Ditalak ketika usai melahirkan, sungguh sangat menyakitkan. Apalagi Naura baru menginjak usia 20 tahun, harus kehilangan bayi yang dinyatakan telah meninggal dunia. Bagai jatuh tertimpa tangga dunia Naura saat itu, hingga ia sempat mengalami depresi. Untungnya ibu dan sahabatnya selalu ada di sisinya, hingga Naura kembali bangkit dari keterpurukannya.
Selang empat tahun kemudian, Naura tidak menyangka perusahaan tempat ia bekerja sebagai sekretaris, ternyata anak pemilik perusahaannya adalah Irfan Mahesa, usia 35 tahun, mantan suaminya, yang akan menjadi atasannya langsung. Namun, lagi-lagi Naura harus menerima kenyataan pahit jika mantan suaminya itu sudah memiliki istri yang sangat cantik serta seorang putra yang begitu tampan, berusia 4 tahun.
“Benarkah itu anak Pak Irfan bersama Bu Sofia?” ~ Naura Arashya.
“Ante antik oleh Noah duduk di cebelah cama Ante?” ~ Noah Karahman.
“Noah adalah anakku bersama Sofia! Aku tidak pernah mengenalmu dan juga tidak pernah menikah denganmu!”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25. Menyambangi Sofia
Kebiasaan Sofia ketika suami kerja, dan Noah dengan baby sitternya maka ia dengan bebasnya menghabiskan waktu dengan teman sosialitanya. Apalagi hari ini moodnya sedang tidak baik usai pertengkarannya dengan Irfan, ditambah Deri yang mendesaknya untuk segera bikin proposal bisnis agar bisnis yang mereka rancang bisa segera terealisasikan, uang pun cair.
Ya, kini Sofia sedang menikmati brunch di salah satu resto di mall mewah bersama Laras, temannya.
“Benarkan itu mertua dan anakmu, terus yang gandeng anakmu itu baby sitter baru?” tanya Laras sembari mencolek tangan Sofia.
Sofia meletakkan sendok makannya lalu mengiring pandangan menuju arah yang ditunjukkan oleh sahabatnya. Sejenak ia memicingkan matanya agar lebih jelas apa yang ia lihat.
“Duh kenapa bisa ada di sini juga sih,” gumam Sofia langsung memalingkan wajahnya saat tidak sengaja Adiba memandang ke area resto tersebut. Kebetulan area restonya model terbuka hingga bisa melihat jelas apa yang ada di dalamnya begitu juga yang di dalam bisa lihat orang lalu lalang.
“Kenapa Sofia? Tapi benerkan itu mertuamu, terus kok baby sitter kamu cantik banget sih. Emangnya gak bakal khawatir nanti suami digoda, kayak penyanyi itu loh yang akhirnya menceraikan istrinya karena memilih berhubungan sama baby sitter anaknya,” celetuk Laras agak bikin panas hati.
Wanita berhijab itu mendesis pelan. “Iya, itu mertuaku dan perempuan itu bukan baby sitter anakku, tapi sekretaris papa mertuaku,” balas Sofia masih memalingkan wajahnya. Padahal Adiba sangat melihatnya dengan jelas.
“Noah, kayaknya di sana ada mami-nya, tuh,” ujar Adiba memberitahukan sembari menunjukkan meja yang ditempati Sofia. Senyum kecut terbit di wajah wanita paruh baya itu saat ia kembali menatap menantu itu. Sementara itu raut riang Noah mendadak suram, tangan mungilnya semakin erat menggenggam tangan Naura seakan tidak ingin lepas darinya. Kemudian bola mata mungilnya hanya melirik sebentar, lalu teralih ke arah lainnya.
Biasanya seorang anak jika dibilang ada ibu atau ayahnya pasti akan tersenyum riang dan pastinya ingin menghampirinya, tapi berbeda dengan Noah. Bocah tampan itu tidak seperti itu, tampak biasa saja. Dan, hal itu sangat diperhatikan oleh Adiba.
Secara tidak langsung Sofia sudah berhasil membuat image sebagai ibu yang tidak dibutuhkan oleh Noah, padahal bocah kecil itu sangat merindukan kasih sayang seorang ibu sebagaimana mestinya.
“Wow keren banget dong sekretaris mertua kamu, cantik kayak model, bodynya yahud, jangan-jangan sekretaris plus-plus papa mertuamu nih,” ujar Laras seenaknya memiliki praduga tersebut, sehingga Sofia membulatkan matanya.
“Kok kamu menduga ke sana?” tanya Sofia dengan lirikan menyelidiknya, sementara langkah Adiba sedang memasuki restoran itu demi menyambangi menantunya itu. Sedangkan Naura terpaksa menemani karena diminta untuk menemaninya.
“Duh Sofia, kamu itu pemikiran sok polos atau bagaimana sih. Sekarang itu sudah tidak tabu lagi kalau sekretaris bos itu pasti memberikan pelayan plus-plus, selain urusan kerjaan di kantor, kadang mereka itu mengurus urusan ranjang bosnya. Teman kita tuh banyak yang hancur rumah tangganya gara-gara sekretarisnya. Nah, kamu juga kudu hati-hati. Sebaiknya suami kamu sekretarisnya cowok, kalau terpaksa pilih yang cewek, cari yang jelek jangan kayak sekretaris papa mertuamu itu, suamimu pasti akan digoda, apalagi suamimu tampan dan kaya. Aset kamu itu!” imbuh Laras begitu lancar berbicara sampai tidak tahu jika Adib, Naura, dan Noah sudah ada di depan meja mereka.
“Apakah kalian berdua sedang memfitnah wanita yang ada di sebelah saya?” tanya Adiba langsung bersuara.
Degh! Laras langsung mengatup rahangnya, sementara itu Sofia mau tidak mau mengarahkan pandangannya ke sumber suara.
“Mama,” sapa Sofia dengan wajahnya yang memerah, lalu ia beranjak dari duduknya demi mencium tangan mama mertuanya. Sedangkan Laras hanya bisa merutuki dirinya yang tidak melihat keadaan terlebih dahulu sebelum berbicara.
“Percuma Anda berhijab tapi memiliki pikiran negatif pada orang yang tidak ada kenali, fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan! Jangan asal berasumsi jika tidak ada buktinya!” tegur Adiba saat Sofia mencium punggung tangannya.
“Maaf Mah, temanku tidak membahas sekretaris papa kok,” bela Sofia tampak kikuk, lalu melirik Naura dan Noah sekilas. Dan, Noah sama sekali enggan menyapa Sofia, justru memalingkan mukanya.
Adiba berdecak pelan. “Meski Mama sudah tua bukan berarti fungsi telinga Mama tidak berfungsi, Sofia. Pendengaran Mama sangat jelas sampai omongan tetangga saja bisa Mama dengar,” balas Adiba.
“Iya Bu, saya tidak membicarakan sekretaris suami Ibu,” ucap Laras sembari berdiri dan menelisik Naura dari ujung kaki hingga ujung rambut. Sementara itu, Noah memalingkan kepalanya menatap ke arah lain.
“Ayo, Ante, katana kita au ain,” rengek Noah sembari menarik-narik tangan wanita itu.
Lantas Sofia baru teringat ada anaknya, jadi ia memutari meja demi menyambangi bocah tampan itu.
“Noah, anak Mami ... lagi jalan-jalan sama Oma ya?” Suara Sofia sangat lembut saat bertanya dan langsung terlihat ingin mengendong Noah, namun sayangnya tangan bocah tampan itu tidak mau melepaskan tangan Naura.
“Ndak au cama Mami!” tolak Noah, langsung menarik dirinya kemudian bersembunyi di balik punggung Naura.
Wanita berhijab itu menegaknya punggungnya ketika Noah terang-terangan menolak dirinya di depan Adiba, Naura merasa tidak enak dengan keadaan tersebut.
“Noah, itu Mami, kok malah sembunyi, De,” ujar Naura begitu lembutnya. Tangan mungil Noah malah memeluk Naura dari belakang. “Ndak au, Noah ndak au cama Mami, Mami jahat cama Noah,” balas Noah dalam persembunyiannya.
Hati Sofia mulai ketar-ketir, apalagi ada mertuanya. Dan, selama ini ia selalu menjaga imagenya sebagai ibu yang baik di depan Adiba, tapi sekarang malah anaknya bilang ia mami jahat.
“Noah, Mami jahat ya. Suka pukul Noah ya,” sindir Adiba dengan suaranya agak meninggi.
Sontak saja wajah Sofia pias saat beradu pandang dengan Adiba. Lantas, Adiba menyeringai tipis saat menatap menantunya.
“Kelakuan burukmu pada Noah mau disembunyikan sampai serapi apa pun, akan tetap terkuak! Dan, apakah seorang ibu patut selalu memukul anaknya yang masih balita? sementara di luar sana banyak wanita rindu ingin memiliki anak. Sedangkan kamu sudah diberikan anak ternyata sering main tangan sama Noah sejak bayi. DASAR IBU BIADAB, KAMU ... SOFIA!” sentak Adiba sudah tidak bisa menahan emosinya.
Bersambung .... ✍️
carilah kebenaran sekarang
diacc ya thor /Drool//Drool/
terutamakamu sofia