Deskripsi: Hazel merasa dunia runtuh saat dia dipecat akibat fitnah dari rekan kerja dan baru saja mendapati kekasihnya berselingkuh. Dalam keputusasaan, dia pulang ke rumah dan menyerahkan segalanya pada orang tuanya, termasuk calon pasangan yang akan dijodohkan untuknya. Namun, saat keluarga dan calon suaminya tiba, Hazel terkejut—yang akan menjadi suaminya adalah mantan bos yang selama ini sangat dibencinya. Dihadapkan pada kenyataan yang tak terduga dan penuh rasa malu, Hazel harus menghadapi pria yang dianggapnya musuh dalam diam. Apakah ini takdir atau justru sebuah peluang baru? Temukan jawabannya dalam novel "Suamiku Mantan Bosku"😗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aping M, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 POV Reina
Hazel mengerutkan dahi, bingung. "Loh, bukankah Lucas akan menemui dirinya? Tapi kenapa dia ada di sini seorang diri?" gumamnya.
Dengan berani, Hazel membalas sapaan Reina dengan senyum sinis. "Hai, wanita simpanan. Kok sendirian? Ke mana kekasihmu?" tanyanya dengan seringai.
"Kasihan, bahkan dia sudah mengusirmu dan membiarkan kami berdua di hotel," tambah Hazel, mengejek.
Reina membalas dengan nada dingin, "Oh ya? Kau merasa begitu spesial? Uh, kasihan," ucapnya sambil menyeringai, puas melihat Hazel yang tampak terganggu. Namun, Hazel menarik napas dalam, mencoba menjaga ketenangannya.
"Mungkin benar. Kau tahu, Lucas sangat menikmati waktu bersamaku. Bahkan dia ingin memperpanjang liburan kami satu minggu lagi," ujar Hazel, meskipun dirinya merasa jijik dengan apa yang baru saja dikatakannya.
Reina terlihat mulai terpengaruh, matanya menyala mendengar ucapan Hazel. Pikirannya berputar, mengapa Lucas memberikan tiket penerbangan ke Indonesia untuk hari ini, tapi tidak memberitahunya tentang perubahan rencana dan malah memperpanjang liburannya bersama Hazel di Paris? "Oh, sayang, sepertinya kamu yang tidak mengerti. Di dunia ini, hanya yang terkuat yang bertahan. Dan Lucas... dia memilihku," balas Reina dengan nada penuh percaya diri.
Hazel tetap tenang, bahkan memperlihatkan sikap yang lebih tegas. "Aku tidak akan membiarkan kamu atau siapa pun merusak hidupku lagi. Aku akan melindungi apa pun yang menjadi milikku, termasuk Lucas, suamiku," ujarnya penuh keteguhan.
Reina semakin geram. Dengan suara rendah, dia berbisik di telinga Hazel, "Wanita jal*ng, kalau saja tidak ada CCTV, sudah aku jambak kamu seperti dulu. Tanganku gatal ingin sekali menyiksamu."
Emosinya mulai tidak terkendali, namun Reina memilih pergi daripada semakin terprovokasi.
Hazel hanya berbisik pelan, "Kasihan, masih muda tapi sudah tidak waras." Dia tidak terganggu oleh ucapan Reina, justru merasa simpati karena wanita simpanan itu tampaknya mulai kehilangan akal sehatnya.
Di tempat yang tidak jauh dari mereka, seorang pria diam-diam menyaksikan perdebatan kedua wanita tersebut. Dia adalah Lucas, yang tersenyum senang mendengar tekad Hazel untuk mempertahankan hubungan mereka. "Kamu memang pintar, tidak salah aku menikahimu," ucapnya lirih pada dirinya sendiri.
Lucas memang tidak berniat menemui Reina. Justru, dia membeli sebuah kalung berlian untuk Hazel, sebagai permintaan maaf atas sikapnya yang kasar sebelumnya. Namun, menyaksikan Hazel dan Reina berkelahi karena dirinya, Lucas merasa puas dengan ketegasan yang ditunjukkan Hazel di hadapan Reina.
---
Pov Reina
Reina berasal dari keluarga sederhana. Ayahnya, Beno, berpisah dengan ibunya, Sasa, dan setelah perceraian itu, Reina memilih tinggal bersama ibunya. Alasannya sederhana: ayahnya tidak mampu membuat mereka kaya raya, sehingga ibunya memutuskan untuk meninggalkannya.
Reina dikenal sebagai wanita yang selalu memperhatikan penampilannya. Dengan kecantikan yang didukung oleh kecintaannya pada makeup, dia selalu menjadi pusat perhatian, baik di sekolah maupun di kuliah. Setelah lulus, Reina bertemu Lucas Arthur, pewaris perusahaan minuman terkemuka di Indonesia. Usahanya untuk menarik perhatian Lucas berhasil. Di mata orang lain, Reina selalu tampil sebagai wanita baik dan ramah, meskipun itu bertentangan dengan sifat aslinya.
Banyak orang mungkin tidak tahu bahwa alasan sekretaris Lucas sering diganti bukan karena Lucas terlalu keras, melainkan karena Reina suka 'bermain' dengan mereka. Dia membuat para sekretaris takut untuk bersaing dengannya.
Namun, ada satu orang yang selalu membuat Reina kesal: Hazel. Meskipun Reina telah melakukan berbagai cara untuk menjatuhkannya—seperti mempermalukan Hazel di depan karyawan, mengunci Hazel di gudang, merusak dokumen pentingnya, hingga melakukan tindak kekerasan fisik di tempat yang tidak terpantau CCTV, Hazel tetap bertahan sebagai sekretaris Lucas. Dendam Reina semakin membara.
---
Dalam perjalanan pulang, Hazel merenung tentang segala yang telah terjadi. Kembali ke hotel, Hazel merasa lebih tenang dan bertekad untuk tidak menyerah. Meskipun jalan ke depan tampak sulit, Hazel tahu dia tidak sendirian. Ada teman dan keluarga yang akan mendukungnya, dan dia pun telah mulai menemukan kekuatan dalam dirinya sendiri. Dengan atau tanpa Lucas, dia akan membangun kembali hidupnya.
Ketika Hazel masuk ke hotel, dia terkejut mendapati Lucas sudah lebih dulu kembali. Padahal, Hazel hanya keluar sebentar untuk membeli makanan.
“Kamu pergi ke mana, Hazel?” tanya Lucas dengan nada datar, menatap wajah istrinya.
“Membeli makanan,” jawab Hazel pelan, lalu berjalan meninggalkan Lucas menuju pantry.
Melihat sikap dingin Hazel, Lucas mencoba mencairkan suasana. “Kau tahu, aku sudah membuat daftar tempat yang akan kita kunjungi selama seminggu ke depan,” ujarnya sambil tersenyum.
Hazel hanya menatapnya sekilas sebelum kembali mempersiapkan makanannya. Namun, Lucas tiba-tiba memeluk Hazel dari belakang, membuatnya terkejut.
"Kenapa?" tanya Lucas, merasakan tubuh Hazel yang gemetar di pelukannya.
“Tidak... Aku hanya merasa canggung,” jawab Hazel, sedikit gugup. Lucas tersenyum kecil mendengar jawabannya.
Lucas mempererat pelukannya dan bersandar di bahu Hazel, memberikan kehangatan. "Apakah karena aku memelukmu seperti ini?" tanyanya lembut.
Perlahan, Hazel menutup matanya, mencoba menyesuaikan diri dengan kedekatan tersebut. “Mungkin...” gumamnya pelan.
Lucas mulai menciumi leher Hazel dengan lembut, membuat Hazel meremang. Napasnya mulai tidak teratur, sampai ia tanpa sadar mend*sah pelan.
“Pak, jangan sekarang,” lirih Hazel dengan napas tersengal. Namun, Lucas tidak berhenti.
Setelah puas menciumi Hazel, Lucas membalikkan tubuh istrinya, memperlihatkan senyuman kecil di wajahnya. Hazel melihat kilatan gairah di mata Lucas, membuatnya sedikit gugup.
“Apakah kau mau melakukan yang tadi malam gagal kita lakukan?” tanya Lucas lembut.
“Aku...” Hazel merasa ragu, namun tiba-tiba suara dering ponsel memecah keintiman yang hampir tercipta. Nama "Ibu" muncul di layar ponsel Lucas.
Lucas berdecak kesal, sementara Hazel menyarankan agar Lucas mengangkat telepon itu. "Angkatlah, mungkin ada sesuatu yang penting dari Ibu Nara," ujar Hazel dengan lembut.
Lucas mengangguk dan mengangkat telepon. "Halo, Ibu. Ada apa?" tanyanya, mencoba mengusir rasa kesal yang menyelimutinya.
Lucas terdiam sejenak saat mendengar suara Ibu di seberang sana, suara yang terdengar cemas dan bergetar. "Lucas, maafkan Ibu jika mengganggu, tapi Ibu sangat khawatir. Ayahmu baru saja masuk rumah sakit, dia koma," ucap Ibu dengan nada suara yang sangat lesu.
Kata-kata itu seperti kilat yang menyambar keheningan pagi, mengusir kantuk mereka seketika. Hazel, yang juga mendengarkan pembicaraan itu, langsung menanggapi dengan cepat dan tegas, "Kami akan segera pulang hari ini, Ibu. Tunggu kami."
Lucas, yang terpaku mendengarkan pembicaraan, merasa hatinya berat. Ia merasa terjepit antara janji yang telah diberikan kepada Hazel untuk lebih lama lagi selama satu minggu di paris dan tanggung jawabnya terhadap keluarganya yang membutuhkan. Melihat Lucas terdiam, Hazel memegang tangan Lucas, memberikan dukungan.
"Kami akan segera bersiap-siap. Ibu, jaga diri baik-baik di sana. Semoga ada kabar baik tentang Ayah segera," tambah Lucas, mencoba menyembunyikan kecemasannya.
"Ibu akan menunggu kalian. Terima kasih, nak," jawab Ibu, suaranya bergetar, sebelum akhirnya memutuskan panggilan.
Setelah telepon ditutup, Lucas dan Hazel saling pandang, mengerti bahwa mereka perlu segera bertindak. Mereka bergegas melakukan persiapan untuk kembali ke negara asal, meninggalkan Paris yang dingin, membawa kehangatan dari cinta dan rasa tanggung jawab yang mendalam terhadap keluarga. Dalam perjalanan mereka, kesedihan dan kecemasan bercampur dengan kekuatan dan harapan.
“Tenanglah. Bapak jangan khawatir. Aku yakin ayah akan segera pulih dan segera tersadar dari komanya” ujar Hazel mencoba menenangkan pada saat mereka sudah berada di pesawat untuk take off.
Lucas hanya terdiam dan menggenggam erat tangan Hazel selama perjalanan. Hingga keduanya tertidur dengan sendirinya.
Setelah pesawat mendarat dengan selamat di Jakarta, Hazel dan Lucas segera bergegas meninggalkan terminal bandara. Hazel, dengan cepat mengatur sopir pribadinya untuk menjemput mereka, menunjukkan keterampilan logistiknya yang impresif dalam menghadapi situasi mendesak. Suasana bandara yang ramai tidak mengurangi ketegangan yang mereka rasakan, namun Hazel tetap fokus pada tujuan mereka yaitu segera sampai ke rumah sakit tempat ayah Lucas dirawat.
Lucas, meskipun terlihat lemas dan terkuras secara emosional, mencoba memberikan respons sesekali. Kelelahannya bukan hanya fisik tetapi juga mental, mengetahui kondisi ayahnya yang kritis.
Mobil sopir pribadi Hazel sudah menunggu mereka di pintu keluar, dan tanpa menunda, mereka langsung meluncur menuju rumah sakit. Perjalanan ke rumah sakit dihabiskan dalam keheningan, di mana Lucas terpejam, mencoba mengumpulkan kekuatan, sedangkan Hazel sesekali memeriksa pesan di ponselnya, mungkin mencari kabar terbaru dari ibu Lucas atau mengatur beberapa urusan lain yang diperlukan.