NovelToon NovelToon
Pria Seksi Itu, Suamiku

Pria Seksi Itu, Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: redwinee

Lima tahun yang lalu, Damien dan Amara menandatangani perjanjian pernikahan demi menunjang keberlangsungan bisnis keluarga mereka. Tidak pernah ada cinta diantara mereka, mereka tinggal bersama tetapi selalu hidup dalam dunia masing-masing.
Semua berjalan dengan lancar hingga Amara yang tiba-tiba menyodorkan sebuah surat cerai kepadanya, disitulah dunia Damien mendadak runtuh. Amara yang selama ini Damien pikir adalah gadis lugu dan penurut, ternyata berbanding terbalik sejak hari itu.

---

“Ayo kita bercerai Damien,” ujar Amara dengan raut seriusnya.

Damien menaikkan alis kanannya sebelum berujar dengan suara beratnya, “Dengan satu syarat baby.”

“Syarat?” tanya Amara masih bersikeras.

Damien mengeluarkan senyum miringnya dan berujar, “Buat aku tergila kepadamu, lalu kita bercerai setelah itu.”

---

WARNING : CERITA INI ITU TIPE ADULT ROMANCE DENGAN VERSI ROMANCE SLOWBURN !!!

[ROMACE TIPIS-TIPIS YANG BIKIN JANTUNGAN DAN TAHAN NAPAS]

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon redwinee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 27

Keesokan harinya saat Amara bangun, dia menemukan Damien yang setia duduk disampingnya. Masih mengenggam erat tangan Amara dan begitu Amara mengalihkan fokusnya ke arah Damien, manik mereka bertemu. Damien langsung menegakkan punggungnya ketika menyadari Amara sudah bangun.

Damien mempertahankan tatapan mereka untuk waktu yang lama, seolah menyelami kedua manik hazel milik Amara.

Amara mendapati sirat kekhawatiran dari manik biru Damien, pria itu masih belum mengeluarkan kalimatnya saat Amara hendak bangun dari tidurnya.

“Kau butuh sesuatu? Ada yang sakit?” tanya Damien dengan nada paniknya, tautan tangan mereka terlepas saat Damien hendak bangun untuk membantu Amara.

“Aku akan memanggil dokter,” ujar Damien lagi kemudian hendak berbalik saat tangan Damien tiba-tiba diraih oleh Amara.

Amara menggengam tangan Damien dengan sisa-sisa tenaga yang ia miliki.

“Tidak perlu,” ujar Amara masih dengan suara lirihnya.

Damien akhirnya memilih untuk duduk kembali, selanjutnya hanya hening yang menemani keduanya saat Amara memusatkan pandangannya pada Damien.

Mulai dari keadaan kacau pria itu kemudian kantung mata yang berhasil menyita perhatian Amara, hingga turun pada baju Damien yang tampak kotor dan terdapat semacam ada bercak darah disana.

Amara berpikir, apakah Damien tidak tidur semalaman demi menunggu Amara bangun?

“Kau perlu sesuatu?” tanya Damien memecah keheningan.

Amara hanya diam kemudian matanya beralih menatap gelas yang terdapat di nakas samping tempat tidurnya.

Kemarin saat tengah malam, dokter sudah datang untuk mengecek perkembangan kondisi Amara dan sudah melepas selangnya.

“Kau masih hanya boleh minum saja, untuk makan tidak boleh,” ujar Damien kemudian seolah bisa membaca isi pikiran Amara, ia meraih gelas yang berada di atas nakas.

Amara menangguk sekilas.

Damien kemudian meraih sebuah sedotan kemudian berusaha membasahi bibir kering Amara dengan tetesan air, sebelum secara perlahan mengarahkan sedotan itu ke arah bibir Amara.

Selepas itu Damien kembali menuntun Amara untuk kembali berbaring dan manik mereka kembali bertemu untuk waktu yang lama. Dengan posisi yang sedekat itu, Amara dapat merasakan deru napas Damien.

Amara yang tidak tahan dengan posisi intens mereka akhirnya mengangkat tangannya kemudian menunjuk ke arah kemeja Damien yang terdapat bercak darah disana.

“Kau terluka?” tanya Amara pelan.

“Itu bukan darahku,” balas Damien singkat kemudian menjauhkan tubuhnya dan duduk kembali.

“Kau sehabis ngapain?” tanya Amara lagi kepada Damien.

“Jangan hiraukan aku.”

“Tapi Damien…”

“Fokuslah pada penyembuhanmu,” potong Damien membuat kalimat Amara terhenti.

Tiba-tiab di tengah pembicaraan mereka, ponsel di saku Damien bergetar. Damien mengeluarkan ponselnya dari sakunya kemudian ia menatap sekali layar ponselnya sebelum bangkit berdiri.

“Aku akan mengangkat telepon sebentar,”ujar Damien kemudian berjalan menjauh dari tempat Amara berbaring.

Amara menatap punggung Damien yang kemudian hilang untuk mengangkat panggilannya.

“Aku tidak bisa kesana, kau urus dulu Bastian,” ujar Damien dengan panggilannya yang terhubung kepada Bastian di seberang sana.

“Aku akan menyusulmu nanti,” balas Damien lagi.

“Tenang saja Damien, aku suka berain-main dengan mereka. Apalagi dengan seorang wanita,” ujar Bastian di seberang sana kemudian mengeluarkan tawa yang terdengar mengerikan itu.

“Sisakan napas terakhirnya untukku,” ujar Damien lagi kepada Bastian.

“Tentu saja, aku tidak akan melewatkan bagian serunya untukmu,” ujar Damien kemudian matanya menangkap Harlos yang berjalan ke arahnya sembari membawa sebuah tas.

Harlos menyerahkan tas kertas itu kepada Damien sebelum membungkuk pelan dan berbalik meninggalkan Damien.

Saat Damien kembali ke ruangan, Damien melihat Amara sudah bangkit dari berbaring kemudian hendak turun dari kasur.

Damien segera membuang tas kertasnya ke lantai dan menghampiri Amara dengan langkah cepat. Damien mendaratkan tangannya pada bahu Amara untuk menjaga keseimbangan wanita itu dalam berjalan.

“Kau mau kemana?” tanya Damien panik.

“Ke toilet,” ujar Amara.

“Aku akan membantumu,” ujar Damien kemudian hendak membuka pintu toilet dan menuntun Amara masuk ke dalamnya sebelum Amara menghentikan langkahnya dan menatap kaget ke arah Damien.

“Tidak perlu, aku bisa sendiri,” tolak Amara.

“Aku yang bantu,” Damien tetap bersikeras.

“Tidak perlu…”

“Diamlah, sebagai suamimu aku akan mengurusmu Amara,” balas Damien serius membuat Amara tertegun dengan kalimat Damien.

Sikap dingin milik Damien perlahan mencair dan Amara takjub dengan fakta itu.

Damien kemudian mendaratkan tangannya pada pinggang Amara dan hendak menariknya turun sebelum Amara segera menahan pergerakan Damien menggunakan tangannya.

“Damien…” panggil Amara panik.

Damien menatap Amara santai sembari menaikkan alis kanannya.

“Aku saja, setelah selesai aku akan memanggilmu lagi,” cicit Amara yang merasa malu.

Damien yang menyadari ketidaknyamanan Amara akhirnya menyerah, ia mengacak surai Amara pelan karena gemas.

“Baiklah, panggil aku ketika sudah selesai,” ujar Damien, tersenyum kecil kemudian berjalan keluar dari toilet.

Sebelum benar-benar keluar, Damien menyempatkan diri untuk berbalik dan berujar, “Aku bukan pria brengsek yang akan mengambil kesempatan dalam kesempitan Amara, walau sebenarnya aku ingin,” ujar Damien kemudian mengedipkan matanya sekali untuk menggoda Amara diakhir dengan raut mempesonanya dan kemudian menghilang.

1
Faf Rin
setia
Faf Rin
ceritanya bagus
Wineeeee: Makasih udah berkenan baca kak😊😊😊
total 1 replies
Aleana~✯
hai kak aku mampir....yuk mampir juga di novel' ku jika berkenan 😊
Lya
Hotelnya private buat Damien?
Wineeeee: Makasih kak sebelumnya udah mampirrrr 😁 Bener kak, soalny Damien punya bisnis di bidang perhotelan. Jadi hotel itu punya dia
total 1 replies
Lya
Tapi di bab sebelumnya si Amara kan masak?
Wineeeee: Amara ga pandai masak, Damien yang jagoo /Joyful/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!