Alea terkejut melihat pengkhianatan Elang dan Amanda yang merupakan suami dan adik tirinya. Ketika dia ingin memberi pelajaran pada keduanya, datang Noah yang merupakan kekasih Amanda. Pria itu justru menawarkan hal yang tak terduga.
"Menikahlah denganku, Alea. Kita bisa membalas perbuatan mereka berdua," ucap Noah tersenyum dengan penuh arti.
Alea terpaku dengan ucapan Noah. Wanita itu dilema karena dihadapkan pada ajakan Noah dan pengkhianat suaminya. Apakah yang akan terjadi selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Yune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Alea terkejut ketika membuka pintu mendapati sang ayah datang dengan wajah tidak dapat didefinisikan. Raut wajah Bastian tidak terlihat baik-baik saja. Safira yang berada di belakang Bastian, tidak berani melihat Alea.
"Masuk, Ayah, Tante," ucap Alea mempersilakan Bastian dan Safira memasuki apartemennya.
Entah dengan cara apa Bastian dan Safira mengetahui bila Alea berada di apartemen. Yang pasti keduanya tampak canggung berhadapan dengan Alea.
Alea menyudutkan dua cangkir teh untuk Bastian dan Safira. Tidak ada yang membuka suara, ketiganya larut dalam pikirannya masing-masing. Hingga Bastian membuka pembicaraan.
"Ayah sudah tahu semuanya, Elang mengkhianatimu dengan berselingkuh. Yang Ayah sayangkan Amanda adalah orang ketiga dalam pernikahan kalian," ujar Bastian dengan mata sendu.
Safira menggenggam tangan Alea. Walau Alea bukanlah anak kandungnya, tetapi dia merasa sangat bersalah atas apa yang dilakukan oleh Amanda. Kelakuan Amanda tidak bisa dimaafkan, dia merebut suami Alea hingga dirinya sendiri hamil.
"Maafkan, Tante. Semua ini merupakan salah Tante yang tidak bisa mendidik Amanda dengan baik," ucap Safira penuh penyesalan.
Alea memandangi Safira, kemudian memejamkan matanya. Dia tidak mungkin menyalahkan Safira karena kesalahan dari Amanda. Wanita itu sudah dewasa dan mengerti konsekuensi yang dilakukannya.
"Tante tidak perlu meminta maaf padaku, semua telah terjadi. Aku juga salah karena memberikan kesempatan keduanya untuk bersama. Akan tetapi, aku... Tidak bisa memaafkan Amanda dan Elang semudah itu. Aku ...."
Tidak ada lagi hal yang bisa Alea katakan. Tenggorokannya seolah tercekat. Ingin menanyakan kalau sudah melupakan pengkhianatan Elang dan Amanda, tetapi rasanya tidak mungkin.
Hal itu masih jelas dalam ingatan Alea. Keduanya dua kali berhubungan badan di tempat kerja mereka sendiri. Bahkan, ibu mertuanya pun melihat perbuatan amoral dari Elang dan Amanda.
"Ayah sudah melakukan hal yang benar dengan mencoret Amanda dari keluarga Anggara. Kamu tidak perlu khawatir, Alea. Aku tidak akan pernah merestui pernikahan mereka. Apa pun yang terjadi," gumam Bastian pada putri sulungnya itu.
Alea menggeleng tidak menyetujui ucapan Bastian. Biar bagaimana pun, Amanda harus menikah dengan Elang. Ada janin yang memerlukan pertanggung jawaban ayahnya.
"Sebaiknya, Ayah pikirkan lagi. Amanda dan Elang harus menikah. Ada anak yang tidak bersalah, kasihan sekali bila dia harus terlahir tanpa seorang Ayah. Dulu, aku beruntung Papa Julian mau mengakuiku sebagai anak. Bagaimana dengan Amanda bila dia memiliki anak tanpa seorang suami?"
Perkataan Alea bagaikan pukulan telah bagi Bastian. Dulu, Bastian tidak ingin mengakui Alea sebagai darah dagingnya. Dengan mudah, dia mencampakkan Dara yang sebatang kara hingga hampir mengakhiri hidupnya sendiri.
Saat ini, Bastian dihadapkan dengan pilihan sulit. Hati anak pertamanya pasti sangat terluka bila Bastian membiarkan Amanda dan Elang menikah. Namun, perkataan Alea membuatnya tersadar tidak ada cara lain yang dapat digunakan untuk memberikan status pada cucunya.
"Tapi, Ayah tidak mungkin membuatmu semakin bersedih. Dia telah merebut suamimu, Lea. Ayah tidak memiliki muka bertemu dengan Julian dan Dara. Mereka pasti mengira ini semua adalah hasil didikan dariku," ujar Bastian tampak frustasi.
"Percayalah padaku, Ayah. Memang saat ini aku belum bisa memaafkan Elang dan Amanda. Akan tetapi, aku tidak tahu bila di masa depan hatiku telah berdamai dengan semua keadaan ini. Semua yang terjadi pasti ada hikmahnya. Mungkin, jodohku dengan Elang cukup sampai di sini," balas Alea.
"Apa maksudmu dengan jodohmu cukup sampai di sini? Apa kau berniat untuk..."
"Ya, tidak ada cara lain, bukan? Tidak mungkin aku dan Amanda memiliki suami yang sama. Itu tidak diperbolehkan dalam agama. Selain itu, seumur hidup, aku akan tidak pernah ingin dimadu. Tidak ada yang bisa menerima hati yang mulai terbagi."
Alea berkata dengan sangat tegar. Safira yang dulu hampir dimadu karena tidak memiliki anak tentu mengetahui perasaan tidak menentu ini. Belum lagi, Elang telah mengkhianati Alea.
"Jadi, kamu memutuskan untuk bercerai?" Bastian kembali mengkonfirmasi keinginan Alea.
Alea menganggukkan kepala, dia memang sudah memproses perceraiannya dengan bantuan Kirana. Belum lagi, Noah sangat ingin perceraiannya berjalan secepatnya. Entah apa yang akan dilakukan oleh pemuda yang berusia 2 tahun di bawahnya itu.
"Aku memilih untuk mengalah, Yah. Biarkan Elang dan Amanda meraih kebahagiaannya. Amanda mengatakan bila mereka saling mencintai. Jadi, aku lebih baik mengalah dan bercerai dari Elang," ujar Alea.
"Ayah tetap tidak akan mengakui Amanda sebagai anak Ayah lagi. Dia telah memberikan kotoran tepat diwajahku. Sejak awal, Ayah sudah melarangnya untuk bekerja bersama Elang. Tidak menyangka bila hal itu mungkin merupakan akal bulus Amanda untuk mendekati suamimu," ucap Bastian.
Safira menggenggam tangan Bastian. Dia tidak menerima bila hak dari Amanda hilang begitu saja. Walau Amanda melakukan kesalahan, tidak seharusnya Bastian mencoret nama Amanda dari Keluarga Anggara.
"Tolong pikirkan sekali lagi, Mas. Jangan membuat hidup putrimu semakin terpuruk dengan melakukan itu. Ingat kau pernah menyesal karena tidak mengakui keberadaan Alea," ungkap Safira.
Safira meminta pertolongan pada Alea dengan melirik wanita itu. Alea menghela napas, berat rasanya melakukan kebaikan pada Amanda. Dia ingin Amanda menderita dan membalasnya. Nyatanya, yang dilakukan oleh Amanda adalah membujuk sang Ayah.
"Ya, Tante Safira benar. Jangan membuat keputusan secara terburu-buru, Ayah. Darahmu mengalir di tubuh Amanda. Mau kau tidak mengakuinya, dia tetaplah anak kandungmu," ujar Alea.
"Sudahlah, jangan membicarakan anak tidak tahu diri itu. Ayah ke apartemenmu untuk mengetahui kondisimu. Apa kau baik-baik saja, Nak?" Bastian mengalihkan perhatian dari topik tentang Amanda.
Bastian masih ingin memberikan pelajaran pada Amanda. Jadi, dia hanya menjadi penonton dalam hidup Anda selanjutnya. Bastian ingin melihat nasib sang putri yang telah merebut suami kakaknya sendiri.
"Bohong kalau aku bilang, aku tidak apa-apa. Akan tetapi, aku sudah lebih baik dari sebelumnya. Ayah tidak perlu khawatir. Aku sedang berusaha menata hatiku," ucap Alea dengan penuh senyum.
Sang Ayah menepuk pelan bahu Alea. Setelahnya, pria paruh baya itu tidak bisa mengatakan apa pun kecuali maaf yang terus diucapkan.
"Maafkan Ayah, Lea. Ayah merupakan ayah yang buruk karena tidak bisa mendidik Amanda dengan baik," gumam Bastian.
***
Sementara itu, Noah dikejutkan dengan kedatangan Julian dan Alvarez. Tentu saja, Naoh mengenali Julian yang merupakan Papa sambung dari Alea dan Alvarez yang merupakan adik Alea. Hanya saja, dia tidak menyangka kalau Julian dengan mudah mengetahui kalau dirinya adalah anak dari Mahendra Wiratama.
"Apa kau terkejut dengan kedatangan kami, Noah?" tanya Julian dengan tersenyum.
"Sedikit terkejut, Om. Silakan duduk. Apa yang membawa Om dan Alvarez ke Perusahaan ini?" jawab Noah berusaha menetralisir kegugupannya.
Ya Tuhan, aku berhadapan dengan calon mertuaku, batin Noah.
"Langsung saja tidak perlu berbasa basi. Aku ingin mengetahui tujuanmu mendekati putriku. Tidak mungkin dia mengatakan ingin menjalin hubungan denganmu bila kau tidak menggodanya," ucap Julian membuat Noah meneguk ludahnya sendiri.
***
Bersambung...
Terima kasih telah membaca. 🥰
Kecuali kalau mereka berulah baru keluargamu bergerak Alea.......
dan sang adik pun g ada ahklak xa daniri hati yg begitu besar mendorong ia menhalal segala cara