Seorang wanita karir dikhianati oleh sang suami, namun demi putrinya dia memendam semuanya sendirian.
Pernikahan yang hambar, kekecewaan yang teramat besar pada sang suami mengakibatkan Maura frustasi hingga tak sengaja melakukan one night stand bersama laki-laki yang lebih muda darinya.
Disaat Maura akhirnya sudah berpisah dengan sang suami, percikan api cinta kembali muncul kepada pria selain suaminya. Namun saat itu ia mengetahui, jika putrinya juga mencintai pria yang sama.
Haruskah Maura mengalah sekali lagi, demi sang putri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Dua Kecoak.
Dikarenakan kondisi Deva hari itu yang tidak stabil, Gavriel menunda membawa Maura untuk dikenalkan pada keluarganya.
Malam itu, Gavriel memasak untuk makan malam karena Maura pun larut dalam kesedihan yang terjadi pada Deva.
Bahkan Deva tidak mau keluar kamar dan Maura membawa masuk makan malam dan menyuapi putrinya di dalam kamar.
Setelah 20 menit kemudian, Maura menutup pintu kamar dengan membawa nampan dengan piring bekas makan Deva yang masih tersisa banyak.
Gavriel mengambil alih nampan dari tangan Maura dan menaruh di atas meja makan, “Duduklah, sekarang giliran kamu makan. Makanan nya sudah dingin... tapi kita masih bisa memakan nya.“
Maura duduk di meja makan dengan lesu, akhirnya giliran Gavriel menyuapi Maura.
Maura membuka mulutnya dengan tak berg4irah. “Babe, kalo kamu begini... bagaimana caranya kamu akan support Deva. Dia yang sedang sedih, jadi harus kamu yang menguatkannya. Okay? Dan... untuk menguatkan Deva, kamu juga harus kuat dengan makan.“
Maura akhirnya membuka mulutnya dan mengunyah makanan buatan Gavriel, meskipun tidak seenak buatannya sendiri. Gavriel cepat belajar karena diluar negeri saat menjadi mahasiswa sebenarnya dia sudah mulai belajar masak makanan ringan, hanya saja dia semakin belajar memasak lagi setelah sudah bersama Maura.
“Pulang lah, Gav. Kamu pasti capek ngurusin kami berdua. Maaf ya... aku bahkan menitipkan Deva tadi siang karena harus kembali ke perusahaan.“
“Come on, Babe. Deva calon anakku, aku malah seneng kamu begitu percaya padaku. Padahal bisa saja kamu nggak percaya padaku, karena krisis kepercayaan pada lelaki.“
Gavriel menolak pulang karena ikut merasa cemas dengan kondisi Deva yang meskipun terlihat tegar tapi sesekali masih terdengar Isak tangis dari gadis itu.
“Thank's, tapi kamu nggak bisa nginep disini jadi sebaiknya pulang.“ Ujar Maura.
“Oke, Nite Babe.“ Gavriel menyerah, dia mengecup kening Maura sebelum akhirnya dia keluar dari rumah Maura.
Sayangnya, saat membuka pintu dua kecoak yang berniat mengganggu Maura datang.
“Lihat itu kan, Mas! Kamu masih memuji-muji Maura! Tapi ada laki-laki keluar dari rumah nya malam-malam begini! Mantan istrimu itu murahaaan...!“ Zara datang dengan menggendong putranya, bahkan sudah tak sopan pada Maura dengan memanggil nama Maura langsung tanpa embel-embel Mbak lagi.
“DIAM! Tutup mulut kamu, Zara!!!" Raka m3narik lengan Zara dengan kencang padahal perempuan itu sedang menggendong putra mereka.
“Akhhh!!!" Zara hampir saja terjatuh berserta bayinya jika saja Gavriel tidak menahan tubuh Zara.
“Laki-laki g0b l0gg!!! Lo pengen anak lo celaka! Udah lo nyakitin Maura sama Deva, sekarang lo mau berbuat kasar sama nih bayi!“
Catat! Gavriel hanya berniat menyelamatkan bayinya, bukan Zara.
Zara malah salah paham dan mesem-mesem sendiri dibela oleh Gavriel, di depan pintu Maura sudah keluar karena mendengar keributan di halaman rumahnya.
“Ada apa ini?! Keributan apa yang kalian berdua perbuat!“ Maura bersedekap, matanya memicing melihat tangan Gavriel masih berada di punggung Zara saat pemuda itu menolong tadi. “Kamu masih mau nempel-nempel sama perempuan perebut suami orang itu, Babe?!"
Mendengar suara Maura yang sarat kecemburuan dan kekesalan, sontak Gavriel menjauhkan tangan nya dari tubuh Zara.
Gegas Gavriel berjalan dengan langkah besar ke arah Maura, lalu mer4ngkul pingg4ng wanita itu dengan mesra.
Maura mendelik kesal pada Gavriel, “Kamu mau ga t3l ya sama cewek!“
“Enggak gitu, Babe. Tadi mantan suami kamu tarik tubuh istrinya dengan k4sar dan hampir terjatuh. Kalo sampai tadi jatuh, posisi bayinya pasti ketimpa tubuh perempuan itu karena bayinya berada dalam gendongan. Aku hanya seorang penyayang anak-anak.“ Gavriel nyengir lalu mengecup kening Maura agar kekesalan kekasihnya itu mereda.
Gavriel melepaskan r4ngkulan di pingg4ng Maura dan menggantinya dengan mendekap tubuh wanita itu m3masukan nya ke dalam pelukan tubuhnya yang berukuran tinggi besar.
Raka memancarkan sorot mata yang terluka melihat kemesraan yang dipertontonkan mantan istrinya, penyesalan pun sudah tak guna. Hidup dengan Zara, nyatanya serupa neraka dunia karena setiap harinya hanya ada pertengkaran semata.
Dulu posisi Gavriel yang kini mendekap tubuh Maura dengan mesra, Raka lah yang melakukan nya pada Maura sebelum badai menerjang pernikahan mereka di usia pernikahan 20 tahun.
Zara mendengus kesal, dia membayangkan dia lah yang dipeluk oleh pemuda setampan dan se-macho Gavriel. Sayangnya suaminya malah lebih tua darinya, dulu mungkin dia terima-terima saja meskipun Raka sudah berumur tua karena Raka kaya. Sekarang Raka sudah jatuh miskin karena rumah elit miliknya beserta isinya dijual untuk mengganti rugi pada perusahaan, sampai mobil pun ikut dijual. Yang tersisa hanya barang-barang branded milik Zara yang mirip seperti milik Maura, dan mereka kini tinggal di sebuah rumah kontrakan.
“Mas! Mau apa kalian kesini?! Jangan bikin keributan, Deva lagi sakit!“
“Apa?! Deva sakit! Aku harus menemui Deva, dimana dia!“ Raka berwajah khawatir karena seb3jat-bej4tnya dia, Raka tetap menyayangi putrinya.
Gavriel melepaskan dekapannya dari tubuh Maura dan berhasil menahan lengan Raka sebelum Raka masuk kedalam rumah. Bisa runyam urusan nya jika Raka tau kejadian pada Deva dan Daniel, Raka pasti akan menuduh Maura tak becus mengurus putrinya.
Itu pikiran Gavriel, alasan kenapa dia mencegah Raka bertemu Deva saat ini.
“Lepas nggak!“ sentak Raka berusaha melepaskan tangannya dari ceka-lan kuat Gavriel.
“Enggak! Sebaiknya kamu pergi dari sini dan urus istri kamu yang membuat keributan disini!“
“Hei! Aku nggak akan membuat keributan kalau Maura nggak bikin ulah lebih dulu! Kenapa dia harus melamar dan kerja di perusahaan yang sama dengan suamiku? Sampai-sampai Mas Raka sering betah di perusahaan! Bahkan saat aku akan mengantar makanan ke perusahaan, Mas Raka melarang ku! Apa kamu merayu mantan suami mu, Maura?!“ Zara bersuara lantang menuduh Maura.
Maura geram mendengar tudingan dari mulut cabe milik Zara, dia ingin sekali m3nampar wajah Zara namun melihat wajah tak berdosa bayi yang dalam gendongan Zara dia pun menahan kemarahannya.
d tunggu karya selanjutnya💜