Jangan Salahkan Ku Mendua

Para perawat yang melihat Rosa, langsung menghampirinya. Mereka segera membantu Rosa untuk membawa seorang pria, dan membawanya ke ruang rawat.

"Untuk biaya pengobatan nya, biar aku saja yang tanggung." Jelas Rosa.

"Tapi Bu Dokter, siapa orang ini?" Tanya perawat.

"Aku tidak tahu, tapi dia sepertinya korban kecelakaan. Obati saja dulu orang itu." Jelas Rosa.

Lalu Rosa langsung keluar dari rumah sakit, ia berjalan kembali ke arah mobil miliknya. Pikirannya masih melayang pada momen dimana, suaminya pergi ke tempat itu. Bahkan Rosa belum pernah datang ke tempat seperti itu, lalu untuk apa suaminya datang ke tempat seperti itu.

Rosa masuk ke dalam mobilnya, ia duduk dengan pikiran yang masih termenung. Tangisannya seketika pecah, ia tidak bisa menyembunyikan perasaan takut dan sedihnya. Sikap suaminya yang seperti ini, membuatnya menjadi frustasi.

Dengan perlahan Rosa menyeka air matanya, ia lalu memajukan mobil nya dan segera pulang ke rumah.

...

Sesampainya di rumah Rosa melihat rumahnya yang sangat sepi, sudah tidak ada pelayan yang menyapanya. Mungkin mereka tengah tidur karena jam sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB.

Rosa berjalan ke kamar tidur, tapi ia sama sekali tidak menemukan keberadaan suaminya. Rosa tersenyum pahit, ia lalu mengeluarkan handphone miliknya dan segera menelpon suaminya.

Tut.. Tut.. Tut..

Rosa menghela nafas, tidak ada satupun panggilan darinya yang di angkat oleh Alan. Pria itu seakan sengaja mengabaikan panggilan darinya.

...

Keesokan harinya..

Rosa terbangun, matanya terbuka secara perlahan. Ia merasakan sebuah tangan yang melingkar pada pinggangnya, dan saat melihat ke samping.

Senyuman Rosa terlihat jelas saat melihat suaminya yang berada di samping dengan suara dengkuran yang halus.

Rosa bisa melihat wajah kelelahan Alan saat pria itu tidur, Rosa sama sekali tidak tahu kapan suaminya datang

Seperti biasa Rosa langsung pergi ke dapur, ia sengaja membuat beberapa hidangan untuk sarapan Alan.

Dan tak beberapa lama suaminya akhirnya turun dengan pakaian rapi, ia tersenyum dan mencium kening Rosa. Sikap Alan terlihat biasa saja, seakan tidak pernah terjadi sesuatu di antara mereka berdua.

"Kau memasak makanan kesukaan ku?" Tanya Alan dengan senyuman senang saat melihat beberapa makanan yang sangat ia sukai.

"Iya, aku sengaja memasak ini semua untuk mu." Jelas Rosa dengan senyuman hangat, untuk saat ini ia tidak ingin menanyakan kemana perginya pria itu.

Rosa duduk berhadapan dengan Alan, ia melihat hari ini suaminya sangat senang. Seperti ada sesuatu yang membuatnya menjadi sesenang itu.

"Hari ini happy banget keliatannya, ada apa emang?" Tanya Rosa seraya mengaduk-aduk makanannya.

"Enggak sayang, aku dapat promosi di perusahaan." Jelasnya singkat, Rosa bisa melihat jika Alan terus fokus pada handphone miliknya.

Ada rasa ingin tahu Rosa dengan handphone Alan, "Aku pengen minjem handphone kamu dong." Ucap Rosa.

Alan terdiam sejenak saat mendengar hal itu, Rosa bisa melihat pupil mata Alan membesar. Seakan pria itu terkejut saat mendengar hal itu.

"Buat apa?" Tanya Alan.

"Mau aja? Emang gak boleh? Bukankah dulu aku sering melihat handphone mu." Jelas Rosa.

Alan langsung buru-buru, "Lain kali aja, aku udah kesiangan." Jelasnya yang langsung pergi begitu saja.

Rosa terdiam dengan tatapan kesal dan frustasi, ia masih belum bisa terima dengan sikap Alan yang seperti ini. Entah kenapa pirasatnya mengatakan jika suaminya tengah bermain di belakang nya.

"Marni, kamu beresin ini. Dan jangan di buang, makan saja oleh kalian." Ucap Rosa yang langsung bangkit dari tempat duduknya.

Ia ingat dulu Alan selalu menghargai setiap makanan yang ia buat, tapi kini pria itu malah menyia-nyiakannya begitu saja.