Aqilla adalah satu satunya anak perempuan dari pasangan teguh dan Miranti. Tapi meskipun perempuan semata wayang tidak membuat ia menjadi anak kesayangan. Aqilla tidak terlalu pintar dibandingkan dengan Abang dan adikanya yang membuat ia di benci oleh sang ibu. selain itu ibunya juga memiliki trauma di masa lalu yang semakin membuat nya benci kepada Aqilla. akan kan suatu hari nanti Aqilla bisa meluluhkan hati sang ibu dan sembuh dari trauma nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
" Kamu kenapa sih Mir,selalu aja bedain Aqilla. Kamu juga perempuan kan,gimana perasaan kamu kalau ada di posisi dia. Kasihan dia masih kecil tapi selalu aja salah di mata kamu gak pernah dapat kasih sayang seperti saudara nya yang lain."tutur Teguh saat sudah berada di kamar mereka. Kalau Teguh sudah menyebut istrinya dengan panggilan nama saja itu artinya dia sedang marah dan kesal.
"Aku kayak gitu ke Aqilla biar dia gak manja dan bisa mandiri mas.Lagian aku heran, keturunan siapa sih dia bisa bego kayak gitu. Masih SD aja udah keliatan gak ada prestasi nya Sampek besar pun pasti tetap aja kayak gitu. Harusnya dia bisa mencontoh abangnya yang selalu juara di kelas, malu tau mas masak kalah sama Adnan yang laki laki. Aku gak mau yaa kalau udah besar nanti dia malah nyusahin dan gak bisa nerusin usaha kita karena otaknya yang mampu."cerocos Miranti.
"Istighfar kamu Mir,omongan adalah doa. Dia masih kecil wajar kalau masih tahap pembelajaran. Mungkin saja kan dia pandai di bidang yang lain dan aku yakin itu. Sebagai orang tua kita harus bisa mendukung dia dan mengeksplorasi kemampuan nya. Kasih waktu kamu sedikit saja untuk menemani dia belajar dan mendengarkan ceritanya. Jangan biarkan dia tumbuh tanpa kasih sayang seorang ibu. Dan jangan sampai kamu malah menyesali semuanya saat semua sudah terlambat" bujuk Teguh seperti ada makna tersirat dari ucapannya.
" Udah lah mas aku capek berdebat terus cuma gegara dia aja. Kamu aja yang urus anak kesayangan kamu itu,selama dia gak bisa buat aku bangga aku gak akan anggap dia anak. Aku malu sama temen- teman aku punya anak bodoh kayak dia gak seperti kita dan Adnan. Aku juga bakal jamin kalau Alvaro lebih pintar nantinya."kekeh Miranti dan berjalan keluar meninggalkan suaminya sendiri sambil membawa Alvaro yang berada di gendongan nya.
^^^^
Hari ini adalah hari Senin. Awal dimana semua aktivitas kembali berjalan setelah menikmati waktu libur di hari Minggu. Bertepatan dilaksanakannya ujian semester ganjil di SD Budi Darma tempat dimana Aqilla dan Adnan menimba ilmu. Teguh pun sudah bersiap untuk berangkat ke pabrik mebel yang ia kelola untuk memantau para karyawannya. Sedangkan Miranti masih fokus merawat sang bungsu dan memberikan kepercayaan kepada asisten nya untuk menghandle cafe yang ia kelola.
Saat sarapan bersama hanya suara Adnan saja yang terdengar berceloteh riang dengan sang mama. Tidak seperti Aqilla yang melahap sarapannya sambil menunduk lesu.
" Hari ini kamu sudah mulai ujian kan qilla, semangat yaa sayang papa yakin kamu pasti bisa dapetin nilai terbaik."ucap Teguh tak tega melihat sang putri sedih karena hanya bisa melihat kedekatan mama dan Abang nya saja.
"Iyaa pa, tadi malam juga aku udah belajar biar nanti bisa jawab soal yang di kasih Bu guru" jawab Aqilla dengan menampilkan senyum manisnya.
" Halah mau belajar Sampek mata kamu juling juga gak bakalan bisa ngalahin Adnan,ya kan sayang kamu kan jagoan nya mama" sambung Miranti dan juga Adnan yang menatap remeh ke arah Aqilla. Padahal mereka lahir dari rahim yang sama tapi malah saling berlomba agar terlihat mana yang paling terbaik di mata sang mama.
Dengan mata tajam Teguh menatap Miranti agar diam dan tidak memperkeruh suasana pagi ini. Ia mengusap lembut pucuk kepala sang putri seolah menyalurkan energi agar kembali bersemangat.
" Papah pergi dulu yaa sayang,nanti pulang kerja papa belikan kamu boneka yang gede banget". Mata Aqilla seketika membulat dengan menampilkan senyum termanis nya ketika mendengar perkataan papanya.
" Beneran pa, hore. Aku janji nanti aku pasti dapat nilai bagus biar papa seneng dan bangga sama aku."soraknya riang.
" Papa kok pilih kasih cuma Aqilla aja yang di belikan mainan padahal kan selama ini aku yang selalu juara tapi papa lebih sayang sama dia gak kayak mama"Adnan merajuk dan memanyunkan bibirnya dengan kesal.
" Iyaa nanti papa beliin juga buat Abang. Papa sayang sama kalian semua jadi Abang juga gak boleh nakal yaa ke Aqilla. Bagi papa kalian semua pintar. Kalau gitu papa berangkat duluan yaa sayang kalian pergi sama supir aja gak papa kan." Keduanya pun mengangguk dan menyalami tangan Teguh. Begitupun dengan Miranti yang mendapatkan kecupan di keningnya dan mengantarkan sang suami ke pintu depan.
Tak lama kemudian kedua anaknya pun pergi dengan di antar supir pribadi mereka. Namun sebelumnya Miranti sudah memberi peringatan kepada Aqilla jika dia tidak mendapatkan nilai ujian yang bagus maka akan di hukum olehnya. Aqilla pun mengangguk dan menatap ibu nya dengan takut.
Waktu terus berjalan,dan sudah saatnya jam pulang sekolah. Seluruh murid sudah membawa hasil ujian mereka hari ini karena langsung di bagikan oleh gurunya setelah di periksa. Aqilla menatap lesu kertas ulangan matematika dan bahasa Indonesia yang ia pegang. Ia mendapatkan nilai 60 pada pelajaran matematika sedangkan 75 bahasa Indonesia. Ia takut pasti ibunya akan marah melihat hasil ujian nya dan akan di kurung di kamar mandi sebagai hukuman. Adnan menghampiri sang adik dan melirik kertas ujian tersebut.
" Hayo loh kamu pasti di hukum sama mama nanti karena nilai kamu jelek. Lihat ini aku dapat nilai bagus gak kayak kamu bodoh. Kamu juga gak jadi di belikan mainan sama papa. Makanya pinter kayak aku" ujar Adnan dengan sombong nya. Sementara Aqilla berusaha menahan tangisnya sedari tadi.
Dan benar saja sesampainya dirumah Miranti murka melihat hasil ulangan Aqilla. Ia langsung menarik tangan Aqilla kasar menuju ke kamar mandi tanpa memperdulikan sang anak yang sudah memohon ampun dengan tangisan yang memilukan. Ia mendorong tubuh kecil Aqilla ke lantai kamar mandi dan mengguyurnya tanpa henti. Napas Aqilla semakin terengah dia juga kedinginan dan lapar karena belum makan sedari tadi.
"Dasar anak bodoh sudah aku bilang aku benci liat nilai kamu yang gak ada kemajuan. Ini hukuman buat kamu karena gak becus jadi anak. Mau sampai kapan kamu begini terus makanya belajar yang bener"rutuknya.
" Ampun maaa... Ampun.. Aqilla janji gak bikin mama marah lagi. Aqilla janji lebih giat belajar lagi ma.. ampun jangan siramin Aqilla terus. Dingin maa..."Isaknya sambil memeluk tubuhnya yang sudah basah kuyup dan menggigil.
Setelah puas dengan aksinya Miranti pun langsung meninggalkan nya begitu saja. Di luar sudah ada mbok Darmi,asisten rumah tangga mereka. Ia menunduk saat Miranti menghampiri nya.
" Urus anak itu mbok dan jangan pernah bilang ke suami saya kalau saya menghukum dia atau kamu saya pecat" ancamnya.