Cahaya Airin, istri yang tak diinginkan oleh suaminya. Rasa sakit hati kala sang suami terus menghinanya membuat air matanya terus berjatuhan.
Hingga suatu hari gadis yang biasa di panggil Aya itu mencoba merubah penampilannya untuk mendapatkan hati suaminya.
Apakah Aya akan berhasil membuat suaminya mencintainya?
Selamat membaca...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rima Andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Semua orang terkejut melihat Dewi yang tiba-tiba saja meminta maaf kepada Aya, tidak terkecuali Bryan.
"Apa maksudmu Dewi, bukankah tadi Kau bersikeras bahwa Aku yang bersalah, kenapa tiba-tiba Kau meminta maaf." Aya menaikkan sebelah alisnya.
"Aya, maafkan saya." Dewi masih saja meminta maaf. Tangannya menyentuh tangan Aya. Lalu pandangannya beralih pada Bryan.
"Tuan, maafkan kami, Aya memang tidak bersalah. Kami membenci Aya karena kami sering mendengar dari Feny bahwa Aya adalah gadis licik. Dan Aya juga simpanan Om-om." Dewi menundukkan kepalanya. Ia begitu takut saat ini.
Bryan yang mendengarnya kini mengepalkan tangannya. Ia begitu marah saat mendengar penuturan dari Dewi.
"Kalau begitu suruh Fany keruangan ku, Kau dan yang lainnya juga harus keruangan ku!." Ucap Bryan dengan kemarahan tertahan.
***
Dewi, Fany dan yang lainnya keluar dari ruangan Bryan dengan begitu sedih. Mereka telah Bryan pecat dari perusahaannya dengan tidak hormat.
Mereka hanya bisa menyesali perbuatannya kepada Aya. Namun berbeda dengan Fany. Fany begitu membenci Aya, Ia terus saja berfikir bahwa Aya sudah merebut perhatian Adrian darinya.
Fany dan yang lainnya membereskan barang-barang miliknya yang ada di ruang kerjanya.
Aya yang melihat itu pun menjadi tidak tega. Ia pun berniat untuk menghampiri Bryan.
"Ay, Kau mau kemana?," Tanya Adrian yang melihat Aya tiba-tiba pergi.
"Iyan, Aku kasihan melihat mereka harus keluar dari perusahaan ini. Aku sudah memaafkan perbuatan mereka Iyan."
"Tapi mereka memang pantas mendapatkan semua itu Ay." Adrian membenarkan keputusan Bryan yang memecat karyawan yang selalu berbuat jahat kepada Aya.
Dengan langkah cepat, Aya berjalan menuju ruangan Bryan.
"Permisi Tuan, ada yang ingin saya bicarakan dengan Anda." Ucap Aya. Di sana Bryan tengah menyenderkan kepalanya pada kursi kerjanya dengan menutup matanya.
Bryan segera membuka matanya ketika mendengar suara Aya di sana. Tatapan matanya menatap Aya dengan pandangan yang sulit untuk diartikan.
"Duduklah!." Perintah Bryan.
Aya segera mendudukkan dirinya di sana. Ia mengambil nafasnya perlahan, lalu Ia pun segera mengutarakan Apa yang sudah mengganjal hatinya.
"Saya mohon Tuan Bryan jangan memecat Fany dan yang lainnya. Saya sudah memaafkan mereka Tuan." .
Bryan mengerutkan keningnya, Ia heran kenapa Aya meminta untuk tidak memecat orang-orang yang sudah berbuat jahat padanya. Bukankah seharusnya Aya senang dengan keputusannya?. Entahlah, Bryan begitu tidak mengerti dengan Aya.
"Tapi saya memecat mereka karena sudah berbuat hal-hal yang melanggar aturan perusahaan ini. Mereka pantas mendapatkannya," ucap Bryan tegas.
"Tapi Tuan"
"Sudahlah Aya, seharusnya Kau senang karena sudah tidak ada yang akan berbuat jahat lagi dengan mu. Dan mereka pantas mendapatkannya. Aku tetap tidak akan merubah keputusan ku. Dan satu lagi, saat hanya ada Kau dan Aku, bersikaplah seperti biasanya."
"Tapi bagaimana dengan nasib mereka?, Aku tidak tega bila mereka susah mendapatkan pekerjaan nantinya. Kau sudah memecat mereka dengan tidak hormat Bryan." Aya masih protes dengan keputusan Bryan.
Bryan terdiam menatap Aya, Ia heran sebenarnya terbuat dari apa hati istrinya itu. Bahkan Bryan sangat merasa bersalah ketika mengingat perlakuannya dulu terhadap Aya.
"Aya, Kau tidak perlu khawatir. Aku sudah menghubungi beberapa perusahaan untuk menerima mereka bila mereka melamar pekerjaan di tempat lain." Bryan mulai berjalan mendekati Aya dan tiba-tiba saja Ia berlutut di hadapan Aya.
Aya terkejut dengan apa yang Bryan lakukan. " Bryan, Apa Kau lakukan?, Cepatlah berdiri!."
"Aya, Aku ingin minta maaf padamu atas semua kejadian di masa lalu." Bryan sangat merasa bersalah kepada Aya. Disaat karyawannya menceritakan yang mereka lakukan kepada Aya. Ingatan tentang dirinya yang selalu menyakiti Aya kembali terputar dalam memorinya.
Ia sudah menjadi seorang pria yang begitu kejam selama ini. Di saat dia melihat orang lain menyakiti Aya, Bryan tidak rela. Namun dirinya sendiri telah menyakiti Aya dengan sama kejamnya.
Aya yang melihat suaminya berlutut di depannya menjadi begitu bingung akan perasaannya. Pria di depannya itu adalah pria yang selama ini Ia benci. Salah satu pria yang membuatnya ingin membalas semua penghinaan nya.
Tapi kini malah pria itu bersimpuh dan memohon maaf kepadanya. Dan di sinilah kelemahannya terletak, Aya tidak akan bisa melihat wajah yang terlihat begitu memelas.
Tidak, kali ini Aya tidak akan goyah, keputusannya sudah bulat. Bryan selalu menghinanya, bahkan terus menyakitinya. Terbukti setelah pria di depannya itu mendapatkan kesuciannya, Bryan malah mengacuhkannya, bahkan bersikap dingin kepadanya.
Aya menghindari tatapan Bryan, lalu Ia beranjak berdiri. "Maaf Bryan, tapi Aku tidak bisa memaafkan mu!." Ucapnya begitu datar, lalu Aya meninggalkan Bryan yang masih berlutut di sana.
Sampai di depan pintu ruangan Bryan, Aya memegangi dadanya yang terasa begitu sesak. Tapi Ia juga tidak ingin Bryan terus-menerus menyakitinya.
"Keputusan mu sudah tepat Aya." Ia berucap pada dirinya sendiri. Lalu dengan langkah beratnya Aya meninggalkan tempat itu.
Sementara itu Bryan memejamkan matanya, Ia begitu kecewa karena Aya tidak mau memaafkannya. Mungkin ini adalah hukuman yang pantas untuk dirinya yang selalu menyakiti Aya.
"Aku tidak akan pernah menyerah untuk mendapatkan maaf dari mu," ucap Bryan begitu mantapnya.
***
"Bagaimana Ay, Apa kau berhasil membujuk CEO kita agar tidak memecat mereka?." ucap Adrian begitu penasaran.
Aya menggelengkan kepalanya dan menaikkan kedua bahunya.
"Tuan Bryan tetap memecat mereka Iyan," ucap Aya lesu.
Adrian merasa lega karena saudaranya itu melakukan hal yang benar. Adrian tersenyum mendengarnya, dan itu tidak luput dari perhatian Aya.
"Kenapa kau malah tersenyum Iyan?!. Kau tahu?, pekerjaan ku pasti akan bertambah bila mereka di pecat Iyan." Aya mengerucutkan bibirnya.
"Aku akan membicarakan hal ini nanti dengan CEO kita, Kau tenang saja Ay."
"Ya, Kau benar Iyan."
***
Adrian ingin mengajak Aya untuk pulang bersama. Aya menolaknya karena tidak ingin merepotkan sahabatnya itu. Namun Adrian terus saja memaksanya hingga Aya pada akhirnya menyerah dan membiarkan Adrian mengantarnya pulang ke rumah utama.
Toh Adrian juga sudah mengetahui bahwa sebenarnya Aya sudah menikah.
Tanpa sengaja perdebatan Aya dan Adrian membuat seseorang kesal. Karena di antara keduanya terlihat begitu dekat. Dan orang itu adalah Bryan.
Tadinya Bryan ingin mengajak istrinya itu untuk pulang bersama. Namun tanpa sengaja Ia malah melihat Aya dan Adrian berdebat. Dan sekarang istrinya itu berdua satu mobil dengan Adrian.
"Mereka satu mobil?, Apa yang mereka lakukan nanti?. Apa mereka akan saling menatap lalu mereka akan berciuman?. Ah tidak-tidak, itu tidak boleh terjadi." Berbagai macam pikiran buruk membuat Bryan semakin gelisah. Ia pun segera memasuki mobilnya dan akan mengikuti mobil Adrian.
***
Mohon maaf bila banyak typo yang bertebaran 🙏🤧🤧