NovelToon NovelToon
Rebirth And Redemption

Rebirth And Redemption

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Showbiz / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Bullying dan Balas Dendam / Putri asli/palsu
Popularitas:8.9k
Nilai: 5
Nama Author: Seojinni_

Dalam kehidupan sebelumnya, Xin Yi tidak pernah mengerti. Mengapa Gu Rui, yang disebut sebagai Putri satu-satunya keluarga Gu, selalu membidiknya.

Selalu merebut apa yang jadi miliknya, dan berusaha mengalahkan nya disetiap hal yang ia lakukan.

Tidak sampai suatu hari, Xin Yi menemukan catatan lama ibunya.

Dia akhirnya mengerti, bahwa yang sebenarnya anak kandung Tuan Gu adalah dirinya...

" Xin Yi, matilah dengan tenang dan bawa rahasia itu terkubur bersama tubuhmu. "

Gu Rui membunuhnya dengan kejam, merusak reputasinya, mencuri karya miliknya, dan memfitnah nya sebagai putri palsu yang hanya ingin menipu harta ayahnya.

....

" Tunggu, jadi maksudnya aku adalah Xin Yi itu sekarang.. "

Xi Yi, seorang pemenang penghargaan aktris terbaik selama lima tahun berturut-turut.

Harus kehilangan nyawanya akibat ditikam sampai mati oleh fans fanatiknya.

Dia kemudian terlahir kembali sebagai Xin Yi didunia yang lain.

Dia adalah seorang aktris, mampukah dia berubah menjadi Xin Yi Idol.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seojinni_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27 : Sedikit Kerinduan

Suasana di asrama terasa semakin tegang setelah pengumuman pembagian tim. Semua peserta sibuk mempersiapkan diri untuk penampilan semi final yang semakin dekat. Beberapa di antaranya berlatih keras, sementara yang lain saling berbicara tentang strategi mereka. Namun, Xin Yi merasa tubuhnya sangat lelah setelah hari yang panjang, dan yang dia inginkan hanyalah tidur untuk mengembalikan energi yang terkuras.

Dia duduk di tempat tidurnya, memandang sekeliling ruangan yang sepi. Semua kerumitan yang terjadi dalam beberapa hari terakhir mulai terasa seperti beban yang terlalu berat untuk dipikul, namun dia tahu bahwa untuk bisa melewati semua ini, dia harus tetap kuat. Dengan langkah perlahan, Xin Yi merebahkan tubuhnya di tempat tidur, berharap bisa melupakan sejenak segala hal yang mengganggu pikirannya.

Namun, tepat saat dia hendak menutup matanya, teleponnya berdering. Xin Yi menghela napas dan mengangkat teleponnya dengan malas. Di layar muncul nama Huo Qian, dan seketika itu juga sebuah senyuman kecil terbentuk di wajahnya.

"Huo Qian?" suaranya terdengar sedikit lelah, namun tetap terdengar hangat.

"Xin Yi, aku akan absen untuk penampilan juri besok karena ada pekerjaan di luar negeri," suara Huo Qian terdengar serius, namun tetap dengan nada yang lembut. "Tapi aku sudah mengatur beberapa pengawal untuk mengawasi kamu dari jauh. Aku tidak ingin membatasi gerak-gerikmu, tapi aku juga khawatir. Jadi, aku rasa ini adalah keputusan terbaik."

Xin Yi terdiam sejenak mendengar penjelasan itu. Dia mengerti maksud baik Huo Qian, namun ada perasaan canggung yang datang begitu saja. Dia tidak ingin terlihat terlalu bergantung pada orang lain, apalagi Huo Qian yang selalu terlihat sangat protektif terhadapnya. Dengan sedikit mendengus, dia berusaha menahan citra dirinya, meskipun hatinya merasa hangat mendengar perhatian Huo Qian.

"Jangan khawatir, aku baik-baik saja," jawab Xin Yi dengan suara yang sedikit dingin, mencoba menutupi perasaannya. "Aku tidak perlu dijaga seperti itu."

Huo Qian tertawa pelan, tahu betul bahwa Xin Yi hanya mencoba untuk tidak terlihat terlalu lemah. "Aku tahu, aku tahu," jawabnya dengan nada menggoda. "Tapi aku hanya ingin memastikan kamu aman."

Obrolan mereka terus berlanjut, dengan keduanya saling menggoda seperti biasa. Huo Qian bertanya tentang bagaimana persiapannya untuk semi final, sementara Xin Yi membalas dengan humor khasnya. Namun, seiring berjalannya waktu, suara Xin Yi mulai terdengar semakin pelan, dan Huo Qian perlahan menyadari bahwa gadis itu sudah mulai tertidur.

"Xin Yi?" Huo Qian memanggil dengan lembut, namun hanya mendapatkan jawaban berupa helaan napas yang tenang. Xin Yi sudah tertidur, suaranya hilang digantikan oleh keheningan malam.

Dengan senyuman di wajahnya, Huo Qian berkata pelan, "Selamat malam, Xin Yi. Semoga tidurmu nyenyak."

Dia menatap layar telepon untuk beberapa saat, seolah ingin mengingat suara lembut Xin Yi sebelum akhirnya menutup telepon dan membiarkan dirinya terlelap dalam ketenangan malam.

***

Hari-hari berlalu dengan cepat, dan Xin Yi semakin tenggelam dalam dunia musik yang ia ciptakan. Kali ini, ia memutuskan untuk mengubah arah konsep penampilannya. Dengan semangat yang membara, ia memilih gaya yang lebih gelap dan berani. Hot pants, rantai, eye shadow bold, dan jaket kulit hitam—semuanya untuk menonjolkan sisi maskulin seorang gadis muda yang tak takut menunjukkan kekuatan dalam dirinya.

"Ini akan menjadi luar biasa," pikir Xin Yi dengan keyakinan, membayangkan bagaimana penampilannya nanti akan mencuri perhatian. Dia merasa konsep ini sangat cocok untuknya, memberikan warna baru yang lebih kuat dan lebih berani dalam setiap gerakannya.

Meskipun Lu Zhi tidak berada di tim mereka kali ini, Xin Yi tidak merasa kehilangan arah. Tanpa rapper dalam tim, ia dengan percaya diri memutuskan untuk mengisi posisi tersebut. Dia berusaha mendorong anggota tim lainnya untuk menonjolkan lebih banyak vokal, menciptakan harmoni yang lebih kaya. Mereka berlatih bersama dengan semangat, saling mengisi kekosongan dan memperbaiki kekurangan. Ada satu anggota baru yang ditambahkan ke dalam tim, dan meskipun dia sedikit canggung pada awalnya, mereka dengan cepat menemukan ritme yang pas.

Xin Yi tak hanya mengajarkan mereka cara bernyanyi, tetapi juga cara menghidupkan setiap lirik dengan ekspresi dan gerakan tubuh yang penuh emosi. Setiap detik latihan terasa semakin menyatu, dan Xin Yi merasa mereka semakin dekat dengan tujuan mereka. Lagu ini akan lebih dari sekadar penampilan—ini adalah sebuah pernyataan, sebuah ekspresi dari kekuatan dan keberanian yang ingin mereka tunjukkan.

***

Gu Rui menatap foto itu dengan ekspresi datar, perasaan benci yang sudah lama tertanam dalam dirinya semakin menguat. Dia tahu persis maksud dari pesan itu, dan meskipun ada rasa cemas yang samar, dia memilih untuk mengabaikannya. Dalam pikirannya, masalah yang ada kini seperti sebuah peluang. "Bagus," pikirnya, "Jika ada seseorang yang bisa mengambil alih masalahku, kenapa tidak?"

Gu Rui merasa terjebak dalam peran yang tak diinginkan, dan Xin Yi—dengan segala kelebihannya—adalah sosok yang semakin mengancam posisinya. Namun, jika ada cara untuk mengalihkan perhatian dan membuat seseorang lain mengambil alih masalah yang semakin mempersulitnya, maka dia akan menyambutnya dengan tangan terbuka.

"Biarkan saja," gumamnya pada diri sendiri. "Jika ada yang bisa menangani semuanya, aku tidak akan keberatan."

Dia melemparkan ponselnya ke meja dengan sikap acuh tak acuh, berpaling dari pesan itu dan kembali pada pikirannya yang lebih gelap. Sementara itu, di luar sana, Xin Yi dan timnya terus berlatih dengan semangat yang semakin membara, tak menyadari bahwa di balik layar, angin perubahan sedang berhembus dengan cepat.

***

Setelah sesi latihan yang melelahkan, Xin Yi merasa tubuhnya lelah namun puas. Ia baru saja selesai mandi dan merapikan diri, namun hari itu terasa lebih sepi dari biasanya. Ponselnya yang biasanya dipenuhi pesan dan panggilan, kali ini terasa sunyi. Huo Qian yang biasanya selalu menghubunginya, hari ini tampaknya sibuk dengan urusannya sendiri. Tanpa sadar, ada sedikit rasa kosong yang muncul di hati Xin Yi, meskipun ia berusaha untuk tidak terlalu memikirkannya.

Tiba-tiba, ponselnya berbunyi. Bukan panggilan telepon biasa, melainkan panggilan video. Xin Yi sempat berpikir untuk mengabaikannya, tetapi panggilan itu terus berdering. Akhirnya, dengan sedikit rasa enggan, ia menerima panggilan tersebut.

Di layar ponselnya, muncul wajah Huo Qian. Rambutnya yang basah dan berantakan memberikan kesan yang berbeda dari penampilannya yang biasa—lebih santai, lebih manusiawi. Xin Yi merasa, entah kenapa, Huo Qian yang seperti ini justru terlihat lebih tampan.

"Baru selesai mandi?" tanya Xin Yi, mencoba bersikap biasa meskipun hatinya mulai berdebar.

Huo Qian tersenyum nakal. "Baru saja selesai berolahraga," jawabnya dengan nada santai. "Kau tahu, aku harus menjaga otot perutku. Lagipula, ada seseorang yang sangat suka melihatnya," ujarnya sambil mengarahkan kamera ke arah perutnya.

Xin Yi terkejut, matanya membelalak. "Apa yang kau lakukan?!" serunya, wajahnya memerah seketika. "Kau ini memang gila!"

Huo Qian tertawa puas, menikmati reaksi Xin Yi yang kaget dan kesal. "Ah, jangan terlalu serius, Xin Yi. Aku hanya bercanda," katanya dengan suara yang penuh godaan, matanya tidak lepas dari wajah Xin Yi.

Xin Yi mendengus, berusaha menahan senyum meskipun hatinya berdebar kencang. "Kau ini memang tidak bisa diam, ya?" ujarnya sambil berpaling, mencoba menyembunyikan rasa canggung yang mulai menguasainya.

Namun, Huo Qian tidak berhenti menggoda. "Tapi, kau tahu kan, aku hanya ingin melihat senyumanmu," katanya dengan nada lebih lembut, tatapannya penuh perhatian, membuat Xin Yi merasakan sesuatu yang berbeda di dalam hatinya.

Tiba-tiba, dering ponsel Xin Yi mengingatkannya pada pesan dari ayahnya. "Putriku, ayah akan kembali minggu ini. Meski hanya sebentar, ayo kita makan sebelum kau pergi ke stasiun TV."

Xin Yi tersenyum kecil membaca pesan itu, merasa hangat di dalam hatinya. Ayahnya selalu berusaha meluangkan waktu untuknya meskipun sibuk. Ia membalas pesan itu dengan cepat, lalu menatap layar ponselnya lagi. Huo Qian masih ada di sana, menunggu dengan tatapan yang tampaknya enggan berpisah.

"Sepertinya aku harus pergi," kata Xin Yi, sedikit ragu.

Huo Qian mengangguk, meskipun wajahnya tampak enggan. "Hati-hati, ya. Jangan lupa jaga dirimu," ucapnya, suaranya lebih lembut dari biasanya.

Xin Yi tersenyum, merasa hangat di dalam hatinya. "Terima kasih, Huo Qian. Sampai nanti," jawabnya, sebelum menutup panggilan.

Saat meletakkan ponselnya dan berjalan keluar kamar, Xin Yi merasa ada sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang perlahan mulai tumbuh di dalam dirinya. Perasaan itu mungkin belum sepenuhnya jelas, namun ia tahu, ada sesuatu yang membuatnya semakin terikat dengan Huo Qian, sesuatu yang tak bisa dia jelaskan dengan kata-kata.

1
Batara Kresno
bagus alur ceritanya suka banget
Batara Kresno
keren lanjut thor
Xin Lian
mantap
Hyun Ji
lanjut
Ao_Ao_
Lanjuttttt kk
Ao_Ao_
Bagus
Ao_Ao_
kk banyakin momen uwu ny dong
Grace_
Semangat kakkkkk, ayok update banyak2 yahh
Grace_
Stalker? 🤔
Grace_
Kuat bukan berarti gak butuh masih sayang ya Xin Yi, kamu berhak bahagia
Jasmin Melor
Luar biasa
Serendipity_
Huo Qian modus banget ye 🤣
Duh siapa itu kak, apa bakal ada penguntit dirumah xin yi?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!