Sepenggal Asa (Hanya Istri Bayaran)
POV ( Alvia Alianza)
Namaku Alvia Alianza. Umur ku sudah menginjak 20 tahun. Bila teman-teman ku sedang berbahagia dengan masa-masa kuliahnya, Aku bukanlah tergolong dari mereka semua. Karena Aku hanyalah lulusan SMA dan bukan dari keluarga yang mampu seperti mereka.
Aku tinggal berdua saja bersama ibuku. Sementara ayahku, dia tinggal bersama istri mudanya.
Ya, Ayahku menikah lagi dengan sahabat ibuku. Dan itu menjadi hal yang paling menyakitkan untuk ibuku. Di khianati oleh dua orang yang begitu berharga baginya.
Dulu Aku belum mengerti dengan itu semua. Karena waktu itu usiaku masihlah sangat kecil. Namun seiring berjalannya waktu, Aku mulai mengetahui situasi yang ibu ku rasakan. Hingga rasa benci ini pun tumbuh untuk Ayahku.
Walaupun ibu hanya diam dan mencoba untuk tegar, tapi Aku sering mendapati ibuku yang sering menangis di malam hari.
Aku berjanji pada diriku sendiri bahwa Aku akan membalas semua rasa sakit hati yang ibuku rasakan selama ini. Ayah, Aku sungguh sangat membenci mu!
Namun, semakin hari kesehatan ibu semakin menurun derastis.
Hingga mengharuskan ku untuk membawanya ke rumah sakit karena tiba-tiba saja ibu tak sadarkan diri.
Aku menunggu ibu di depan ruang UGD. Berharap semua akan baik-baik saja. Ibu adalah satu-satunya yang ku miliki.
Hingga ruangan UGD itupun terbuka dan menampilkan sang dokter yang nampak begitu lesu.
Ku langkahkan kakiku menghampiri sang dokter dengan perasaan yang begitu campur aduk.
"Bagaimana kondisi ibu ku dok?" tanyaku dengan air mata hampir menetes.
"Kondisi ibu Anda saat ini sedang kritis. Dan saat ini harus segera mendapatkan penanganan khusus Nona. Silahkan Anda menyelesaikan administrasi dulu," ucap dokter yang menangani ibu.
Aku membeku mendengarnya. Selama ini ku rasa ibu baik-baik saja. Atau mungkin ibu menyembunyikan sakitnya dariku.
Dokter segera pergi dari hadapan ku. Sementara Aku masih terdiam, air mata mulai mengucur deras di pipiku.
"Ibu harus sembuh, ya ibu harus sembuh. Hanya ibu yang ku punya." Aku memantapkan hati untuk kuat dan tegar.
Ku langkahkan kakiku pergi dari rumah sakit itu. Aku harus mencari uang untuk biaya penanganan ibu. Satu yang ada di otakku saat ini. Yaitu, pergi menemui ayah.
Aku akan meminjam uang padanya untuk pengobatan ibu. Aku harus menekan rasa benci ku demi keselamatan ibu ku.
Aku segera menaiki ojek yang sudah ku pesan.
"Bang, yang cepat ya. Ini darurat!" kataku kepada tukang ojek itu.
"Baiklah neng, pegangan neng," ucap tukang ojek itu.
Dengan segera tukang ojek itu melesatkan motornya seperti yang ku mau. Motor itu melaju dengan cepat.
Aku terus saja berdoa agar ibuku baik-baik saja. Aku yakin ibu orang yang kuat.
Hingga motor yang ku tumpangi pun sampai ke alamat yang sudah ku aba kan tadi. Aku menyuruh tukang ojek itu untuk menunggu ku. Karena Aku tidak ingin berlama-lama di rumah pria yang ku benci.
Aku menatap rumah mewah yang ada di depan ku dengan begitu nanar. Pria yang ku benci hidup mewah bergelimang harta bersama istri keduanya dan putrinya yang lain.
Sungguh begitu miris Aku mengingat semua pengkhianatannya terhadap ibuku. Dan kini ia hidup seolah tak memperdulikan kami lagi.
Tapi tidak apa-apa. Karena Aku tidak butuh belas kasih dari pria tua itu. Namun saat ini aku harus menekan segala kebencian ku demi keselamatan ibu.
Aku memasuki pintu gerbang rumah mewah di depan ku. Kebetulan satpam juga sudah mengenaliku. Jadi dia mengizinkan ku masuk kedalam.
Dengan menghembuskan nafas panjang, Aku mulai menekan bel pintu rumah tersebut. Aku mendengar suara kenop pintu yang akan segera terbuka.
Dan benar saja, disana pelayan rumah tersebut yang telah membukanya. Dia menatapku dengan tatapan yang begitu sinis entah apa yang ia pikirkan tentang ku. Tapi Aku tidak perduli, satu tujuan ku yaitu bertemu dengan Tuan Johan.
"Ada apa Kau kemari?! Kau tidak di terima di rumah ini. Nyonya sudah berpesan pada ku!" ucapnya dengan begitu ketus kepada ku.
Sudah kuduga, istri kedua ayah memang tidak menyukai ku. Bahkan dia memberikan perintah kepada pelayannya agar tidak menerima ku di rumah itu.
"Aku ingin bertemu dengan Tuan Johan," ucap ku dengan begitu mantap.
"Tuan Johan tidak ada! silahkan pergi!" ucapnya kembali ketus. Pelayan itu berusaha mengusirku.
Tapi Aku tidak ingin menyerah begitu saja. Aku masih bersikeras untuk bertemu dengan Tuan Johan.
"Bibi, ku mohon. Aku harus bertemu dengan Tuan Johan. Ibuku sedang sakit, dan kondisinya sedang tidak baik-baik saja. Ku mohon bi, Tuan Johan juga masih punya tanggung jawab terhadap ibuku," ucap ku menghiba. Aku harus melakukan semua ini demi ibu.
"Suamiku sedang ada pekerjaan di luar kota. Jadi sekeras apapun Kau menghiba, itu akan percuma," sinis Rosita. Istri kedua ayah yang tiba-tiba datang.
Aku mencengkeram erat ujung baju yang ku pakai. Sungguh rasanya Aku ingin mencakar wajah wanita itu. Namun semua itu tidak ku lakukan karena Aku sadar saat ini berada di mana.
"Karena Tuan Johan tidak ada. Baiklah, kalau begitu saya akan menyampaikan maksud saya datang ke mari," ucap ku menahan kebencian ku.
"Saya ingin meminjam uang kepada Anda Nyonya Rosita," ucap ku.
"Ck, jadi Kau datang kemari hanya untuk mengemis?"
Rosita tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan ku. Entah apa yang lucu. Tapi Aku sudah bisa memastikan bahwa dia sedang mengolokku saat ini.
"Terserah Anda menganggapnya apa. Tapi yang jelas saya ingin meminjam sejumlah uang kepada Anda. Saya berjanji akan segera mengembalikannya kepada Anda," ucap ku.
Rasanya saat ini Aku memang seperti seorang pengemis saja. Terkadang Aku membenci diriku sendiri yang begitu lemah. Aku terus saja meyakinkan diriku agar tidak terbawa emosi menghadapi wanita di depan ku.
Wanita yang dulu begitu ku hormati seperti ibuku sendiri. Tapi ternyata dia adalah duri dalam pernikahan kedua orang tua ku.
"Pergilah! Aku tidak ingin membantu kalian. Kau pikir keluarga ku ini adalah sebuah Bank apa?! Pergilah Aku tidak ingin melihatmu, apalagi ibumu yang lemah itu," ucap Rosita dengan sombongnya.
Dia pun langsung masuk kedalam rumah dan segera menutup pintu rumahnya.
Semua itu membuat ku begitu ingin memberi pelajaran kepada wanita pengkhianat itu. Tapi apalah dayaku hanya seorang yang begitu kecil ini.
Derajat mengalahkan semuanya.
Aku bukan apa-apa di bandingkan dengannya yang begitu bergelimang harta.
Aku meneteskan air mataku memikirkan bagaimana nasib ibuku. Rasanya Aku begitu putus asa saat ini. Namun tiba-tiba saja seseorang menarikku dari sana dan membawaku sedikit menjauh dari teras depan rumah tersebut.
Aku menajamkan pandanganku. Aku melihat seorang gadis cantik di depan ku yang menatap ku dari atas kepala hingga ke bawah. Mungkin dia merasa aneh dengan penampilan ku saat ini.
"Apa Kau Yang bernama Via?" ucap gadis itu yang juga menatap ku dengan tatapan sinisnya.
Lagi-lagi tatapan itu yang ku dapat. Adakah seseorang di dunia ini yang menatap ku biasa saja. Atau setidaknya menganggap ku ada.
Aku pun juga menatap gadis cantik di depan ku.
"Siapa Kau?" Hanya itu kata yang ku lontarkan Kepadanya.
Dia hanya tersenyum sinis seraya menatap ku lekat-lekat.
***
Hai reader ku tercinta 😀selamat datang di karya baruku 🤗. Ini adalah lanjutan dari kisah Bintang ya 😉. Jangan lupa like comen dan vote nya buat othor yang masih remahan ini. Happy reading....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
FUZEIN
Masuk ni..aku 3 dah ku baca karya mu....rugi sapa yg tak baca...karya mu sangat bagus
2023-10-06
0
Rasti Rasti
aku mampir thoor. jangan lupa mampir juga ya di karya baru aku. LENTERA
2023-03-13
0
teti kurniawati
mampir kak
mampir juga yuk kakak"yang baik hati di novel aku
"Suami, rupa madu mulut racun
2022-10-13
0