NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Super Jenius Kultivasi 2

Reinkarnasi Super Jenius Kultivasi 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Fantasi Timur / Dikelilingi wanita cantik / Epik Petualangan / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:224.2k
Nilai: 4.9
Nama Author: Soccer@

Satu tahun telah berlalu, banyak hal yang terjadi. Namun Chen Xuan, pangeran sampah dari Istana Raja Chen telah bangkit menjadi praktisi terkuat di usia 18 tahun. Mengguncang Benua Timur dengan Pedang Penguasa Naga Hitam. Menghancurkan Faksi Laut Biru dan mempermalukan mantan tunangannya yang telah menghina ibunya.

Tapi meski demikian, setelah semua itu berakhir. Chen Xuan masih harus terus maju. Membuka rahasia besar tentang masa lalu dan masa mendatang, memenuhi janjinya kepada Ling Xia, serta mencari keberadaan ibunya.

Namun di saat janji begitu penting, Chen Xuan sekali lagi di hadapkan dengan pilihan sulit antara melindungi anaknya yang akan lahir atau terus maju dengan hati dingin ke arah takdir yang di tentukan!!.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Soccer@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 22 ~ SOSOK YANG MIRIP ~

Di tengah kekosongan yang mencekam, badai waktu mengamuk dengan kekuatan yang menghancurkan. Dalam kekacauan itu, berdirilah seorang pria paruh baya tampan dengan postur tegak dan penuh wibawa. Kedua tangannya terlipat di belakang punggungnya, sementara kedua kakinya berpijak di udara, seolah-olah mendapatkan dukungan tak terlihat. Tidak ada tanda-tanda sayap Qi di punggungnya, namun aura kuat yang dipancarkannya membuatnya tampak seperti dewa.

Wajahnya yang tampan dan berwibawa menarik perhatian. Alisnya setajam pedang, rahangnya tegas, dan tatapannya tajam seperti pisau. Matanya berkilauan dengan kebijaksanaan dan kekuatan, memancarkan aura yang menggetarkan. Jika dilihat sekilas, pria paruh baya itu sangat mirip dengan Chen Xuan, namun dalam versi yang lebih dewasa dan berpengalaman. Usia tidak mengurangi kekuatan dan ketampanannya, bahkan semakin menambah kedalaman dan otoritasnya.

Saat ini, pria paruh baya itu berdiri tegak di depan cermin air yang tenang, memantulkan bayangan yang jernih. Matanya tajam menatap ke dalam cermin, seolah-olah melihat ke dalam jiwa. Di dalam cermin air itu, terlihat sosok Chen Xuan yang sedang berbicara dengan Xu Murong, gadis cantik dengan senyum manis. Chen Xuan terlihat serius, namun sesekali melirik ke arah pria paruh baya itu dengan ekspresi campuran keheranan dan ketidakpercayaan.

Cermin air tersebut seolah-olah menjadi jendela waktu, menghubungkan dua dimensi yang berbeda. Pria paruh baya itu memandang ke dalam cermin dengan nostalgia, seolah-olah mengenang masa lalu. Ekspresi wajahnya berubah, menampilkan campuran rasa bangga, sedih, dan kebijaksanaan. Dia menyaksikan Chen Xuan dan Xu Murong berinteraksi, seolah-olah memantau perkembangan masa depan.

"Aku telah membawamu kemari, putraku," kata pria paruh baya itu dengan suara berat dan penuh emosi. "Cepatlah tumbuh dan menjadi kuat. Ketika waktunya tiba, kita – ayah, anak, dan ibumu – akan bersatu kembali, dalam kebersamaan yang abadi."

Pada saat itu, alis setajam pedang pria paruh baya itu berkerut. Dengan gerakan perlahan, dia melambaikan tangan kanannya ke arah cermin air. Air di cermin itu seketika bergejolak, seolah-olah terkena ombak kekuatan tak terlihat.

Cermin air yang tadinya tenang kini berubah menjadi kaca patri yang memantulkan cahaya keemasan. Gambar Chen Xuan menghilang seketika, digantikan oleh visi sepuluh pria paruh baya yang mengesankan. Mereka memiliki sayap Qi yang indah di punggung, melambangkan kekuatan dan kebebasan.

Sepuluh pria paruh baya itu terlihat sedang melesat di langit, meninggalkan jejak cahaya yang mempesona. Sayap Qi mereka bergerak dengan harmonis, menciptakan angin yang menggetarkan. Wajah mereka serius, menunjukkan tekad dan kekuatan.

Melihat pemandangan tersebut, pria paruh baya itu mengeluarkan kata-kata dengan nada tegas dan berwibawa: "Klan Liu, Klan Han, dengarlah perintahku! Saat ini, putraku sedang menapaki jalannya. Tidak ada satu pun dari kalian yang diizinkan mendekatinya! Jangan ganggu perjalanan putraku!"

Suara pria paruh baya itu menembus kekosongan, menggema di langit dengan intensitas yang menggetarkan. Suaranya bagai guntur yang menggelegar, menghantam langit dan memantulkan gaungnya ke seluruh penjuru.

Di langit, sepuluh pria paruh baya dengan sayap Qi yang indah terhenti sejenak, menoleh ke arah suara tersebut. Mereka merasakan getaran kekuatan yang mengesankan, dan membuat wajah kesepuluh pria paruh baya itu memucat.

Langit yang biru kini berubah menjadi gelap, dengan awan hitam yang mengumpul. Petir menyambar, mengiringi suara pria paruh baya itu. Kekuatan gaib yang tak terlihat mengalir, memperkuat kesan kekuasaan dan wibawa.

Salah satu dari sepuluh pria paruh baya itu mendongak ke langit, wajahnya penuh hormat dan takjub. Dengan gerakan yang elegan, dia menyatukan kedua tangannya di depan dada, membentuk sikap sembah. Matanya terpaku kekosongan di langit, menunjukkan rasa hormat dan kesadaran akan kekuatan yang lebih tinggi.

"Tuan yang terhormat," ucapnya dengan suara yang jernih dan sopan, "kami bersepuluh tidak sengaja melewati wilayah ini saat perjalanan menuju Kekaisaran Chen. Jika kehadiran kami mengusik Tuan, mohon maafkan kami. Kami akan segera memutar arah dan meninggalkan tempat ini, tidak ingin mengganggu ketenangan Tuan."

"Kembalilah sekarang juga! Kalian tidak boleh melangkah ke Kekaisaran Chen!" Suara misterius itu menggema kembali, penuh otoritas dan ancaman. "Jika kalian melanggar perintah ini, aku tidak akan ragu-ragu membinasakan kalian semua di tempat ini!"

Mendengar ancaman tersebut, wajah sepuluh pria paruh baya itu memucat secara instan, menampilkan ekspresi ketakutan dan hormat. Mereka saling menatap, kemudian dengan cepat berbalik dan melesat ke arah asal mereka dengan kecepatan luar biasa.

Sayap Qi di punggung mereka bergerak dengan harmonis, menciptakan angin kencang yang menggetarkan. Jejak cahaya putih keperakan terlihat di belakang mereka, menandai jejak kepergian mereka. Dalam sekejap, mereka menghilang dari pandangan, meninggalkan keheningan yang mendalam.

Melihat kepergian sepuluh pria paruh baya itu, pria paruh baya yang berdiri di kekosongan tersenyum acuh tak acuh. Dengan gerakan perlahan dan penuh makna, dia melambaikan tangan kanannya ke arah cermin air.

Cermin air yang tadinya tenang seketika berubah, airnya berputar membentuk pusaran. Kemudian, bayangan dua sosok muncul dengan jelas: Chen Xuan dan Xu Murong. Mereka berdiri berdampingan, dengan senyum hangat dan penuh cinta.

Pria paruh baya itu memandang cermin dengan mata yang penuh kasih sayang, seolah-olah mengawasi masa depan putranya. Ekspresi wajahnya menunjukkan kebanggaan dan harapan.

"Sekarang, aku telah membantumu sekali, putraku," kata pria paruh baya itu dengan suara penuh kasih sayang. "Berikutnya, semua bergantung pada kekuatan dan kebijaksanaanmu sendiri."

Setelah mengucapkan kata-kata bijak tersebut, pria paruh baya itu perlahan-lahan mulai berubah menjadi kabut tipis, seolah-olah terurai oleh angin tak terlihat. Kabut itu semakin memudar, dan akhirnya dia menghilang sepenuhnya dari pandangan.

Bersamaan dengan itu, badai ruang yang tadinya mengamuk di sekitarnya segera reda. Angin kencang berhenti, petir tidak lagi menyambar, dan awan hitam berkurang. Ruang yang tadinya bergolak kini kembali normal, seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Ketenangan yang mendalam kembali menyelimuti seluruh wilayah.

..

Saat itu, Chen Xuan yang menyaksikan pertempuran mematikan di depannya, tiba-tiba mengerutkan keningnya karena merasakan getaran aneh di udara. Dia kemudian menoleh ke langit, mencari sumber energi misterius yang mengalir deras. Ekspresi wajahnya berubah, menampilkan campuran keheranan dan curiga.

Matanya tajam memandang ke atas, seolah mencari sesuatu yang tidak terlihat. Chen Xuan merasakan adanya perubahan besar dalam keseimbangan kekuatan di sekitarnya.

Xu Murong menatap Chen Xuan dengan rasa penasaran. "Apa yang terjadi?" tanyanya dengan suara lembut.

Chen Xuan menatap langit di kejauhan dengan ekspresi aneh. "Dia sudah pergi," ucapnya pelan. "Auranya telah benar-benar menghilang."

Xu Murong tersenyum sinis. "Sepertinya dia hanya lewat, penasaran dengan pertempuran ini, dan bosan setelah melihatnya. Lalu, dia pergi begitu saja!"

..

1
𝓖𝓮𝓻𝓪𝓵𝓭𝓮𝓷𝓪
thanks thor mau lanjut ceritanya mangat thor/Determined//Determined/
Angga Hu Wijaya
tetap semangat Thor susah cari cerita yang kayak gini
Angga Hu Wijaya
semangat Thor
Sugeng Waluyo
vote otw thorr
🍃🦂 Nurliana 🦂🍃
Makasih tohr udah mau lanjut ceritana 🤗 /Determined//Determined//Determined/
Maz Shell
Gtu dong semangat
slamet riyadi
mantap author
lanjutken
Didi h Suawa
lanjut
Dirman Ha
hc sstt d
Dirman Ha
hc dy
Dirman Ha
fi nk
Hinata Shoyo
matappp jiwa, kerennn kelass kau thor masa cerita sekeren in gk tuntas ya harus tuntas donk thor..luarr biasa lanjutt thor crazy up yoo gassssssssspollllll😁
Dirman Ha
giih dy
Dirman Ha
giih Hi
Dirman Ha
dy x cy gi
Dirman Ha
dy c dy
Dirman Ha
dy giih
Dirman Ha
cy Hi
Dirman Ha
hc dy
Dirman Ha
hc dh k
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!