Aksa harus menelan pil pahit saat istrinya, Grace meninggal setelah melahirkan putri mereka. Beberapa tahun telah berlalu, tetapi Aksa masih tidak bisa melupakan sosok Grace.
Ketika Alice semakin bertumbuh, Aksa menyadari bahwa sang anak membutuhkan sosok ibu. Pada saat yang sama, kedua keluarga juga menuntut Aksa mencarikan ibu bagi Alice.
Hal ini membuat dia kebingungan. Sampai akhirnya, Aksa hanya memiliki satu pilihan, yaitu menikahi Gendhis, adik dari Grace yang membuatnya turun ranjang.
"Aku Menikahimu demi Alice. Jangan berharap lebih, Gendhis."~ Aksa
HARAP BACA SETIAP UPDATE. JANGAN MENUMPUK BAB. TERIMA KASIH.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Tujuh Belas
Aksa masuk ke kamarnya diikuti Ghendis. Pertama kali memasuki ruangan itu, dia langsung disuguhi pemandangan foto Grace di dinding dengan ukuran sangat besar.
Ghendis menarik napas berat. Padahal dia dan Dicky sepakat untuk mengakhiri hubungan mereka karena dia menghargai pernikahan dan juga menghormati Aksa sebagai suami.
Dicky juga telah merelakan dan mengikhlaskan dirinya. Namun, jika Ghendis merasa tak bahagia dengan Aksa, pria itu bersedia menerima gadis itu kembali.
Bukannya dia cemburu dengan kakaknya yang telah tiada. Namun, apa salah jika Aksa menghargai sedikit saja kehadirannya sebagai seorang istri. Jika pria itu bisa membentengi dirinya, kenapa dia tidak, pikir Ghendis.
Gadis itu langsung masuk ke kamar dan membersihkan dirinya.Melihat Ghendis yang masuk ke kamar mandi, pria itu keluar dulu, dia menuju ruang kerjanya. Ada yang ingin dia kerjakan.
Tanpa bertanya dan menunggu Aksa, dia langsung membaringkan diri di sofa. Sebelum Aksa meminta lebih baik dia tahu diri.
Aku tak pernah menjadi penting bagi orang lain. Sering kali menjadi pihak yang diabaikan. Apa-apa yang membuatku sakit selalu disepelekan. Terkadang aku bertanya, harus jadi yang seperti apa? Agar setidaknya aku di anggap ada.
Aku tahu posisi aku sekarang itu apa? aku juga tahu, aku tak punya hak untuk marah apa lagi cemburu. Tapi apa kamu pernah berpikir tentang aku? Sekaliii sajaaa .... Mungkin aku yang terlalu banyak berharap sama kamu tentang hubungan pernikahan kita ini. Sampai-sampai aku lupa cara membahagiakan diri sendiri.
Aku lebih memilih lihat kamu dan anakmu bahagia di banding dengan diriku sendiri. Ya aku bodoh, memang sangat bodoh, terlalu banyak berharap dengan hubungan ini. Terlalu banyak berekspektasi tinggi sama kamu. Sampai aku lupa bahwa aku juga sangat butuh bahagia.
Ghendis yang telah kelelahan langsung tertidur di sofa dengan meringkuk. Air mata masih tampak menetes dari sudut matanya.
Aksa yang baru masuk ke kamar, melihat Ghendis yang telah terlelap di sofa. Dia lalu mendekati dan menggendong gadis itu. Meletakkan di atas ranjang. Kasihan melihat dia tertidur dengan meringkuk karena sempitnya sofa.
Setelah membersihkan tubuhnya, Aksa lalu ikut berbaring di samping gadis itu. Ghendis yang tak menyadari jika di sampingnya tidur ada Aksa, bergerak dan memeluknya.
Aksa menahan napasnya karena pelukan Ghendis yang begitu erat di tubuhnya. Dia merasa sesuatu di bagian tubuh bawahnya terbangun.
"Ya Tuhan, sabar Jerry. Suatu saat nanti kamu pasti ketemu lagi sarangmu. Tapi bukan saat ini. Aku takut dia menolak. Lagi pula semua harus dilakukan perlahan, jangan terburu-buru. Agar dia tak takut dan menolak," gumam Aksa.
Aksa tak bisa tidur nyenyak karena sepanjang malam Ghendis memeluk tubuhnya seperti guling. Gadis itu belum juga menyadarinya, mungkin karena kelelahan sehingga tidurnya begitu lelap.
Subuh Aksa langsung bangun. Dia sudah tak tahan. Harus menidurkan Jerry yang terbangun.
"Astaga, apa aku harus main solo lagi. Grace, maaf. Sepertinya aku sudah tak tahan. Jerry sudah ingin masuk sarang. Mungkin mulai hari ini aku harus mencoba membuka hati untuk wanita lain. Aku harap kamu mengerti," gumam Aksa dalam hatinya.
Aksa selalu teringat janjinya untuk tak mencintai wanita selain Grace, itulah alasan kenapa dia susah mencari pengganti istrinya. Dia juga merasa bersalah atas kematian sang istri, karena dia yang menginginkan wanita itu hamil dan memiliki anak. Jika istrinya tidak hamil dan melahirkan pasti masih hidup hingga saat ini, itu yang ada dalam pikiran pria itu.
Ghendis membuka matanya. Dia terkejut mendapati tubuhnya yang terbaring di ranjang. Seingat gadis itu dia tidur di sofa.
Aksa yang baru selesai mandi, berpikir Ghendis masih tidur, sehingga dengan santainya keluar dari ruang itu dengan hanya menggunakan handuk yang menutupi bagian pangkal pahanya. Hanya sekedar menutupi akses berharganya.
Ghendis yang baru bangun dan duduk, terkejut melihat pria itu keluar kamar mandi dengan posisi nyaris polos. Matanya tak berkedip memandangi tubuh suaminya itu dengan mulut menganga, diakui Aksa memiliki tubuh yang proporsional.
Aksa juga tampak terkejut melihat Ghendis yang telah bangun. Sudah terlanjur, dia lalu mendekati gadis itu.
"Hapus air liurmu. Melihat tubuhku saja sampai ngences," ucap Aksa.
Ghendis menghapus mulutnya, ternyata tidak ada air liur. Dia baru menyadari jika sedang dikerjai pria itu. Merasa tak ingin kalah. Dia langsung berdiri.
"Akan aku balas perbuatan kamu, Aksa. Aku Ghendis, tak boleh kalah. Seri saja aku tak mau," gumam Ghendis dalam hatinya.
Ghendis mencoba menghilangkan rasa malunya. Di depan Aksa, dia membuka bajunya satu persatu hingga tersisa pakaian dalam yang melekat di tubuhnya. Tentu saja itu membuat Aksa terkejut. Matanya melotot dengan mulut yang ternganga lebar.
Ghendis lalu mendekati pria itu. Mengambil handuk yang ada di atas sofa dengan melewati pria itu. Ghendis lalu memakai handuk dan berbisik pada Aksa.
"Mas, hati-hati burungnya terbang. Burungnya bangun tuh," bisik Ghendis ke telinga Aksa dengan sensual. Setelah mengucapkan itu, dia langsung masuk ke kamar dengan segera, takut Aksa marah. Pria itu langsung menutupi aset berharganya itu.
...----------------...
thor. bikin aksa nyesel