Keluarga Wezumo adalah salah satu keluarga paling berkuasa di Asia. Mereka menguasai pasar bisnis dan memiliki perusahaan raksasa yang bergerak di bidang otomotif, Fashion dan properti.
Darrel, putra sulung keluarga Wezumo terpaksa menikahi Hope Emilia, putri seorang sopir keluarganya. Dua tahun menikah, Darrel tidak pernah menyentuh Hope, hingga Darrel tidak sengaja meminum obat perangsang malam itu.
Hubungan keduanya makin dekat saat Darrel mengangkat Hope menjadi asisten dikantornya. Namun kemunculan seorang pria tampan yang amat berbahaya di dekat Hope memicu kesalahpahaman di antara keduanya.
Belum lagi Hope tidak sengaja mendengar fakta sebenarnya dibalik pernikahan mereka. Membuatnya berada dalam pilihan yang sulit. Meninggalkan Darrel, atau mempertahankan pria itu bersama anak Darrel yang ada dalam kandungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 19
"Hope?"
Seorang perempuan berambut kuning menghampiri Hope. Awalnya dia ragu-ragu kalau perempuan yang dia lihat sedang duduk sendirian di bawah pohon tersebut adalah Hope. Namun setelah memastikan, ia pun mendekat. Hope menatap ke arah datangnya suara.
"Melan?" ia ikut surprise melihat Melan, teman sekelasnya sewaktu sekolah. Kebetulan sekali mereka ketemu di sini. Tapi setelah diingat-ingat, Melan memang pindahan dari Surabaya sebelum ke sekolahnya.
"Kamu kok ada di sini? Ngapain di Surabaya?" Melan mendekatinya dan bertanya dengan antusias. Hope sedikit merasa canggung karena dia dan Melan sebenarnya tidak dekat waktu sekolah.
Di sekolah Melan adalah seorang primadona yang disukai banyak cowok dan berasal dari keluarga kaya. Semua teman-temannya adalah orang-orang populer. Dan Melan tidak pernah bergaul dengannya. Menyapanya saja jarang sekali. Bahkan Hope pikir Melan tidak akan mengenalinya lagi. Namun ternyata dia salah besar. Melan masih mengenalinya.
"Itu, aku kerja di sini." jawab Hope seadanya. Ice cream yang dia makan tadi untungnya sudah habis.
"Kerja? Kamu nggak kuliah?"
"Mm. Aku sekarang sibuk ngurusin ..."
"Apa karena nggak mampu bayar?" Potong Melan, lalu bertanya dengan nada yang sengaja menyudutkan Hope. Hope sampai tidak tahu mau berkata apalagi dan akhirnya memilih diam saja. Ia memaksakan seulas senyum ke gadis itu.
"Padahal kuliah itu asyik banget loh. Apalagi kalau kamu kuliahnya dikampus unggulan dan berprestasi, pas selesai bisa kerja dikantor besar. Kamu tahu gedung besar di depan kita ini nggak?" Hope mengikuti arah pandang Melan yang menunjuk ke gedung besar di seberang.
Jelaslah Hope tahu. Orang itu perusahaan suaminya sendiri, masa dia nggak tahu.
"Besar dan mewah kan? Itu adalah perusahaan besar dengan gaji tinggi. Mereka hanya mengerjakan lulusan-lulusan dari kampus terbaik. Aku berniat ajuin magang di sana, biar selesai kuliah bisa langsung kerja di perusahaan itu. Aku yakin aku pasti bakal ke terima. Kamu tahu dari dulu, selain terkenal cantik, aku juga pintar kan?" kata Melan dengan percaya diri. Keliatan sekali pamernya.
Hope hanya senyum-senyum karena tidak tahu dia mau menanggapi bagaimana. Jelas-jelas Melan ini hanya mencoba pamer di depan dia.
"Oh ya Hope, kamu kerja di mana? Kerja apa? Bukan yang aneh-aneh kan?" kali ini Melan menanyakan pekerjaannya. Bahkan cara bertanya-nya terkesan negatif.
Ya ampun, memangnya penting? Paling setelah ini mereka tidak akan ketemu lagi.
"Itu aku ..."
"Hope,"
Hope berbalik saat mendengar seseorang memanggil namanya. Betapa kagetnya dia ketika melihat suaminya sudah berdiri di sana. Melan sendiri terpesona melihat laki-laki itu. Matanya melekat pada sosok tinggi dan pemilik wajah tampan bak dewa yunani itu.
Garis rahangnya sempurna. Hidungnya mancung, dagunya lancip, matanya, caranya menatap, dan tubuhnya sangat atletis impian rata-rata wanita penyuka pria seksi. Melan menatapi wajah itu tanpa berkedip sedikitpun.
Wajah tampan di depan mereka ini tampak tidak asing. Melan pernah lihat, tapi di mana ya? Anehnya, mata laki-laki tersebut hanya tertuju pada Hope. Melan pun hanya bisa menonton interaksi keduanya.
"Mas Darrel," Hope menyebut nama suaminya dengan raut wajah tidak enak. Kenapa laki-laki ini bisa berada di luar sini ya?
"Aku menelponmu tapi kau tidak angkat-angkat." ucap Darrel. Mendengar itu Hope pun langsung memeriksa ponselnya. Ia melihat ada lima panggilan tak terjawab dari lelaki itu. Dan dia jadi tidak enak.
"A ... Aku nggak liat mas," lirihnya.
"Ayo kembali, sepuluh menit lagi aku ada rapat."
Kata Darrel melirik sekilas ke Melan tanpa menyapa, karena merasa tidak penting. Pria itu pun berbalik, berjalan meninggalkan tempat itu. Sebelah tangannya dimasukan ke dalam saku.
"Mel, aku harus pergi." kata Hope ke Melan.
"Laki-laki itu siapa?" Melan bertanya. Ia penasaran sekali. Masa dirinya yang primadona sekolah bisa kalah sama seorang anak sopir. Melan sangat bisa menilai sosok laki-laki di depan sana. Dari penampilannya, dia tahu pasti bahwa laki-laki tersebut bukan orang sembarangan.
"Mm, bos aku." jawab Hope menyembunyikan fakta yang sebenarnya. Bukannya tidak mau pamer dia punya suami bak pangeran ke Melan, hanya saja menurutnya tidak terlalu penting. Lagian dia dan mantan teman sekolahnya ini pasti tidak akan bertemu lagi.
"Hope," Darrel menghentikan langkahnya dan kembali berbalik memanggil Hope.
Hope cepat-cepat mengikuti sang suami, meninggalkan Melan yang cepat-cepat membuka hapenya. Pokoknya dia harus tahu siapa pria itu.
"Tadi anak sopir itu memanggilnya Darrel." kata Melan sambil mengetik-ngetik pencarian di internet. Dia ragu bakal dapat sih, tapi apa salahnya mencoba.
"Darrel apa ya? Ah ketik pengusaha aja." perempuan itu pun mengetik dan keluarlah semua pengusaha bernama Darrel di pencarian.
Melan menscroll ponselnya ke atas sampai mendapati foto laki-laki yang mirip dengan laki-laki tadi. Wanita itu tersenyum puas. Usahanya tidak sia-sia.
"Ketemu juga akhirnya." matanya fokus membaca profil Darrel. Dan begitu tahu siapa sosok laki-laki itu, matanya melebar tidak menyangka.
"Darrel Wezumo? Jadi dia putra sulung konglomerat kaya raya itu? Pantesan kayak kenal. Astaga." seru Melan menutup mulutnya. Ia tak berhenti-berhenti tercengang. Dan jadi iri berat pada Hope. Bagaimana caranya Hope bisa kenal orang sepenting itu coba?
Otak Melan mulai berpikir mencari akal. Dia harus mendekati Hope, memanfaatkan perempuan itu untuk mendekati Darrel Wezumo. Wanita itu pun tersenyum licik dan berbalik pergi.
_______________
"Siapa wanita tadi?" Darrel menyamakan langkah dengan Hope dan bertanya. Bukan karena dia tertarik, ia cukup heran saja Hope ada teman di kota ini.
"Teman sekelas aku waktu SMA mas, dia aslinya memang dari Surabaya. Kebetulan kami bertemu mas." jawab Hope. Raut wajah Darrel tetap datar.
"Kamu beli ice cream?" kali ini Darrel menanyakan hal yang lain. Kenapa dia bisa tahu?
Tentu saja karena ada laporan pembelanjaan yang masuk di hapenya, karena Hope melakukan transaksi dengan kartu yang dia kasih ke sang istri.
Hope menganggukkan kepala. Saat suaminya berhenti melangkah, dia juga secara otomatis menghentikan langkahnya dan menatapi Hope lama.
Apakah ada yang salah dengan wajahku?
Hope bertanya-tanya dalam hati. Ia sampai malu di tatap terus oleh suaminya sendiri. Tak lama kemudian tangan Darrel menyentuh wajahnya. Menggosok bagian di dekat bibirnya mengenakan ibu jari.
"Lain kali perhatikan cara makanmu, jangan belepotan seperti anak kecil."
Oh, jadi yang di lihat sang suami adalah kotoran bekas ice cream di area mulutnya? Ya ampun, dia malu sekali.
Hope tersenyum malu. Darrel pun melanjutkan langkahnya habis menyeka kotoran di area mulut Hope, dan Hope mengekor dari belakang.
Gelapan juga c Darrel tu nanti...
Wait n see