Alvia Alianza, wanita yang sudah menjalani kehidupan rumah tangga selama satu tahun. Ia menikah dengan Bintang Askara. Pemuda tampan yang membuat para wanita selalu mengejarnya.
Namun pernikahannya bukanlah pernikahan yang di idamkan oleh setiap wanita.
Karena pernikahannya hanyalah sebuah tameng untuk menutupi hubungan Bintang dan kekasihnya.
Bintang telah membayarnya untuk menikah dengannya selama satu setengah tahun ke depan. Karena orang tuanya tidak menyetujui hubungannya dengan kekasihnya.
Bagaimana kisah kehidupan Via selanjutnya? ikuti terus ceritanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rima Andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 28
"Hai Sayang," sapa Via tersenyum manis. Kini ia berdiri tepat di belakang Alesha.
Sontak saja membuat Bintang dan Alesha menoleh ke arah suara. Via sudah tersenyum manis menyambut dua orang yang terkejut melihatnya di sana.
"Via," ucap Bintang pelan. Ia menatap Via dengan tatapan mata yang sulit di artikan.
"Kau?!" Alesha menatap Via yang berdiri di belakangnya. Ia memperhatikan Via dari ujung rambut hingga ujung kakinya. Via nampak berbeda dari sebelumnya. Kini kakak tirinya itu telah bermetamorfosis menjadi seorang gadis yang sangat cantik. Namun itu membuat Alesha begitu tidak suka. Ia tidak ingin Via menjadi seperti itu. Bisa-bisa kekasihnya, Bintang bisa jatuh cinta kepadanya. Itu membuat Alesha menjadi marah.
"Oh, rupanya ada kekasih suamiku juga di sini?" Via berpura-pura terkejut. Lalu ia pun terkekeh.
"Apa yang Kau lakukan di sini?!" Alesha berkata begitu ketus.
"Aku?" Via menunjuk ke arah dirinya sendiri. "Tentu saja membawakan bekal makan siang untuk suamiku," ucap Via seraya memperlihatkan bekal makan siang yang Via bawa.
"Kau tidak usah repot-repot membawanya. Makanan yang Kau buat itu pasti rasanya seperti sampah. Memangnya siapa Kau?! Beraninnya membawakan bekal untuk kekasih ku!" tukas Alesha begitu kejam. Ucapnya membuat Via menggenggam erat bekal makanan yang ia bawa. Via segera menjernihkan otaknya. Menghadapi gadis sombong di depannya harus dengan trik yang elegan. Via pun tersenyum penuh arti.
"Aku adalah istri sahnya suamiku, Bintang. Seharusnya Aku yang bertanya siapa Kau? Kau adalah wanita yang menggoda suami orang lain? Bukankah begitu? Apa Kau tahu? Kedudukan istri lebih tinggi dari pada seorang kekasih."
Alesha mengepalkan tangannya. "Kau!!" Tangan Alesha hendak menampar Via.
"Al, cukup!!" Suara Bintang menghentikan tindakan Alesha.
"Sayang, apakah Kau membelanya?"
Bintang menghampiri Alesha. Sejenak ia menatap ke arah Via. Lalu ia menggandeng tangan Alesha dan membawanya pergi dari sana.
Via terpaku. Lagi-lagi suaminya lebih memilih kekasihnya. Bibirnya menyunggingkan senyum, namun hatinya begitu terluka. Ternyata dirinya masih begitu tidak berarti untuk suaminya.
Via melihat ke sekitar. Untung saja tidak ada pengunjung lain di cafe tersebut. Kalau saja ada, pasti ia akan sangatlah malu. Karena tidak dapat mempertahankan suaminya untuk tidak pergi bersama wanita lain.
Via hanya tersenyum kecut. Ia pun melangkahkan kakinya untuk pergi dari sana.
"Nona." Panggil karyawan cafe tersebut.
Via menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya. Ia melihat karyawan cafe itu membawakan minuman yang ia pesan tadi.
Via pun terkekeh seraya menepuk keningnya sendiri. Ia melupakan niat awalnya. Namun ia sudah tidak berselera lagi untuk meminumnya. Akhirnya Via hanya membayar minuman tersebut dan segera pergi.
Via berjalan sambil menenteng bekal makan siang yang tadinya ia bawa untuk suaminya. Namun sepertinya itu sudah tidak berguna lagi.
Ponselnya bergetar tanda pesan masuk. Via mengusap layar ponselnya dan melihat siapa yang mengirim pesan.
"Tunggu Aku di sana. Aku akan menjemputmu," ucap isi pesan itu. Ya, pesan itu dari Bintang. Namun Via hanya tersenyum dalam luka. Hatinya sakit saat Bintang lebih memilih untuk pergi bersama Alesha.
Via membiarkan pesan itu tanpa membalasnya. Namun tiba-tiba ponselnya kembali bergetar. Kali ini bukan sebuah pesan. Melainkan sebuah panggilan.
Nama Bik Lastri tertera di sana. Via segera mengangkat panggilan tersebut. Via yakin ini kabar mengenai ibunya.
"Halo nak Via. Bisakah Kau datang segera?! Ibumu sedang kritis. Bibik takut kalau nanti terjadi apa-apa. Cepatlah datang kemari nak!" ucap bik Lastri terdengar paniknya.
Via tak dapat lagi berpikir apa-apa. Rasa takut menyelimutinya. Ia segera mematikan panggilan tersebut. Via melihat ada ojek yang berada tak jauh dari sana. Ia berlari ke arahnya.
"Bang, ke rumah sakit J secepatnya. Ini sangat darurat!" ucap Via.
"Baiklah Nona."
Via sangat khawatir saat ini. Yang ada di pikirannya adalah ibunya yang sedang kritis. Matanya mulai mengeluarkan cairan bening. Ia terus berdoa semoga ibunya baik-baik saja saat ini.
"Lindungi ibuku, Tuhan." Via terus berucap dalam hati.
***