Doni dan Siska bisa bersatu, nie berkat mbak ipah jg Doni dan Siska menyatu... d tunggu hari bahagianya... 🥰🥰🥰👍👍👍
tebar terus kebaikanmu... Siska, bu Mirna dan Doni syng padamu, apalagi Allah yg menyukai hambanya selalu bersyukur... 😘😘😘😘
nie yg akhirnya d tunggu, masya Allah kamu benar 2 sudah beetaubat nasuha, dan kini kamu bahkan membiayai perobatan bu Mirna dan jg menjaganya... tetaplah istiqomah Siska... 👍👍👍😘😘😘